Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Minggu Kelabu: Sering Sedih, Cemas, dan Ketakutan di Hari Minggu? Sama Saya Juga

Nia Lavinia oleh Nia Lavinia
25 April 2019
A A
minggu kelabu
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Hari minggu bagi saya warnanya kelabu. Di hari itu biasanya saya sangat emo, penuh drama dan air mata. Pas saya cari tahu kenapa, ternyata banyak orang juga mengalami hal yang sama. Apa kamu juga salah satunya?

Sejak lulus dan hidup sendirian di Jogja saya baru sadar kalau saya sedikit membenci hari minggu. Saya nggak tahu apa penyebabnya, tapi setiap hari minggu saya merasa sangat kelabu.

Ketika orang lain begitu lesu di hari kerja dan berbahagia ketika hari minggu, saya sebaliknya. Di hari kerja saya merasa penuh semangat, tapi di hari minggu saya malah lemas tak bertenaga seperti kehilangan tujuan hidup wqwq.

Akhirnya, yang biasa saya lakukan hanya tidur seharian—yang berujung pada perasaan kacau dan ketakutan yang puncaknya terjadi di sore sampai malam hari.

Di hari minggu itu, terkadang saya juga merasakan serangan panik, dan kecemasan yang bikin saya merasakan (((urgensi))) untuk berlindung di bawah meja. Kemudian saya akan menangis cukup banyak karena tiba-tiba merasa sendirian dan kesepian.

Dan kejadian seperti itu berulang dan hampir jadi seperti rutinitas setiap minggu. Makan-tidur-menangis. Eh kadang ada kangen masnya hhe hhe.

Ketika saya menceritakan hal ini, orang-orang kadang nggak percaya kalau saya bisa seperti tadi. Maksud saya, mereka melihat bahwa kehidupan saya di Jogja bisa dibilang cukup sempurna. Saya punya pekerjaan yang menyenangkan, dikelilingi orang-orang baik yang suka ngasih dukungan, kerjaannya cukup santai (apalagi ketika mereka tahu kalau saya bisa tidur siang) dan sama sekali tidak pernah dimarahi ketika mengacau atau melakukan kesalahan.

Ya betul sih cukup sempurna jika dibandingkan dengan mereka—teman-teman saya—yang hidup lebih ngebut  di Jakarta. Di sana, selain harus merasakan kemacetan, harus siap juga stress dengan tekanan pekerjaan, dan atasan yang menyebalkan.

Saya jadi mikir. Iya juga ya. Sebenarnya apa sih yang bikin hari minggu saya itu selalu kelabu?

Seperti seorang manusia modern pada umumnya, saya kemudian melakukan penelitian ilmiah, bertapa di bawah air terjun, sampai mencari wangsit di gua belanda, alias tentu saja itu kelamaan jadi saya mending ngegoogling saja. WQWQ.

Saya kemudian menemukan kenyataan bahwa pengalaman punya hari minggu yang kelabu itu ternyata sesuatu yang cukup umum, alias banyak orang juga yang merasakannya (yha betul, tentu saja aq tida sendirian karena aq tida special).

Menurut saintis, fenomena (((sunday blues))) ini terjadi karena bagian dari otak kita yaitu neocortex sedang mengantisipasi sesuatu di masa depan yang dianggap menakutkan dan bisa bikin stress. Sesuatu yang menakutkan dan bikin stress itu maksudnya hari Senin saudara-saudara~ Betul tuchh, senin tuch seram karena harus kembali rapat dan kerja dan jadi budak dunia~

Ini juga yang menjelaskan fenomena kenapa sebagian orang merasa bahagia di hari jumat meskipun mereka kerja. Yha betul~ Karena otak mereka, lagi-lagi sotoy mengantisipasi kalau besok itu libur. Libur artinya tidak harus bekerja, tidak bekerja artinya bahagia.

Tapi tapi saya merasa penjelasan ini masih belum bikin saya puas. Saya pikir, saya nggak takut-takut amat sama hari senin karena senin di kantor Mojok tidak seburuk itu.

Iklan

Ya sih harus kerja dan rapat dan bikin laporan dan berpikir dan kurasi email dan mengerjakan hal lainnya, tapi hari senin tetap terasa sedikit menyenangkan karena bisa ketemu semua orang di kantor dan dapat makan siang gratis.

Karena saya nggak puas, saya kemudian (((menggali))) lebih dalam penjelasan lain yang lebih mewakili diri saya. Saya kemudian scroll scroll scroll scroll sampai akhirnya menemukan penjelasan lain yang lebih bisa saya terima.

Katanya, seseorang akan merasakan minggu kelabu ketika orang itu mabuk…

Bukan, bukan mabuk kecubung atau orang tua—-apalagi mabuk asmara hhe hhe. Mabuk di sini itu maksudnya mabuk pekerjaan dan mabuk bersosialisasi.

Sebagai seorang milenial yang terlihat bekerja dengan santai karena baru datang ke kantor jam 11 siang dan sudah boleh pulang jam 3 sore, mabuk pekerjaan terdengar tidak relevan. Tapi, ketahuilah Fergosong kalau milenial yang bekerja di (((industri kreatif))) itu jam kerja aslinya bukan jam 11 – 3 sore, tapi jam 11 sampai tipes… HAHAHA. Itu serius!

