Perjalanan kedua dan sebuah tekad
Untuk perjalanan kedua, saya bertekad untuk lebih cepat. Apalagi saya sudah agak lebih memahami kendali dan tenaga Daihatsu Gran Max blind van ini.
Misalnya, dalam keadaan kosong, akselerasi dan gesitnya saat menyalip nyaris menyamai mobil sekelas Avanza baru atau hatchback. Saya bahkan berani membuntuti Fortuner sepanjang jalur Jalan Magelang-Muntilan Hingga Kopeng, yang berkisar di kecepatan 100-120 km /jam. Jangan sampai kamu menyepelekan tenaga Gran Max, meski suara raungan mesinnya agak menyeramkan.
Di perjalanan kedua, saya kembali berangkat pukul 4 pagi dari daerah Kapten Haryadi, Sleman. Sebelumnya, saya mengecek kondisi mobil, termasuk tekanan angin ban yang diisi 36 di depan dan 42 di bagian belakang.
Daihatsu Gran Max yang saya bawa tidak dilengkapi power steering, spion yang bisa diatur menggunakan panel elektronik dan fitur-fitur lain yang memudahkan sopir. Semua dilakukan dengan penuh tantangan, alias manual. Kalau sudah merasa Mitsubishi L300 adalah tantangan, maka kalian perlu mencicipi berkendara dengan Daihatsu Gran Max 1.3 (blind van).
Kecepatan dan kendali Daihatsu Gran Max memang cukup meyakinkan
Saya menempuh perjalanan Jogja-Salatiga melalui jalur Muntilan-Kopeng hanya dalam waktu 1,5 Jam. Sementara Salatiga-Kudus melalui jalur Gubug-Gajah saya tempuh dalam waktu 2 jam 30 menit.
Memang, getaran-getaran di dalam mobil jadi sangat terasa dan terdengar “berisik”. Maklum, bagian belakang mobil ini hanya ditutupi “kaleng” tanpa peredam seperti mobil penumpang. Jadi, benturan badan mobil, ban, dan shockbreaker terdengar keras tiap melewati jalanan yang tidak mulus.
Saya tiba di Juwana dengan total waktu tempuh 5 jam lebih 10-20 menit. Bisa lebih cepat kalau saja tidak tersendat aktivitas masyarakat di pagi hari. Jalanan ramai anak sekolah, orang berangkat kerja, ada pasar kaget, kena palang kereta, dan lain sebagainya.
Di Juwana saya hanya butuh waktu 1 jam untuk bongkar muat barang karena masih pagi dan belum ada antrean. Saya berencana pulang ke Jogja dengan rute Pasar Gajah-Mranggen-TOL-Bawen-Magelang. Sepanjang perjalanan melewati Pantura hingga Pasar Gajah dengan kondisi jalan yang tidak baik membuat kekhawatiran sedikit meninggi. Apalagi kondisi jalan dan muatan saat itu 700 kilogram lebih.
Selama rute awal, saya memacu Daihatsu Gran Max di kecepatan 60 km/jam. Lalu, saya naik ke 80 km/jam ketika melihat kondisi jalannya bagus.
Mengingat saya membawa muatan yang berat, jarak pengereman tidak bisa sebaik mobil penumpang. Jadi, kita harus ancang-ancang cukup jauh saat mengerem.
Untungnya, karena Daihatsu Gran Max adalah mobil manual, maka engine brake cukup membantu pengereman. Kali ini, tantangan berkendara seorang diri menjadi sensasi menyebalkan, sekaligus menyenangkan.
Perjalanan ketiga: Mencoba jalur berbeda
Setelah melalui jalanan via Kopeng-Salatiga-Gajah-Kudus, saya penasaran mencoba rute timur. Salah satu alasannya adalah Pantura dan Grobogan sedang banjir. Jalur timur ini melintasi Manisrenggo-Klaten-Surakarta-Purwodadi-Blora hingga tembus jalur lingkar luar Pati.
Menurut informasi, jalur ini sudah lebih baik dari beberapa tahun sebelumnya. Bahkan sedikit lebih baik dari jalur yang saya lewati 2 kali sebelumnya, yaitu Salatiga-Gajahan-Kudus.
