MOJOK.CO – Rizky tak yakin ada hantu tanpa kepala yang suka seliweran di pondoknya. Rizky yakin itu cuma akal-akalan pengurus pondok saja untuk menakut-takuti santri.
Sudah masyhur cerita hantu tanpa kepala di tempat Rizky mondok. Siapa saja yang masuk menjadi santri baru, selalu ada santri senior yang bakal cerita soal hantu tanpa kepala ini.
Awal mulanya karena, konon, ketika masih awal-awal pondok tempat Rizky belajar ngaji ini dibangun, Kiai Abdul, sang pendiri pondok punya banyak santri. Masalahnya, Kiai Abdul tidak hanya mengajar santri manusia biasa, melainkan ngajarin santri berwujud jin pula.
Cerita aneh itu selalu diceritakan dari generasi ke generasi. Dulu ketika Kiai Abdul masih mengajar ngaji santri-santrinya yang jin, beliau pernah didatangi sesosok jin atau hantu tanpa kepala pada suatu hari. Jin atau hantu tanpa kepala ini lalu duduk di belakang jin-jin yang masih antri ngaji.
Sadar ada jin yang bukan dari lingkungan sekitar, Kiai Abdul lalu memanggil sosok yang nyelonong tersebut.
“Kamu siapa? Kenapa ke sini?” tanya Kiai Abdul.
Entah bagaimana cara dialognya, meski tak punya kepala, Kiai Abdul bisa mengerti apa yang digusarkan oleh sosok yang tiba-tiba masuk ke pondok ini.
“Kepala saya jatuh di sekitar sini, Pak Kiai. Kalau diizinkan, saya ingin mencarinya di sekitar pondok Pak Kiai,” kata hantu tanpa kepala tersebut.
Kiai Abdul tampak mengerti, lalu mempersilakan hantu tanpa kepala itu untuk tinggal sebentar di pondoknya sembari mencari kepalanya.
“Tapi, jangan kamu ganggu santri-santriku yang betulan mau belajar ngaji di tempatku,” kata Kiai Abdul.
“Baik, Pak Kiai,” kata hantu tanpa kepala tersebut.
“Cuma, kalau kebetulan ada santriku yang mbeling nggak karuan. Kamu boleh menakut-nakutinya biar kapok,” kata Kiai Abdul menambahkan lagi.
Cerita ini selalu diingat oleh siapapun orang yang pernah mondok di pondoknya Rizky ini. Hanya saja, sudah hampir puluhan tahun cerita ini berkembang, dan tak ada satupun santri yang pernah kena sial ditakut-takuti hantu tanpa kepala ini.
Kiai Abdul sendiri sudah meninggal lebih dari setengah abad yang lalu. Kebetulan, para pewaris pondok tidak punya ilmu sesakti Kiai Abdul. Barangkali karena itu pula santri tak lagi melihat ada hantu tanpa kepala selama lebih 20-an tahun.
Itulah yang bikin Rizky dan beberapa temannya merasa percaya diri untuk “cabut” alias keluar dari pondok suatu malam. Rizky dan teman-temannya percaya, cerita ini sebenarnya cuma mitos saja. Kisah yang disebarkan agar nggak ada santri yang berani melanggar peraturan pondok.
Malam itu, Rizky sudah janjian dengan teman-temannya untuk cabut dari pondok. Karena gerbang utama selalu ditutup, Rizky berencana kabur lewat kamar mandi pondok putra yang berada di pojok halaman utama pondok putra.
Sebentar, sebentar. Kenapa harus lewat sana?
Karena di ujung lorong kamar mandi ada tangga permanen untuk naik menuju ke bak penampungan air. Nah, dari bak penampungan air, ada tiang listrik bahu jalan yang deket sekali untuk diraih. Tiang itu, berada di area luar pondok. Dari sana, tinggal meluncur saja ke bawah yang sudah bukan area pondok.
Untuk bisa menjalankan rencana ini dengan paripurna, Rizky dan teman-temannya tak boleh bergerombol saat menuju kamar mandi. Takut pengurus pondok bisa curiga kalau tiba-tiba ada rombongan masuk ke kamar mandi pada malam hari.
Oleh karena itu, Rizky jadi orang pertama yang cek ombak. Melihat situasi. Kalau Rizky tak juga kembali ke kamar, berarti rencana mereka lanjut.
Begitu masuk ke area lorong kamar mandi, Rizky melewati dulu kolam cuci kaki sedalam mata kaki. Kubangan air yang selalu ada di hampir setiap pondok pesantren untuk mencuci kaki. Nah, kebetulan tempias airnya menimbulkan suara gelombang air sedikit.
Mentas dari kolam itu, sambil berjinjit sedikit, Rizky menghampiri ujung lorong kamar mandi. Dari tempat kolam cuci kaki sampai tangga di ujung kamar mandi, jaraknya cukup lumayan. Sekitar 20-an meter.
Baru saja tangan Rizky menyentuh tangga, tiba-tiba Rizky merasa ada sesuatu yang aneh. Tempias air kolam cuci kaki tak juga berhenti-henti. Bahkan gelombang airnya seperti makin membesar. Samar-samar bahkan terdengar ada sesuatu yang masuk ke kubangan air itu.
