Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Malam Jumat

Kisah Korban Kalong Wewe: Terbang dari Jakarta ke Bekasi, ‘Diculik’ Selama 1 Minggu Berasa 1 Hari

Nasrulloh Alif Suherman oleh Nasrulloh Alif Suherman
7 Januari 2021
A A
Kisah Korban Kalong Wewe: Terbang dari Jakarta ke Bekasi, ‘Diculik’ Selama 1 Minggu Berasa 1 Hari MOJOK.CO

Kisah Korban Kalong Wewe: Terbang dari Jakarta ke Bekasi, ‘Diculik’ Selama 1 Minggu Berasa 1 Hari MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Teman saya yang bernama Riyan punya sebuah pengalaman yang tak akan terlupakan seumur hidup: menjadi korban penculikan kalong wewe!

Saat itu menjelang magrib, anak-anak di kampung hendak pergi mengaji ke masjid. Meskipun di Jakarta, saat itu jalanan masih jelek dan banyak kebun bambu lebat. Maklum, saat itu masih pertengahan 1990. Daerah pinggiran Jakarta juga masih terlihat sangat (((countryside))), dan tidak ada bedanya dengan kampung-kampung lain di luar Jakarta.

Seperti anak-anak kecil pada umumnya, Riyan ikut rombongan anak-anak yang hendak mengaji. Mereka berjalan melewati kebun bambu lebat yang memanjang 200 meter. Riyan dan teman-teman terpaksa melewati jalan itu, sebab jalan utama kampung sedang diaspal.

Riyan sebetulnya enggan melewati jalan itu karena peringatan mamangnya sebelum berangkat. “Jangan ngomongin kalong wewe sama teman-teman lu itu. Pamali.” Namun, dia tidak punya pilihan lain. Kalau membolos ngaji pasti kena omel. 

Jalanan memutar itu gelap karena tidak ada lampu penerangan. Oleh sebab itu,  Riyan dan teman-temannya membawa obor.

Awal masuk jalan itu sebenarnya tidak ada apa-apa. Ketika langit mulai redup obor mulai dinyalakan satu per satu. Walaupun tidak terlalu terang-terang amat, setidaknya penglihatan sedikit terbantu.

Saat itu Riyan berjalan di barisan paling belakang. Dia memang suka berjalan paling belakang karena merasa aman kalau teman-temannya yang berjalan di depan. Sekali lagi, peringatan soal kalong wewe terngiang.

Di pertengahan jalan, angin mulai bertiup kencang dan suara pohon bambu yang bergesekan terdengar aneh. Srekkk, srekkk, srekkk. Bagi mereka, situasi seperti itu masih biasa saja. Riyan dan teman-temannya masih berjalan santai. Sedikit lagi mereka sampai, tidak perlu terburu-buru.

Sembari berjalan, mereka saling menimpali cerita temannya dengan cerita lain. Dan entah bagaimana, percakapan bergeser ke soal mistis, padahal awalnya tentang acara televisi. Obrolan yang ingin dihindari Riyan.

Obrolan soal mistis memang seru ketika dibahas ramai-ramai. Yang mereka bicarakan mulai dari yang nasional sampai mistis lokal di kampung. Riyan tidak ikut bicara. Sebenarnya, dia memang parnoan. Bukan takut berlebihan. Tapi jika disuruh memilih, dia akan menghindari topik semacam itu.

Hingga akhirnya salah satu temannya membicarakan setan yang belakangan sedang ramai diperbincangkan di kampung mereka, kalong wewe. Riyan langsung mengernyitkan dahi dan langsung “konek” pembicaraan teman-temannya itu.

“Ehhh, ngobrolin yang lain aja ngapa, kayak kagak ada topik lain aja lu pada,” tegur Riyan kepada teman-temannya itu.

Riyan menegur temannya karena sudah diperingatkan mamangnya. “Jangan sebut kalong wewe itu. Pokoknya jangan.”

“Berisik, lagi seru nih,” balas teman-teman Riyan

Iklan

“Udahlah, yang lain aja. Lagian, dikit lagi sampai masjid,” Riyan masih coba membujuk teman-temannya itu.

“Emang napa sih, ett. Takut tiba-tiba datang kalong wewe….” 

Suasana tiba-tiba hening. Riyan merasa tubuhnya terangkat tinggi. Semuanya terjadi begitu cepat. Yang Riyan lihat terakhir adalah muka teman-temannya yang bergidik ngeri, melemparkan obor yang digenggam, lalu lari meninggalkan dirinya yang tiba-tiba terangkat tinggi.

