MOJOK.CO – Setidaknya, ada tiga acara televisi yang seharusnya tidak dilewatkan, baik oleh Jokowi maupun Prabowo. Malah kalau perlu, dimasukkan ke agenda kerja mereka saja!
Makin mendekati Pemilu seperti sekarang ini, agenda pasangan Jokowi maupun Prabowo pasti makin padat: kampanye, rapat, menghadiri undangan, melakukan kunjungan, mempersiapkan debat, dan urusan-urusan penting lainnya. Jangankan menonton televisi, tidur saja saya kira mereka harus mencuri-curi waktu.
Lagi pula banyak acara di televisi kita yang rasanya tidak relevan dengan kepentingan Jokowi dan Prabowo. Infotainment dengan kasak-kusuknya, Janji Suci Raffi Ahmad dan Gigi, kehebohan di Rumah Uya, ajang pencarian bakat musik, tingkah alay para vlogger, atau sinetron-sinetron yang sampai ratusan episode. Acara-acara begitu, sih, cocoknya buat orang kayak saya yang punya waktu melimpah untuk disia-siakan!
Namun, bukan berarti tidak ada acara tivi yang penting buat calon pasangan presiden Indonesia tercinta ini. Dalam pengamatan saya, setidaknya ada tiga acara yang seharusnya tidak dilewatkan baik oleh Jokowi maupun Prabowo. Malah kalau perlu, dimasukkan ke agenda kerja mereka saja. Jam tayangnya juga relatif jauh dari jadwal normal kantor. Jadi, keputusannya hanya bergantung pada ada atau tidaknya political will dari kedua pasangan tersebut.
Ketiga acara tersebut adalah Menembus Mata Bathin, Rahasia Batin, dan Siraman Qolbu.
Menembus Mata Bathin adalah versi baru dari serial Karma yang dibintangi oleh Roy Kiyoshi. Sebelumnya, Karma tayang setiap hari pada pukul 23.00 WIB-sampai 2.00-an pagi. Pernah ada putusan haram untuk acara ini karena isinya dianggap mengumbar aib dan bernuansa kahin. Tapi, acara ini makin populer, bahkan sampai dibikin versi sinetronnya.
Acara Karma juga sempat beberapa saat berhenti ketika, katanya, Roy menjalani operasi plastik dan kini muncul kembali dengan konsep dan judul baru, Menembus Mata Bathin. Saya sering nonton bareng-bareng temen waktu ronda.
Pada pukul 23.00 juga, ada acara Rahasia Batin. Kontennya hampir sama dengan acara yang diasuh oleh Roy, hanya metode penanganannya berbeda. Bintangnya adalah seorang ustaz, yaitu Ustaz Dhanu, yang dipandu oleh Robby Purba, mantan partner Roy Kiyoshi di Karma.
Sementara itu, acara Siraman Qolbu dapat disaksikan setiap pagi pada pukul 05.00-06.45 WIB. Pengisi acaranya juga Ustaz Dhanu yang ditemani oleh Irfan Hakim. Pesertanya adalah jamaah majelis taklim. Acara ini lebih cair. Ada canda dan tawa para jamaah yang mayoritas ibu-ibu. Pakaian mereka juga lebih meriah. Tidak serba gelap seperti dua acara sebelumnya. Dalam acara ini, siraman qalbu berupa tausiyah singkat diberikan oleh sang Ustaz. Selebihnya adalah pengobatan.
Karena Pak Jokowi atau Prabowo pasti tidak ada tugas ronda, dua acara pertama mungkin bisa ditonton sehabis lembur rapat atau menjelang istirahat. Satu acara lainnya bisa dinikmati sehabis subuhan sembari nyeruput kopi.
Bukan soal bagaimana tampilan Roy Kiyoshi pasca operasi atau bagaimana sang indigo ini memvisualkan makhluk halus yang mengganggu partisipan dan membantu memecahkan masalah mereka yang perlu diketahui oleh Jokowi atau Prabowo dari acara tersebut. Tidak juga tentang bagaimana Ustaz Dhanu mengatasi orang kesurupan atau mengusir jin dan dajjal dari diri para narasumber akibat ilmu-ilmu syirik yang menitis atau pernah mereka jalani. Hal-hal seperti itu jelas bukan materi urgen untuk kampanye dan tidak bakal ditanyakan oleh KPU dalam sesi-sesi debat nanti.
Persoalan yang diadukan oleh para narasumber atau partisipan dalam ketiga acara tersebut rata-rata hampir sama; efek pesugihan, pengaruh pelet, santet, teluh, sihir, guna-guna, penglarisan, dan sejenisnya. Sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan politik atau negara karena semuanya melibatkan jin, siluman, dan makhluk-makhluk astral lainnya. Tapi justru di situlah letak pentingnya acara ini.
Sebagai orang yang bekerja untuk kepentingan masyarakat, Jokowi atau Prabowo mungkin bisa bertanya di mana peran negara dalam kehidupan orang-orang ini. Mengapa, misalnya, di negeri yang gemah ripah loh jinawi, sampai-sampai ibarat kata “kail dan jala cukup menghidupimu” ini, orang lebih memilih datang ke gua-gua gelap untuk mencari pesugihan? Apakah tangan-tangan negara tidak menjangkau mereka untuk memberikan bantuan?
Kita mungkin bisa menduga-duga bahwa semua itu karena keserakahan, kebodohan, kepicikan, kegelapan hati, dan pikiran dari terang ilmu dan iman. Tapi bisa juga semua itu terjadi karena mereka merasa tidak ada pilihan lain. Negara terlalu jauh, sementara jin dianggap bisa jadi alternatif praktis dengan persyaratan yang tidak seribet birokrasi kita. Misalnya begitu.
Nah, dengan menonton ketiga acara tersebut, barangkali akan muncul inisiatif kebijakan negara yang lebih berpihak dan menyentuh hingga lapisan masyarakat terbawah. Dengan begitu, kehadiran negara benar-benar dapat dirasakan tidak hanya saat menjelang Pemilu.
Tapi kalau Jokowi atau Prabowo kemudian tertarik untuk mengirim para pendukungnya yang suka bicara ngaco dan menyakiti ke acara tersebut juga boleh saja. Ya, siapa tahu mereka memang sedang kesurupan demit.