Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Otomojok

Saking Kuatnya, Mitsubishi Colt Baru Akan Tamat Sehari Setelah Kiamat

M. Faizi oleh M. Faizi
21 September 2017
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tahukah kamu bahwa ada mobil yang disesali oleh produsennya padahal tidak ada keluhan/pengembalian dari konsumen? Itulah Mitsubishi Colt T120.

“Colt T”, begitulah panggilan kesayangannya, sebetulnya mobil niaga, tepatnya buat angkut-angkut barang, seperti buat kulakan, ternak, atau palawija, juga orang, bukan kendaraan penumpang biasa macam Xenia/Avanza. Mitsubishi membidani kelahirannya untuk bersaing dengan—salah satunya—Hiace dan Kidoy dari Toyota di awal 1970-an. Khusus yang bule, yang lahir di Jepun, Colt T dipanggil Delica, lebih manislah daripada yang dilahirkan di sini dan dipanggil Bagong.

Dulu Mitsubishi Motors (jelas) amat bahagia karena penjualan Colt T melambung, tapi kini (mungkin) menyesal karena ia terlalu tangguh diciptakan sehingga pemilik Colt yang mestinya sudah “gantung velg” dan berganti ke L300, Xpander, atau Pajero tetaaap saja pakai produk sisa ‘80-an itu. Barangkali ide pembuatan mobil ini bertepatan dengan hari penciptaan Bumi sehingga tahan banting: diobrak-abrik sedemikian rupa, ditambang mineralnya, diracun lautnya, tidak rusak-rusak juga. Begitu pula Colt T ini, serongsok apa pun kendaraannya, dia tetap bisa diajak cari duit, kerja, kerja, kerja ketika yang lainnya sudah pada mogok, mogok, mogok dan jadi besi tua.

Yang paling ngeri dari ciptaan manusia ini adalah bahannya. Platnya plat beneran, bukan kaleng biskuit Khong Guan. Sasisnya? Jangan ditanya, tidak ada cerita sasis Colt itu bengkok hanya karena mengangkut barang yang melebihi aturan KIR Dishub. Tenaga? sudah tahu kan kalau orang kita selalu membebani mobil lebih dari kapasitasnya? Yang bikin senang, ini mobil “culun” sekali. Onderdilnya manual, maka banyak perkakas Colt T yang dapat dengan santainya dicomot dari kendaraan lain, beda merek sekalipun. Bahkan ada yang lebih ekstrem, yaitu onderdil yang terbuat dari batang pohon. Banyak yang menggunakan fiber buat pushrod-nya Colt T ini, yang dibikin dari batang pohon-pohonan.

Pernah saya alami sendiri, per seker sudah patah dan kompresi melorot ke titik terbawah, santai saja si Colt ini dibawa kerja. Mau saja dia. Kalau sudah begini, boleh saja kita lebay sikit dengan berkomentar: Colt T120 adalah satu-satunya keajaiban dunia yang dapat berpindah-pindah tempat.

Pemilik atau pengguna yang sudah lama menggunakan Colt akan manunggaling, menyatu, sehingga terjalin chemistry di antara keduanya, meskipun yang satu mesin dan satunya manusia. Itu kata paman saya lo, yang punya Colt sejak zaman jaya-jayanya film G 30 S PKI. Beliau mengajukan dirinya sendiri sebagai prototipe sosok “manunggaling Colt T” itu.

“Sepanjang saya punya dan menjalankan Colt T120 ini, saya tidak pernah sekali pun dipermalukan di tengah jalan. Semogok-mogoknya Colt, tetap bisa pulang ke kandang, menolak mangkrak di tepi jalan dan bikin malu sang juragan,” ucapnya, sesumbar.

Ucapan si paman ini kalau sampai ketahuan divisi humas atau marketing Mitsubishi Motors, bisa gawat, bisa dipake buat endorsement di buku manual-manual produknya. Entah lebay entah nyata, saya tidak tahu pasti karena kejadian-kejadian yang diceritakan si paman ini berlangsung ketika zaman hansip masih bercelana pendek dan kini celananya sudah molor semata kaki: ya, zaman saya belum masuk SD.

Suatu kali Paman bercerita saat ia kehabisan minyak rem. Dia bilang,

“Saat itu saya cari warung dan membeli segelas teh. Saya minum seteguk dulu. Sisanya saya masukkan ke galon minyak rem yang terletak di sisi kiri batang kemudi. Hasilnya? Rem mobil kembali pakem dan bisa digunakan pulang ke rumah sejauh 300-an kilometer.”

Betapa murah biaya penyelamatan itu? Masih diteguk pula itu tehnya. Sadis dah!

Kalau sudah manunggaling, inspirasi datang sendiri. Roma memang jauh, tapi selalu ada banyak jalan menuju pulang, ibarat kata begitulah kata Paman. Kalau menurut saya—yang baru tahun-tahun belakangan mulai mengenal dan mengemudikan mobil kuli ini—saat kita di belakang kemudi Colt, bahkan GPS pun kita tak perlu. Ia ngerti dan paham jalannya sendiri. Kalau mau mogok, ia pun sudah kasih aba-aba sebelumnya, tidak langsung mandek macam mobil-mobil yang penuh panel digital di dasbornya itu.

