ADVERTISEMENT
Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal
Beranda Otomojok

Kalau Nanti Punya Uang, Saya Akan Beli Toyota Corolla 76 untuk Bapak

Bayu Adhilaksono oleh Bayu Adhilaksono
20 Mei 2025
0
A A
Kalau Nanti Punya Uang, Saya Akan Beli Toyota Corolla 76 untuk Bapak MOJOK.CO

Ilustrasi Kalau Nanti Punya Uang, Saya Akan Beli Toyota Corolla 76 untuk Bapak. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Kalau kelak rezeki cukup, saya akan beli lagi mobil itu—Toyota Corolla 76, warna cokelat susu, untuk bapak.

Ada satu mobil yang nggak akan pernah saya lupakan, meskipun sekarang ia sudah berpindah tangan. Bukan karena harganya yang mahal, bukan pula karena mesinnya yang bandel. Di balik jok usang dan stir yang getarannya khas itu, ada potongan hidup saya yang paling hangat. Adalah Toyota Corolla 76, mobil pertama yang bikin saya bisa nyetir dan juga mobil yang paling sering jadi saksi kebersamaan saya dengan bapak.

Saya masih kelas satu SMP waktu bapak membeli mobil itu. Warnanya cokelat susu, agak pudar di beberapa bagian. Bapak dapat Toyota Corolla 76 dari makelar di Kulon Progo. 

Saya masih ingat betul. Hari itu bapak pulang dengan wajah semringah. Katanya, “Barange tuo, tapi mesine sehat. Koyo Bapak,” sambil terkekeh. Toyota Corolla 76 itu langsung diparkir di garasi. Sejak hari itu, ia jadi bagian dari keluarga.

Toyota Corolla 76 bukan mobil sembarangan

Mobil ini, Corolla keluaran 1976, bukan mobil sembarangan pada masanya. Kalau kalian perhatikan film-film Rhoma Irama era 80-an, Toyota Corolla 76 sering muncul jadi properti film. Kadang jadi taksi, kadang jadi mobil tokoh figuran yang melintas. 

Dan memang, Corolla 76 ini dulunya populer sebagai armada taksi. Wajar saja modelnya gagah, bandel, dan mesinnya dikenal awet. Masyarakat mengenalnya sebagai mobil pekerja keras. Maka dari itu, ketika bapak membelinya, ada rasa bangga dan nostalgia sekaligus. Seakan-akan kami sedang membawa pulang potongan sejarah jalanan kota.

Dan dari mobil ini pula, saya pelan-pelan jatuh cinta pada hal-hal yang berbau vintage. Dari motor klasik, selera musik yang nggak pernah jauh-jauh dari Panbers, Koes Plus, dan D’lloyd, sampai gaya rambut yang sengaja saya sisir klimis pakai minyak rambut tua yang wanginya khas warung barbershop zaman dulu. Bahkan cara saya berpakaian pun sedikit banyak dipengaruhi mobil ini.

Belajar mengemudi

Setiap hari Minggu, bapak biasanya mengajak saya jalan-jalan sore. Keliling kota kecil kami sambil muter kaset Panbers atau Koes Plus. Lagu “Akhir Cinta” atau “Manis dan Sayang” selalu jadi langganan. 

Bapak nyetir, saya duduk di samping sambil merhatiin cara dia pindah gigi. Kadang kami diam lama-lama, hanya ditemani suara kaset dan angin sore. Tapi rasanya, itu lebih dari cukup. Kehangatan yang nggak bisa dibeli dengan uang.

Toyota Corolla 76 itu juga yang saya pakai untuk belajar mengemudi. Waktu itu saya SMA, dan bapak dengan sabarnya ngajarin saya di lapangan kosong dekat rumah. Berkali-kali mesin mati mendadak, berkali-kali saya panik karena lupa lepas rem tangan, tapi Bapak nggak pernah marah. Dia cuma ketawa kecil, lalu bilang, “Alon-alon wae, digoleki selone.”

Kenangan mendebarkan bersama bapak

Tapi dari semua kenangan bersama mobil itu, ada satu yang paling dramatis. Waktu itu saya terbangun dari tidur karena kehebohan orang rumah. Tahun 2010, waktu Jogja diguncang gempa besar dan Merapi memuntahkan amarahnya. 

Langit gelap, debu vulkanik kayak kabut tebal nutupin jalanan. Kami dapat kabar kalau simbah di Maguwo, Sleman, perlu dievakuasi. Jalan utama ke arah Jogja putus. Jembatan ambrol, listrik mati, sinyal hilang.

Tanpa pikir panjang, bapak mengambil kunci mobil. Saya ikut duduk di samping, dan kami menerobos malam yang pekat dengan lampu depan yang temaram. 

Jalan alternatif kami ambil, melewati sawah, sungai kecil, dan tanjakan yang bikin jantung saya berdebar kencang. Di tengah perjalanan, abu vulkanik turun kayak hujan salju. Wiper tua Toyota Corolla 76 itu bekerja keras sambil terus melaju. Rasanya kayak adegan film-film lawas. Epik, tapi juga ngeri.

Kami sampai di Maguwo hampir subuh. Simbah sudah siap dengan tas kecil. Tanpa banyak kata, mereka masuk mobil, dan kami putar balik menuju Wonosobo. 

