MOJOK.CO – Pembalut kain saat menstruasi? Duh, beneran aman nggak? Bukannya malah kayak pakai popok, ya???!!!
Sebelum maraknya produksi menstrual cup, pembalut sekali pakai, atau bahkan tampon dimulai, perempuan-perempuan zaman dulu sering kali menggunakan pembalut kain pada masa datang bulan. Yang dimaksud dengan pembalut kain pada masa itu adalah potongan beberapa lapis kain yang berbentuk persegi panjang, lalu diselipkan ke celana dalam.
Terdengar sangat ceroboh? Tunggu dulu—nyatanya, belakangan, tren pembalut kain kembali dimulai.
Berbeda dengan wujud lampaunya, pembalut kain kini tampil dengan lebih menarik. Secara fisik, ia mempunyai sayap, sebagaimana pembalut sekali pakai, dan dapat ‘bertahan’ di celana dalam dengan bantuan kancing di ujung-ujungnya. Beberapa pembalut kain hadir dengan motif-motif lucu dan menarik, walaupun sebenarnya motif-motif ini juga nggak guna-guna amat, sih.
Maksud saya—ya mau bagaimana lagi, lah wong motifnya aja pasti ketutupan di celana dalam!
Namun, sebagai perempuan, tentu wajar-wajar saja kalau kita bertanya-tanya: lebih aman dan enak mana sih, pakai pembalut kain atau pembalut sekali pakai?
Bagi orang-orang yang mudah iritasi saat menggunakan pembalut sekali pakai, pembalut kain tentu dapat menjadi godaan yang luar biasa. Namun, apakah ia dapat memenuhi segala kebutuhan kita (hah, kita???)? Apakah ia mampu memiliki daya tampung yang baik dan memahami kita saat sedang terjebak rutinitas sehingga tak bisa dengan segera berganti pembalut?
Jika ditelaah lebih dalam, memang ada keuntungan dan kerugian tersendiri yang ditawarkan oleh pembalut kain, khususnya jika dibandingkan dengan pembalut sekali pakai. Dari sisi praktis dan daya tampung, misalnya, jelas mereka berbeda.
Pembalut kain tak bisa dikatakan tidak praktis karena ia dapat digunakan kembali setelah dicuci. Dengan kata lain, kita nggak perlu punya satu pak pembalut kain isi 12 untuk setiap siklus menstruasi—miliki saja beberapa dan cuci dengan teratur, maka segalanya akan terpenuhi. Bahkan, ‘umur’ rata-rata dari pembalut kain ini adalah sekitar lima tahun jika dirawat dengan baik dan benar.
Karena kepraktisannya, pembalut jenis ini juga mampu mendorong kita untuk lebih ramah lingkungan. Pasalnya, ia tak lagi menciptakan volume sampah meningkat, sebagaimana yang dihasilkan oleh pembalut sekali pakai. Plus, ia juga tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, sebagaimana isu klorin yang santer beredar di kalangan pembalut sekali pakai.
Dan, seperti yang telah disebutkan di atas, pembalut ini juga menekan risiko iritasi di selangkangan yang sering muncul akibat penggunaan pembalut biasa.
Tapi—tentu saja—sebagaimana koin yang memiliki dua sisi, ada pula beberapa kekurangan pembalut berbahan kain yang perlu membuat kita berpikir ulang kembali.
Kalau pembalut sekali pakai mudah diganti (dan dibuang), tidak demikian dengan pembalut kain. Umumnya, setelah digunakan selama 5 jam atau hingga terasa penuh, kita tentu akan menggantinya, bukan? Nah, di sinilah masalah dimulai.
Pembalut berbahan kain, ternyata, memakan waktu cukup banyak dalam proses pencucian dan—yang tak kalah penting—pengeringannya. Proses ini tak bisa berjalan dalam sekejap mata sehingga bakal cukup merepotkan kalau kita hanya mempunyainya dalam jumlah terbatas.
Mengerikannya, proses pencucian dan pengeringan yang tidak sempurna ini justru bakal menyebabkan adanya bakteri atau jamur yang jelas bakal mengancam kesehatan vagina. Duh!
Kalau begitu, bolehkah kita menggunakan pembalut kain dalam waktu lama, demi memudahkan proses penggantian berikutnya?
DIkutip dari Hellosehat.com, dokter spesialis obstetri dan ginekologi dr. Prima Progestian, SpOG, MPH menyebutkan bahwa penggunaan pembalut berbahan kain terlalu lama juga tak bisa dibilang aman. Pasalnya, hal ini justru akan menyebabkan area vagina mudah lembap dan dapat memicu pertumbuhan bakteri. Nah, kalau ada banyak bakteri, hal-hal bahaya lainnya pun dapat terjadi: iritasi, infeksi, bau tak sedap, hingga keputihan.
Lantas, benarkah pembalut kain akan jadi jauh lebih baik untuk digunakan daripada pembalut sekali pakai?
Jawaban dari pertanyaan ini cukup simpel: tergantung masing-masing dari kita (hah, kita???). Kalau kita anaknya Aquarius banget alias mager (males gerak), pembalut kain jelas bukan pilihan yang tepat. Tapi kalau kita bertekad bulat dan berdedikasi untuk rajin mengganti, mencuci, sekaligus menjemur pembalut kain, why don’t we give it a go?
Kalau kita (hah, kita???) tak pernah mengalami masalah dengan pembalut sekali pakai dan tak berniat mencoba pembalut berbahan kain, tak masalah. Namun, kalau kita merasa cukup lelah dengan gatal-gatal dan iritasi saat menggunakan pembalut biasa di masa menstruasi, mungkin pembalut kain adalah solusi yang tepat.
Yah, dijalani dulu aja, sih. Siapa tau jodoh.
Nggak usah baper, ini lagi ngomongin pembalut, bukan pacarmu.