MOJOK.CO – Butuh rubber game, Fajar Alfian dan Rian Ardianto sukses melaju ke babak final bulutangkis Asian Games 2018. Luar biasa debutan, medali sudah di depan mata!
Bulutangkis Asian Games 2018 tahun ini mungkin yang termanis untuk pasangan muda Fajar Alfian dan Rian Ardianto. Menengok awal tahun, meskipun sempat kalah di babak awal turnamen Thailand Masters S300, keduanya membayar tuntas dengan kemenangan di turnamen selanjutnya dengan level lebih tinggi, Malaysia Masters S500.
Tidak tanggung-tanggung, Fajar Alfian dan Rian Ardianto mengalahkan sejumlah pemain papan atas sebut saja pasangan Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (JPN), Mads-Conrad Petersen/Mads Pieler Kolding (DEN), dan unggulan tuan rumah, Goh V Shem/Tan Wee Kiong (MAS). Hasil ini menjadi kemenangan Fajar dan Rian di level atas semenjak berpasangan.
Namun, meskipun berprestasi di awal tahun, pelatih menilai performa Fajar Alfian dan Rian Ardianto masih belum stabil. Terlebih setelah kemenangan di awal tahun, pasangan ini kalah di babak awal Indonesia Masters S500 dan All England.
Lantaran performa mereka yang naik dan turun, maka satu tempat pasangan yang dipilih untuk mengisi team beregu Bulutangkis Asia Team Championships diberikan kepada pasangan senior, Angga Pratama dan Rian Agung Saputro. Angga Pratama dapat dianggap sebagai spesialis beregu di Indonesia dengan catatan tidak pernah kalah di tiap kejuaraan beregu!
Mempertimbangkan tahun yang padat akan turnamen mayor ini, bahkan tiga di antaranya adalah kejuaraan beregu, pelatih memutuskan memberi komposisi terbaik untuk kejuaraan beregu. Terdekat adalah Thomas Cup. Saat itu, dua slot tentu sudah diisi oleh minions dan pasangan gaek Ahsan/Hendra yang memang diplot berpasangan untuk Thomas Cup.
Satu slot yang tersisa inilah yang harus dipikirkan oleh pelatih, Herry IP, yang memiliki riwayat mentereng. Herry IP berhasil memoles banyak ganda putra legendaris peraih Olimpiade, yaitu Tony/Chandra, Tony/Halim, Sigit/Chandra, Ricky/Rexy, dan Ahsan/Hendra!
Membawa pemain muda adalah perjudian. Kejuaran besar tentu menuntut kesiapan mental yang juga besar. Tetapi, di samping itu, PBSI mendapatkan keuntungan, yaitu memberi pengalaman pada pasangan yang punya prospek jangka panjang.
Mendekati deadline pengiriman daftar pemain untuk Thomas Cup, akhirnya pelatih Herry IP memutuskan membawa Fajar Alfian dan Rian Ardianto yang berusia 23 dan 22 tahun. Banyak penggemar bulutangkis merasa ini keputusan yang tepat.
Pasangan muda yang dulu dibesut oleh Chafidz Yusuf (sekarang mengisi posisi asisten pelatih ganda putri) dan kini dipoles tangan dingin Herry IP, akhirnya melakukan debut di Thomas Cup. Fakar dan Rian diberi kepercayaan untuk turun di sejumlah partai, antara lain babak kualifikasi grup.
Kemenangan terbaik adalah ketika keduanya membawa tim lolos babak grup lewat kemenangan melawan pasangan Thailand, Tinn/Dechapol. Selanjutnya, mereka melanjutkan performa apik dengan mengalahkan Aaron Chia/Teo Eee Yi dan kembali menjadi penentu Indonesia untuk menembus semifinal.
Lewat performa apik di debut Thomas Cup itulah yang menjadi pertimbangan pelatih untuk kembali memberi kepercayaan kepada mereka untuk tampil di bulutangkis Asian Games 2018. Perlu diketahui, pada kejuaraan multievent ini, setiap tim dibatasi hanya boleh mengirim 10 pemain.
Semua pemain yang akan turun di event individu akan otomatis terdaftar di turnamen beregu. Inilah alasan kalian dapat melihat Bang Owi kebagian medali perak beregu meskipun tidak main ganda putra.
Fajar Alfian dan Rian Ardianto melakukan debut di bulutangkis Asian Games 2018 ketika melawan India. Lagi-lagi, keduanya menjadi penentu karena Jonatan Christie kalah. Pada penampilan debut ini, Fajar dan Rian tampil percaya diri sehingga dapat dengan mudah menaklukan ganda putra India dengan skor 21-14 dan 21-18.
Babak selanjutnya, Indonesia akan berhadapan dengan Jepang di babak semifinal. Ini adalah laga yang paling seram bagi pencinta bulutangkis. Alasannya adalah pada pertemuan terakhir ganda putra pertama, Indonesia kalah oleh pasangan ganda putra pertama Jepang, Takeshi Kamura/Keigo Sonoda.
Melihat Fajar Alfian dan Rian Ardianto bahkan lebih horor. Rekor pertemuan antara mereka dengan pasangan ganda kedua Jepang, Takuto Inoue/Yuki Kaneko sungguh memprihatinkan, yaitu kalah telak 0-4.
Kuddos untuk pelatih Herry IP yang masih memberi kesempatan pada Fajar dan Rian. Padahal, rekor keduanya kadung buruk. Alasan Herry IP adalah, di luar dugaan, Fajar dan Rian tampil percaya diri tanpa terganggu head–to–head, bahkan membuat Inoue/Kaneko mati kutu! Fajar bahkan terlihat menggila. Permainan depan net-nya benar-benar hidup, memudahkan Rian sebagai PG/eksekutor untuk menjalankan perannya dengan lebih baik!
Di partai final, dengan kembali berperan sebagai penentu, Fajar Alfian dan Rian Ardianto sebenarnya bermain cukup apik. Hanya saja, melawan pemain berpengalaman seperti Zhang Nan tentu kesulitannya berbeda. Fajar dan Rian kalah dengan rubber game.
Permainan apik Fajar dan Rian kembali berlanjut di event individu. Setidaknya saat ini mereka telah memastikan satu medali di debut perdana mereka. Namun, harapan untuk menaikkan level pencapaian masih terbuka ketika melawan pasangan nomor satu China, Li Junhui/Liu Yuchen.
Kalian sudah hapal dong dengan duo tiang listrik yang sering adu songong dengan Kevin ini. Keselnya sih ganda putra China ini dapet undian paling gampang di bulutangkis Asian Games 2018.
Bertemu Li Junhui dan Liu Yuchen, ganda Fajar Alfian dan Rian Ardianto menghadapi salah satu laga paling berat mereka di bulutangkis Asian Games 2018.
Perlu tiga gim untuk menundukkan pasangan China tersebut. Sempat menang dengan cukup mulus di gim pertama (21-14), Li Junhui dan Liu Yuchen membalas di gim kedua yang berjalan cukup ketat (19-21).
Rian dan Fajar menghabisi Li Junhui/Liu Yuchen di gim ketiga dengan cukup nyaman. Rubber game, pasangan Indonesia menang dengan 21-13 di bulutangkis Asian Games 2018
Hasil ini sukses membawa Fajar dan Rian ke babal final bulutangkis Asian Games 2018. Luar biasa, debutan!