Saya meminta kepada senior saya untuk mengambil rute timur. Dia setuju selama saya selalu menghidupkan Google Map. Baginya, yang pernah mencoba rute tersebut, jalannya akan sangat membingungkan. Bermodalkan pengalaman mengendalikan Daihatsu Gran Max dalam kondisi mobil sehat, kosong, maupun dengan muatan berat, percaya diri saya semakin menjadi-jadi.
Lagipula, bukannya bermaksud sombong. Saya bukan supir kemarin sore yang baru mahir membawa Ayla-Agya-Avanza matik tanpa muatan dan dengan fitur serta kendali manja.
Saya kemudian berangkat lebih pagi, sekitar pukul 3 pagi karena mengantisipasi kemungkinan rute nyasar dan titik-titik rawan banjir. Tapi nyatanya, semua berjalan mulus.
Sejak Surakarta-Sugihwaras-Ngandong-Kajen, semua nyaris tanpa halangan berarti. Hanya sedikit persoalan di daerah Sukolilo karena tanjakan dan turunan. Khususnya ketika membawa muatan banyak dan harus berpapasan dengan kendaraan besar yang sulit menanjak. Jalur ini juga dikenal juga sebagai jalur taksi gelap Jogja-Pati.
PR terbesar saya adalah sebuah tikungan tajam sekaligus menanjak ketika masuk Sukolilo dari arah Kudus. Kalau saya memaksa menggunakan gigi 2, maka butuh akselerasi tepat atau ancang-ancang agak panjang sebelum melewati tikungan dan tanjakan “V” itu. Apalagi saya membawa muatan super berat ketika pulang dari Pati. Tapi nyatanya, bersama Daihatsu Gran Max, saya melewati tanjakan itu tanpa kendala.
Apakah Daihatsu Gran Max sehebat itu?
Dari 3 kali perjalanan Jogja-Pati-Jogja, saya bisa memastikan bahwa Daihatsu Gran Max adalah salah satu mobil terkuat dan tergesit. Ia bisa menyaingi Mitsubishi L300 dan mobil box jenis Suzuki.
Setelah menjalani 3 perjalanan itu, adrenalin saya selalu naik setiap tawaran dari Mas Abhi datang. Membawa Daihatsu Gran Max jadi kesenangan tersendiri.
Oya, Mas Abhi adalah senior saya. Dia adalah pemilik warung “Premium Seafood Jogja” yang beralamat di Jl. Kapten Haryadi No.43, Ngentak, Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Jogja. Saya berani menjamin seafood di sana segar dan terkurasi dengan baik. Lha wong saya yang membawa ikannya langsung.
Soal perjalanan PP Jogja-Pati bersama Daihatsu Gran Max, kini justru saya nantikan. Saya menikmati sebuah tantangan baru. Lelahnya melewati jalan tanpa tol, bercampur bau ikan terbayar dengan indahnya persawahan, perbukitan hijau, dan tukang kopi di atas bukit yang dikelilingi hutan jati atau karet.
Saya sekarang bisa memahami kenapa mobil ekspedisi berukuran kecil lebih memilih menggunakan Daihatsu Gran Max. Mobil ini sangat tangguh untuk menjelajah sampai ke pelosok-pelosok daerah yang medan jalannya sungguh di luar dugaan dan membuat jantung sopir berdegup kencang.
Sebagai penutup, biaya BBM Jogja-Pati via Bawen menghabiskan 320 hingga 340 ribu rupiah menggunakan Pertalite. Sementara via jalur Boyolali hanya berkisar 300-320 ribu pulang pergi Jogja-Pati. Soal kendali dan tenaga, jangan ditanya, Daihatsu Gran Max ada di angka 8 dari 10 bagi saya pribadi.
Penulis: Khoirul Fajri Siregar
Editor: Yamadipati Seno
BACA JUGA Saking Banyaknya Kegunaan Gran Max, Kamu Bakal Bingung Ini Mobil atau Aplikasi Gojek dan pengalaman menarik lainnya di rubrik OTOMOJOK.