Contohnya begini. Misal pompa bensinnya mau rusak, ia kasih tanda-tanda lebih dulu, misalnya mulai tidak bekerja maksimal di saat stok BBM mulai menipis. Ia masih normal di jalan datar dan mulai kumat di tanjakan. Jika kita menghadapinya, berjalanlah secara mundur, niscaya kamu aman sampai ke atas. Kalau pakai pompa elektrik (rotax), mana ada acara begituan: rusak ya rusak, nunggu besok siang sampai tokonya buka dan kamu harus nginap di jalan.

Di awal ‘80-an, seingat saya, mobil ini identik dengan kendaraan kecamatan, berwarna oranye. Yang built-up dibangun dan dirangkai di Jepun, biasanya dipakai BKKBN. Spesiesnya tinggal beberapa saja di Indonesia, jadi buruan banyak orang. Tandemnya adalah VW Safari. Nah, Safari-nya sudah nyaris hilang dari muka bumi, Colt-nya masih gentayangan di mana-mana. Mestinya, yang lebih dulu habis dan jadi hantu itu Colt karena kita tahulah bagaimana orang Jerman bikin mobil, kuat minta ampun, semboyan sombongnya bisa dikata, “Baru tamat esoknya kiamat.”

Iklan

Nyatanya, semboyan itu lebih cocok buat Colt. Setiap saya pergi-pergi, saya selalu lihat mobil ini, bahkan di tahun 2017 ini. Di Kwanyar, Madura, di Kediri, Madiun, Temanggung, wah, di mana-mana selalu ada Colt. Makanya, ia sampai menginspirasi pabrik pembuat kaca film untuk bikin semboyan “I’am V-Colt” sebagai tandingan pepatah “ringan sama-sama dijinjing, berat sama-sama dipe’ Colt” .

Cuma, terus terang saja ya, yang tidak menarik dari mobil ini ada juga sih. Kita harus sebut itu supaya nyanjungnya tidak kebablasan karena saya juga bukan jubir bayaran Mitsubishi. Saya hanya jadi jubir kenyataan: bahwa tampang mobil ini memang membawa unsur iba, bahkan seperti muka orang yang sedang kecele. Yang muncul di awal ‘70-an bermata dua, bulet, kayak burung hantu. Sebagian orang menyebutnya Bagong.

Beda dengan Cadilac atau Holden atau Mercy yang ganteng nan macho sejak lahir, tampang Colt malah kayak coni. Apa itu coni? Itu lo, seperti wajah orang yang yang semisal manggil-manggil teman atau bahkan sudah telanjur menepuk bahunya dari belakang, nggak tahunya bukan orang yang dimaksud, malah orang lain. Naaah, kayak gitu tampangnya, coni kecele. Kasarnya, tampangnya nggak berwibawa sama sekali.

Maka dari itu kalau kamu naik Colt yang masih sehat dan bisa berjalan normal di hari ini, itu bukan peristiwa istimewa, itu biasa saja. Banyak Colt yang masih begituan di muka bumi ini. Dan kalau kamu masuk ke kabinnya, ingatanmu akan terbawa ke masa 35 hingga 40 tahun yang lalu. Dasbornya, busa tempat duduk atau plafonnya, semuanya menyimpan aroma “apek-apek mesra”, suatu aroma nostalgia yang tidak dapat diciptakan oleh Kenzo atau Isei Miyake. Sungguh, aroma “apek-apek mesra” itu hanya khas milik dan dibuat oleh Mitsubishi. APV atau Gran Max tak akan mampu mengawetkan cadangan nostalgia untuk dilepaskan kembali kepada para penggunanya 40 tahun yang akan datang, seperti yang ada pada Colt ini.

Terakhir diperbarui pada 21 September 2017 oleh

Tags: coltcolt t120mitsubishimobil angkutanmobil bagong
M. Faizi

M. Faizi

Aktivis tahlilan dalam kampung hingga antarkota antar-provinsi. Menyukai perjalanan naik bus dan menuliskan catatan perjalanannya. Menulis buku dan lagu berbagai genre, fingerstylist tapi takut kamera, banyak suka terhadap barang-barang lawas, terutama Colt T120

Artikel Terkait

Xpander Disayang Dunia, Nissan Livina Hidupnya Semakin Merana MOJOK.CO
Otomojok

Xpander vs Nissan Livina: Anak Kembar Beda Nasib karena Xpander Disayang dan Lebih Nyaman, Nissan Livina Hidup Merana

12 Mei 2025
Ini Alasan Nissan Grand Livina Lawas Lebih Dicintai ketimbang All New Livina
Otomojok

Ini Alasan Nissan Grand Livina Lawas Lebih Dicintai ketimbang All New Livina

14 Maret 2021
Otomojok

Debat Toyota Fortuner vs Mitsubishi Pajero di Rute Situbondo-Jember

7 Maret 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.