Keadaan lorong begitu gelap karena Rizky memang sengaja tidak menyalakan lampu kamar mandi lebih dulu. Jadi Rizky memilih langsung masuk ke salah satu kamar mandi yang terbuka. Rizky yakin, dirinya seperti diikuti oleh seseorang. Barangkali pengurus pondok sedang razia, batin Rizky.
Pintu tidak ditutup agar pengurus pondok mengira tidak ada orang. Sambil sembunyi di sudut pintu yang masih terbuka ke dalam, Rizky cuma berharap dirinya tidak ketahuan.
Tiba-tiba suara gelombang air itu pun berhenti.
Awalnya Rizky mengira, itu tanda kalau pengurus pondok sudah pergi. Tapi beberapa detik kemudian muncul suara ketukan di setiap pintu kamar mandi yang tak tertutup. Ada sekitar 20 kamar mandi saling berhadap-hadapan di sana. Dan satu demi satu pintunya berbunyi.
“Tok.”
“Tok.”
“Tok.”
Suara ketukan itu mendekat ke kamar mandi Rizky. Tentu saja Rizky hampir saja kencing di celana. Saat itu, Rizky masih berpikir kalau yang sedang mengecek itu adalah pengurus pondok. Mengetuk setiap pintu kamar mandi untuk memastikan tidak ada orang di sana. Mungkin dengan cara memukulkan rotan panjang ke pintu-pintu kamar mandi.
Sayangnya, kalau mau diperhatikan lagi, suara yang muncul itu bukan suara rotan. Karena keadaan begitu sunyi, Rizky memperhatikan betul kalau suara itu adalah suara benturan kuku dengan pintu kamar mandi yang terbuat dari seng. Bahkan kadang ada suara menyeret antara kuku dan besi seng.
Lama-lama pikiran Rizky yang mengira itu adalah pengurus pondok yang sedang razia beralih menjadi sesuatu yang aneh. Apalagi ketika suara itu…
“Tok…”
“Tok…”
…mulai mendekat ke kamar mandi tempat Rizky bersembunyi.
Rizky tak berani keluar. Ada perasaan aneh yang menyerang dadanya. Sepertinya yang sedang menuju lorong itu bukan pengurus pondok. Apalagi tak tampak bayangan sekelebatan orang sama sekali.
Sampai akhirnya pintu kamar mandi Rizky pun diketok…
“Tok…”
Lalu berhenti.
Rizky tak merasa ada sesuatu di balik pintu kamar mandinya. Kosong. Seperti tidak ada apa-apa. Dari sana Rizky tak berani keluar, tak berani melengok melihat situasinya. Lalu ditengoknya sedikit sela pintu di ujung, ada sesosok bertubuh tinggi besar.
Meski tak cukup jelas karena begitu gelap, tapi Rizky tahu itu seseorang.
Hampir saja Rizky teriak. Hanya saja, begitu menyadari ada sesuatu yang seharusnya ada di sana—tapi tak ada di sana, Rizky menahan teriakan sekuat tenaga.
Di bagian atas sosok itu, harusnya ada kepala, tapi sosok itu cuma memiliki bahu. Seolah-olah, antara bahu kanan dan bahu kirinya adalah satu kesatuan. Menyisakan hanya secuil potongan leher saja seperti batang pohon yang kena tebang.
Sosok aneh itu lalu beralih menuju kolam cuci kaki lagi. Masih dengan ketukannya di tiap pintu.
“Tok…”
“Tok…”
Hantu tanpa kepala itu ternyata betulan ada. Bukan mitos.
Rizky semakin tak mau bersuara lagi. Paling tidak untuk satu malam itu. Tiba-tiba dunianya jadi sempit, hanya seputar kamar mandi yang dipakainya untuk bersembunyi itu. Keadaan jadi makin gelap. Lalu semakin gelap.
Sampai tiba-tiba..
“Cuk, kenapa kamu tidur di sini?” kata teman Rizky membangunkan.
Rizky bangun dari tidurnya. Kaget. Keringat dingin keluar begitu deras. Bingung. Ternyata dirinya tertidur di kamar mandi.
“Dicari-cari dari tadi. Jadi cabut nggak nih?” kata teman Rizky sudah siap mau naik ke tangga.
Rizky tak yakin. Barusan ini mimpi atau bukan ya? Meski begitu, nyalinya mendadak ciut. Keberaniaannya luntur seketika. Apalagi ketika menengok kembali lorong kamar mandi itu.
“Aku nggak jadi cabut ah. Kapan-kapan aja, Cuk,” kata Rizky lalu kabur menuju kamar meninggalkan teman-temannya di kamar mandi.
Rizky baru sadar kemudian, ternyata selangkangannya sudah basah dan memuar bau pesing.
BACA JUGA TAKUT TIDUR GARA-GARA BAYANGAN HITAM DI RUMAH NENEK atau tulisan rubrik MALAM JUMAT lainnya.