Di jalan, Bapak nggak banyak bicara. Tapi saya tahu, di balik setir yang digenggam erat itu, ada rasa cemas, takut, tapi juga tanggung jawab yang besar. Dan saya ada di sana, menjadi saksi bahwa cinta keluarga kadang bentuknya bisa berupa mobil tua yang tetap berjalan meski semua terasa genting.

Berpisah dengan Toyota Corolla 76

Lalu datang pandemi. Masa yang bikin banyak hal terhenti. Termasuk mimpi saya untuk mempertahankan Toyota Corolla 76. 

Uang kuliah harus dibayar, dan keluarga kami bukan keluarga yang bisa dengan enteng mencetak rupiah. Maka, dengan berat hati, Corolla 76 itu dijual. 

Saya ingat saat bapak nyalakan mesinnya untuk terakhir kali. Wajahnya biasa saja, tapi saya tahu, di balik diamnya, ada perpisahan yang sedang dia telan perlahan.

Sampai sekarang, tiap kali saya dengar lagu-lagu Panbers atau Koes Plus, saya bisa langsung membayangkan duduk di kursi penumpang mobil itu. Bau joknya, suara kaset yang kadang kemresek, atau tangan bapak yang mantap memutar setir.

Saya janji sama diri saya sendiri. Kalau kelak rezeki cukup, saya akan beli lagi mobil itu—Toyota Corolla 76, warna cokelat susu. Lalu, saya akan menyerahkan kunci mobil ke bapak, lengkap dengan kaset lawas di dashboard. Supaya kami bisa keliling kota kecil kami lagi, seperti dulu.

Mungkin kami tak akan secepat dulu. Mungkin joknya sudah makin keras dan AC-nya tinggal angin semilir. Tapi saya tahu, sepanjang lagu “Cinta dan Permata” masih bisa diputar, kami tidak benar-benar kehilangan apa-apa.

Penulis: Bayu Adhilaksono

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Toyota Corolla DX, Mobil Tua Idaman Generasi Muda dan kenangan manis lainnya di rubrik OTOMOJOK.

Terakhir diperbarui pada 20 Mei 2025 oleh

Tags: CorollaCorolla 76Koes PlusMobil ToyotapanbersslemanToyota CorollaToyota Corolla 76Wonosobo
Iklan
Bayu Adhilaksono

Bayu Adhilaksono

Personil band yang merangkap sebagai kuli gambar. Selebihnya bereksperimental.

Artikel Terkait

Tempel Sleman, Desa di Pinggiran Jogja yang Tetap Waras MOJOK.CO
Esai

Tempel Sleman, Desa di Pinggiran Jogja yang Justru Mampu Menjaga Warganya Tetap Waras di Tengah Kegilaan Dunia

3 Juni 2025
Sisi suram kos pasutri di Sleman Jogja MOJOK.CO
Ragam

Sisi Suram Kos Pasutri Jogja, Tetangga Tak Tahu Batasan hingga Jadi Kedok “Hubungan Terlarang”

17 Mei 2025
Innova Zenix Mobil Kelas Sultan, Innova Reborn Kelas Warteg MOJOK.CO
Otomojok

Stop Membanggakan Innova Reborn Sambil Meremehkan Innova Zenix, Kenangan Boleh Indah tapi Masa Depan Selalu Tentang Adaptasi

19 April 2025
Innova Reborn Raja Jalanan, Kalahkan Popularitas Innova Zenix MOJOK.CO
Otomojok

Innova Reborn Adalah Raja Jalanan di Indonesia yang (Mungkin) Membuat Toyota Menyesal karena Popularitas Zenix Kalah Jauh

17 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Jadi driver Gojek buat cari duit malah tekor terus kena order fiktf, hidup tertolong promo MOJOK.CO

Jadi Driver Gojek untuk Cari Duit Malah Tekor Terus Kena Order Fiktif, Hidup Tertolong Promo

13 Juni 2025
Derita warga Jawa Timur gara-gara cap PSHT, Aremania, dan sound horeg MOJOK.CO

Derita Orang Jawa Timur, Mau Hidup Ayem tapi Kena Cap Jelek karena Ulah Pencak Silat hingga Sound Horeg

9 Juni 2025
Lulusan SMK PGRI Lubuklinggau jadi karyawan Alfamart dan Indomaret, kerja apapun layak diapresiasi MOJOK.CO

Lulusan SMK “Hanya” Jadi Karyawan Alfamart dan Indomaret: Sekolah Harus Tetap Bangga, Karena Sukses Tak Dilihat dari Status

12 Juni 2025
Berkah Waisak 2025 bagi Candi Borobudur Magelang MOJOK.CO

Berkah yang Terasa dari Waisak 2025 di Candi Borobudur

11 Juni 2025
Universitas Mercu Buana Yogyakarta Kampus yang Menyedihkan MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Mercu Buana Yogyakarta Sungguh Merana, Sudah Habis Puluhan Juta tapi Fasilitas Tidak Ramah Mahasiswa

9 Juni 2025

AmsiNews

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Cara Kirim Artikel
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Kerja Sama
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Laporan Transparansi
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.