Sebagai orang yang lahir dan besar di Jogja, saya melihat bagaimana tempat ini berkembang. Saya menyaksikan sendiri ketika kedai kopi di Jogja hanya segelintir saja hingga kini menjamur di mana-mana. Saya juga mengalami bagaimana berbagai bisnis atau usaha di kota ini bermunculan dan gulung tikar.
Di antara berbagai usaha yang ada di Jogja, ada beberapa tempat yang sangat saya sayangkan saat gulung tikar. Tempat-tempat ini terlalu banyak menyimpan kenangan untuk saya dan mungkin banyak warlok Jogja lain di luar sana.
#1 Toko Kaset Popeye andalan pencinta musik di Jogja
Toko kaset yang terletak di Jalan Mataram No 62 itu kini tampak suram. Gerbang dan pintu utamanya tertutup rapat. Padahal, dahulu, toko kaset ini selalu ramai oleh pengunjung. Popeye memang jadi andalan pencinta musik di Jogja karena koleksinya yang lumayan lengkap dibanding toko-toko lain.
Sayangnya, setelah 49 tahun atau sejak 1969 beroperasi, toko kaset Popeye mesti gulung tikar pada 2018. Tentu ini kabar menyedihkan bagi pelanggannya. Termasuk saya. Masih ingat betul saya membeli album Primadona (2007) karya Sherina Munaf di tempat ini.
#2 Platinum Internet Kafe tempat nugas dan skripsian
Kalian yang sehari-hari lewat Jalan Kaliurang Jogja pasti tidak asing dengan Platinum Internet Kafe. Tidak seperti warung internet (warnet) lain, konsep Platinum pada saat itu sangatlah unik dan modern. Tidak hanya menyediakan bilik-bilik dengan komputer dan jaringan internet kencang, tempat ini juga menyediakan voucher internet yang bisa dibeli pelanggan.
Dengan voucher internet tersebut, pelanggan bisa menghubungkan laptop atau gadget-nya dengan jaringan internet Platinum yang nggak kaleng-kaleng. Tinggal duduk manis di salah sudut meja, kalian bisa internetan dengan nyaman. Konsepnya mirip kafe-kafe zaman sekarang.
Tidak heran kalau warnet yang terletak di atas Hokben Jalan Kaliurang Km 6 ini selalu ramai pengunjung. Kebanyakan adalah mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas atau skripsi. Saya adalah salah satunya. Platinum Internet Kafe adalah saksi bisu saya mengerjakan skripsi.
Pelayanannya yang 24 jam bikin saya betah di sana. Belum lagi kafenya yang menyediakan makanan dan minuman yang enak dengan harga terjangkau. Itu mengapa, saya selalu emosional tiap kali lewat Hokben Jakal Jogja. Sebab, di situlah tempat saya dahulu berjuang untuk lulus.
#3 Warkop Semesta yang pernah berjaya pada masanya
Warkop Semesta yang berada di pusat kota biasa jadi titik orang untuk bertemu. Terlebih warkop yang terletak di Jalan Abu Bakar Ali, Kotabaru dekat Jembatan Kewek ini buka 24 jam. Menu yang disediakan pun sangat ramah di kantong.
Saking populernya, Warkop Semesta bisa mencatatkan minimal 1.500 transaksi pembelian dalam sehari. Ini terjadi ketika Warkop Semesta tengah di masa kejayaan pada 2014-2017. Terbayangkan betapa warkop ini mewarnai hari-hari warlok. Itu mengapa, banyak orang merasa kehilangan ketika Semesta harus gulung tikar pada 2019. Termasuk saya.
#4 Dixie yang menunya bikin penasaran sampai sekarang
Di zamannya, hampir semua orang tahu Dixie. Terlebih mereka yang tinggal di sekitar Jalan Affandi atau di sisi utara Jogja. Tempat makan yang satu ini sangat populer hingga membuat saya yang masih mahasiswa pada waktu itu sangat penasaran.
Sejauh ingatan saya, baru satu atau dua kali saya mampir ke Dixie. Itu pun karena ditraktir teman. Maklum, waktu itu saya masih mahasiswa mendang-mending yang memprioritaskan uang saku untuk menyelesaikan skripsi, bukan nongkrong.
Belum sempat mencicipi berbagai menunya, Dixie gulung tikar pada Mei 2021. Rasa penasaran terhadap sajian makanan di Dixie masih saja mengikuti hingga saat ini. Itu mengapa, saya berharap tempat makan ini kembali buka sehingga bisa mencicipi berbagai makanan dan menuntaskan rasa penasaran saya.
#5 Djendelo Koffie yang dirindukan banyak orang Jogja
Ini tempat yang paling saya rindukan. Biasanya, saya ke sana setelah melihat-lihat buku di Togamas Jalan Affandi Jogja. Asal tahu saja, Djendelo Koffie terletak di lantai 2 Togamas. Senang saja rasanya menyesap kopi atau minuman lain sambil melihat-lihat buku yang baru saja dibeli,
Saya yakin tempat yang berdiri pada 2005 itu juga banyak dirindukan banyak orang. Sebab Djendelo Koffie sering jadi tempat open mic komunitas Stand Up Jogja. Berbagai acara memang kerap digelar di sana karena kafenya yang cukup luas. Sayang, tempat ini harus tutup pada 2019.
Sebenarnya masih banyak tempat lain yang saya rindukan, tapi sudah gulung tikar. Seandainya saja saya investor yang punya duit nggak terbatas, saya pasti akan menyuntik modal ke usaha-usaha di atas. Sayangnya, saya hanya warlok Jogja biasa yang cuma bisa nostalgia sambil berharap tempat-tempat di atas dibuka kembali.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA 7 Rekomendasi Tempat Wisata Terbaik di Jogja yang Sayang Dilewatkan dan catatan menarik lainnya di rubrik POJOKAN.












