Beruntung, untuk keluar dari Parakan, Temanggung, posisi jalan lebih banyak menurun. Jadi, saya malah lebih sering menginjak pedal rem daripada gas. Dan di situlah barangkali kelebihan Fortuner.Â
Kekhawatiran saya adalah bagaimana saat menyalip mobil kecil apalagi truk? Apakah riskan atau tidak, terlebih ini mobil yang cukup besar. Bisakah saya tidak menyerempet, dan amit-amit, menabrak pengendara lain?Â
Namun, pikiran saya sirna. Saat mengemudi Toyota Fortuner, terlebih jalan turun, dan dengan lebar jalan cukup luas, entah kenapa saya cukup leluasa mengemudinya.Â
Secara tidak sadar pula, saat iseng mata melirik ke jarum speedometer, ternyata angkanya mencapai 100. Tapi, anehnya, tetap saja seperti terasa pelan.
Saya mencapai Pringsurat nggak sampai setengah jam. Kalau menggunakan Brio dan Sirion (mobil orang tua), tentu saja akan lebih dari setengah jam.Â
Begitu melewati Pringsurat, jalan mulai menanjak. Kali ini, lawannya adalah truk dengan beraneka macam muatan. Di sinilah saya mulai lebih sering menginjak pedal gas ketimbang pedal rem.Â
Ego mulai naik
Mengemudi Toyota Fortuner, saya berani agak ngasal, salip kanan dan kiri. Bahkan, tidak jarang melewati tanda garis lurus, yang sebenarnya dalam aturan tidak boleh menyalip dari kanan. Pokoke langsung loss doll. Wah saya kaget sendiri. Kalau pake mobil kecil (baca: Sirion), saya jarang melakukannya. Antara timing tidak pas atau tidak ada keberanian melakukannya.Â
Apalagi kalau lawannya truk gandeng, truk muatan, truk kosong, dan ketiganya berurutan. Ya mesti harus sabar. Lebih baik anteng di belakangnya.Â
Kemudian, saya sengaja belok ke arah Banyubiru ketimbang lurus melewati Ambarawa. Di situ, ya, sama saja. Barangkali benar kata orang-orang, “Mengemudi Toyota Fortuner Itu bebas hambatan.”
Hal yang sama saya rasakan saat melewati Dusun Semilir. Saya masih melakukan hal serupa, dan tidak jarang saya berani menekan klakson. Tindakan yang, jujur saja, jarang saya lakukan. Entah kenapa saya kok berani melakukannya.Â
Makanya, tidak heran saya bisa sampai Ungaran kurang lebih dua jam. Sebagai pengemudi pemula, saya cukup memberikan apresiasi pada diri sendiri.Â
Rute Ninja Hattori di Ungaran-Demak
Tempat tujuan sebenarnya adalah Mranggen, Demak. Itu daerah perbatasan antara Kabupaten Semarang dan Kabupaten Demak. Untuk melewatinya, agar lebih cepat, saya biasanya lewat Karangjati (jalan alternatif).
Saya sudah ke sana sebanyak dua kali. Jalanannya seperti rute Ninja Hatori.Â
Mendaki gunung, lewati lembah
Sungai mengalir indah
Ke samudra
Bersama teman, berpetualang
Kalau kamu tidak terbiasa melewati jalan naik turun, berkelok, dan kemudian kendaraanmu kebetulan tidak prima, lebih baik lewat jalur lain. Pun, rute ini agak sempit sehingga kalau berpapasan, terutama berjumpa truk, salah satu harus mengalah dan berhenti.Â
Dengan Sirion, mau tidak mau, saat menanjak, saya lebih memilih mematikan AC. Namun, saya masih belum tau jika mengemudi Toyota Fortuner. Dan ternyata, saya tidak perlu mematikan AC. Semua aman terkendali. Tanjakan demi tanjakan mudah dilalui.
Kekhawatiran saya ketika melalui jalan kecil adalah bersenggolan, ternyata sirna. Entah kenapa, pengemudi mobil dari arah berlawanan selalu berhenti terlebih dahulu dan mempersilakan Toyota Fortuner jalan terlebih dahulu. Tanpa pengawalan dari pihak berwenang pun sepertinya pengemudi lain paham. Fortuner harus yang terdepan.
Barangkali ini yang membikin pengemudi Fortuner mendongakkan kepala. Selalu merasa harus didahulukan.Â
Saya sampai tempat tujuan lebih awal dari perkiraan. Sekali lagi saya mengapresiasi diri sendiri. Kekhawatiran hanyalah kekhawatiran.Â
Perasaan setelah mengemudi Toyota Fortuner
Jujur saja, harus diakui mengemudi Toyota Fortuner sungguh-sungguh nyaman. Terutama di bagian depan. Tapi, di baris kedua, ada perasaan tidak nyaman bagi penumpangnya. Menurut pengakuan istri, ketika terkena jalan berlubang, goncangannya sedikit terasa. Katanya, lebih nyaman Xpander.Â
Beberapa hal unik seperti cara mengelola jok depan pengemudi untuk maju dan mundur telah terjawab. Ada semacam gagang berjumlah dua buah. Fungsinya mengontrol kursi untuk lebih tinggi atau rendah, serta membuat jok menjadi lebih maju atau lebih mundur.
Kemudian, untuk mematikan mesin, ini yang cukup unik bagi saya. Jika mobil-mobil lainnya, terutama yang menggunakan keyless, begitu pencet tombol, mesin langsung mati.Â
Tetapi tidak dengan Toyota Fortuner. Setelah memencet tombol tersebut, ada sekitar satu sampai dua menit untuk kemudian mesin mati. Saya sempat bingung. Ini kalau ditinggal, apakah aman atau tidak? Bagaimana jika mesin masih menyala kemudian datang orang berbuat jahat?Â
Pertanyaan tersebut telah terjawab setelah teman saya memberikan informasi menarik. Katanya, dengan sistem seperti itu, membuat mesin tidak cepat rusak.Â
Barangkali sama seperti orang berolahraga. Ketika usai berolahraga dan kemudian badan penuh keringat, tidak baik apabila langsung mandi. Bersihkan keringat, diamkan badan sejenak hingga panasnya hilang dan setelahnya mandi.
AC? Jangan ditanya. Dinginnya stabil.
Tapi, yang paling saya salut adalah bensin. Parakan-Ungaran-Demak-Ungaran-Parakan hanya hilang satu strip. Wah irit betul. Apakah ini dampak positif dari penggunaan Pertamina Dex? Atau Bio Solar? Saya nggak tahu. Wong belum pernah coba isi bensin.
Hikmah yang penting saat mengemudi Toyota Fortuner adalah mengendalikan hawa nafsu
Mengapa begitu? Sebab, inginnya tuh ngegassss dan nyalip. Kalo nggak terkelola dengan baik, jadinya, yang, seperti di berita-berita masa kini. Pengemudi Fortuner sering diolok-olok bahkan cenderung dianggap arogan.Â
Percayalah, mengendalikan hawa nafsu adalah cara terbaik mengemudi Fortuner dan mobil-mobil besar lainnya. Termasuk Jeep Rubicon juga.
BACA JUGA Apa Sih Maunya Toyota Bikin SUV Kayak Fortuner? dan pengalaman menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.
Penulis: Moddie Alvianto
Editor: Yamadipati Seno