Di satu hari saya bisa santai di kantor ketawa-ketawa main kartu dan tidur siang, di hari besoknya saya bisa saja masih bekerja ketika jam 1 pagi. Apalagi, sebagai anak media, tidak ada yang namanya hari libur yang—literally libur—alias kamu tetap saja harus bekerja dan melakukan tugas seperti biasanya hanya saja tidak perlu ke kantor.

Pekerjaannya memang terlihat keren dan menyenangkan. Tapi yah—kalau mengutip kata-kata penulis best seller kita, Ali De Praxis—Pekerjaan tetaplah pekerjaan. Mau yang sesuai passion, tidak sesuai passion, harus ngantor tidak perlu ngantor, seragam atau baju bebas, semuanya melelahkan hahaha.

Mabok kerjaan bisa diterima.

Mabok bersosialisasi?

Ya kalau ini sih saya pikir akan sangat gampang dimengerti ketika kamu seorang (((introvert))) seperti saya. Yah menghabiskan waktu 5 hari bercanda dan ketawa-ketawa di kantor memang menyenangkan, tapi kamu tentu saja jika boleh memilih, lebih ingin tidur siang dan kelonan sama buku atau film bagus seharian.

Apa hanya itu saja alasan di balik hari minggu kelabu yang penuh drama dan air mata? Oooo tidak sesederhana itu Fergosong, masih ada alasan-alasan lain (yang seringnya terakumulasi atau berkolaborasi) bikin kita merasa depresyy di hari minggu itu.

Hal-hal semacam perasaan bersalah karena mengacau atau membuat kesalahan di hari sebelumnya juga mempengaruhi tingkat ke-emo-an diri kita.

Nggak ngapa-ngapain di hari minggu ternyata juga bisa bikin kita depresi, lho. Kalau kita kerja kan otak bisa sibuk memikirkan banyak hal, sementara ketika cuman gular goler aja, otak nggak melakukan apa-apa jadinya suka tiba-tiba aja mengingat kembali kebodohan di masa lalu. Atau yang lebih seram sih, malah otak nggak mikirin apa-apa jadinya kita merasa kosong dan hampa (ini yang saya maksud seperti kehilangan tujuan hidup).

Hal terakhir yang bisa bikin kita emo dan drama update status kesedihan adalaaaaaaah kurangnya interaksi sosial. Hari minggu terasa kelabu karena kita merasakan puncak kesepian. Dan di saat kesepian kayak gitu, kita sangat mendambakan interaksi sosial tapi ketika melihat kenyataan kalau kita sendirian, kita akhirnya merasa lebih sedih dari biasanya deh. Ini nih yang kadang bikin mikir kalau punya pacar itu ternyata penting ya hhe hhe.

Kira-kira ada nggak sih yang bisa kita lakukan biar hari minggu kita itu nggak kelabu?

Kalau kata para ahli, nggak tahu para ahli siapa yang penting para ahli aja dulu lah. Kita disarankan untuk belajar mindfulness. Menikmati apa yang terjadi saat ini dengan tidak memikirkan masa lalu, atau khawatir tentang masa depan.

Katanya, ketika rasa panik dan ketakutan menyerang, cobalah fokus dengan apa yang terjadi saat itu. Lihat sekeliling, bernafas, dan sadari kalau hal jelek yang muncul dalam pikiran kita itu, belum dan nggak akan terjadi.

Kedua, cobalah menghabiskan hari minggumu melakukan sesuatu yang kamu suka. Membaca, melukis, masak, atau pergi piknik ke suatu tempat yang membuat kamu bahagia. Pokoknya jangan gabut biar otaknya nggak mikir kemana-mana hhe hhe.

Ps: tolong seseorang aja saya piknik ke luar ngaglik hhe hhe.

Terakhir, kita harus sering-sering memberikan kata-kata baik kepada diri kita seperti “ya hari senin memang melelahkan tapi kamu sudah sering melewatinya”. Lalu, ingat bagian-bagian menyenangkan yang bikin kita semangat melanjutkan kehidupan seperti “Oh manga one piece bakal update lagi nanti”.

Terakhir diperbarui pada 24 Februari 2021 oleh

Tags: depresimental healthsunday blues
Nia Lavinia

Nia Lavinia

Mahasiswa S2 Kajian Terorisme, Universitas Indonesia.

Artikel Terkait

stres pemilu mojok.co
Kotak Suara

Apakah ‘Stres Pemilu’ Itu Nyata? Jangan Abaikan, Bisa Sebabkan Masalah Fisik dan Mental

18 April 2023
gejalan gangguan kesehatan mental mojok.co
Kesehatan

Gejala Gangguan Kesehatan Mental Menurut Pakar UGM

15 Februari 2023
overthinking mojok.co
Kesehatan

3 Cara Atasi Overthinking Menurut Psikolog UGM

12 Juli 2022
Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati MOJOK.CO
Malam Jumat

Teror Pulung Gantung: Air Mata dan Seutas Tali Pati di Pohon Jati

23 Juni 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.