Setelah itu, ingatannya samar-samar….

Riyan merasa berada di dalam “dekapan” sesuatu atau seseorang. Dia belum sadar tengah berada dalam dekapan kalong wewe. Ingatannya samar. Dia mulai tersadar sesaat sebelum azan subuh menggema. Riyan baru mulai “ngeh” sudah tidak lagi di dalam “dekapan” kalong wewe.

Riyan melihat sekelilingnya. Dia merasa asing. Riyan melihat banyak angkutan umum lalu-lalang. Pandangannya sampai ke sebuah papan penunjuk arah dan membacanya: 

“TERMINAL BEKASI”

Riyan akhirnya berhasil pulang diantarkan aparat setempat yang menemukannya. Bagaimana bisa ditemukan? Sebab, setelah tahu berada jauh dari rumah, dia menangis sejadi-jadinya sampai ngompol.

Setelah ditenangkan banyak orang, Riyan diantar ke kantor polisi di dekat terminal. Polisi mengajukan banyak pertanyaan. Riyan menceritakan kejadian yang “baru saja” dia alami. Tentu saja, polisi ragu dengan cerita diculik kalong wewe.

Riyan, yang akhirnya kembali ke kampung disambut tangis orang tuanya. Orang-orang kampung ramai melihatnya, polisi kebingungan melihat keramaian itu. Mereka akhirnya menanyakan soal kejadian yang terjadi.

Teman-teman Riyan yang saat itu juga ada bercerita kepada polisi. Teman-teman Riyan melihat Riyan dibawa oleh kalong wewe, sosok perempuan besar yang payudaranya bergelayutan. Rasa takut membuat mereka tidak berkutik saat melihat Riyan dibawa dari belakang. Saat bisa bergerak, mereka berlari karena takut bernasib sama.

“Kejadian itu kapan, dik?” Tanya salah satu polisi yang mengantarkan Riyan.

“Seminggu yang lalu, pak”

Para polisi itu terdiam. Sebab, Riyan bercerita kalau dia merasa bahwa itu baru kemarin. Sepertinya mereka sadar, walaupun seorang penegak hukum, sepertinya ini di luar ranah mereka. Mereka pergi dan hanya berpesan agar menjaga anak di rumah. Jangan dibiarkan pergi saat waktu menjelang magrib. Mereka akhirnya pamit pulang.

Kejadian yang menghebohkan itu lama-lama lenyap ditelan waktu. Meski memang sempat ramai selama beberapa tahun, lama-lama “mitos” tersebut makin uzur. Apalagi, jalanan yang menjadi saksi bisu juga sudah tidak berisi kebun bambu, sudah terganti dengan kavling perumahan yang baru dibangun.

Riyan, kini dirinya sudah menginjak kepala tiga dan berkeluarga. Sampai saat ini, kisah itu menjadi pengalaman dirinya yang pernah (((teleportasi))) dari Jakarta ke Bekasi karena diangkut kalong wewe.

*Cerita ini berdasarkan kisah nyata. Nama tokoh bukan sebenarnya. Dituturkan ulang berdasarkan izin “korban” kalong wewe.

BACA JUGA Foto Misterius dari Langit-Langit Kamar dengan Hape Baru dan pengalaman bersama setan lainnya di rubrik MALAM JUMAT.

Terakhir diperbarui pada 7 Januari 2021 oleh

Tags: cerita horordiculik kalong wewekalong weweMalam Jumatwewe gombel
Nasrulloh Alif Suherman

Nasrulloh Alif Suherman

Artikel Terkait

Toko Buah Horor di Sudut Kota Jogja MOJOK.CO
Malam Jumat

Toko Buah Horor di Sudut Kota Jogja: Tentang Sosok Hantu Perempuan yang Muncul dari Tempat yang Tidak Terduga

22 Mei 2025
Asrama Horor di Sudut Magelang MOJOK.CO
Malam Jumat

Asrama Horor di Sudut Magelang: Tentang Bisikan Dingin yang Tidak Terjawab

6 Maret 2025
Horor di Stasiun Tugu Jogja: Semakin Dicari Sisi Logisnya, Semakin Seram Ceritanya.MOJOK.CO
Ragam

Horor di Stasiun Tugu Jogja: Semakin Dicari Sisi Logisnya, Semakin Seram Ceritanya

14 Januari 2025
Homestay Horor di Pusat Kota Jogja MOJOK.CO
Malam Jumat

Homestay Horor di Pusat Kota Jogja: Tentang Dia yang Mengintip dari Celah Pintu

9 Januari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.