Padahal tinggal menunggu waktu diangkat menjadi PNS, tapi justru melepasnya demi mengembangkan dan melestarikan panahan tradisional di Surabaya. Keputusan yang tak pernah membuat menyesal karena akhirnya bisa membawa anak-anak di Surabaya berprestasi dari level provinsi, nasional bahkan kini hendak menjajaki kancah internasional.
Begitulah perjalanan Ustaz Irul (40), pembina Sunnah Sport Community (SSC) yang merupakan salah satu tempat pembinaan panahan tradisional yang cukup diperhitungkan di Surabaya, Jawa Timur.
***
Selepas berteduh di pinggiran Kali Jagir Wonokromo, Surabaya sembari ngobrol-ngobrol dengan beberapa orang yang tengah mancing, saya lalu memacu motor secara perlahan untuk memutari perkampungan di sekitar Kali Jagir.
Saat masuk ke Bratang, Ngagelrejo, ada dua orang pemuda yang tengah asyik menerbangkan drone di sebuah lapangan voli kampung yang berbatasan dengan sebuah tembok usang. Saya pun berhenti karena penasaran, apa objek yang sedang mereka ambil dari atas?
Selain itu, siang itu, Sabtu, (20/4/2024), panas Surabaya terasa sangat menyengat. Area dua pemuda itu menerbangkan drone tampak cukup teduh. Saya merasa perlu berhenti sejenak.
Ternyata di balik tembok usang yang membatasi lapangan voli tersebut ada sebuah lapangan yang cukup luas. Di dalamnya tampak anak-anak tengah membidik target untuk anak panah mereka. Pemandangan itu saya tangkap sekilas dari semacam pintu masuk kecil yang ada di ujung tembok.
“Itu latihan panahan, Mas. Kalau mau masuk silakan saja, nggak apa-apa kok,” ujar satu dari dua pemuda yang saya temui siang itu.
Tak jadi PNS demi kembangkan panahan tradisional Surabaya
Lapangan itu adalah tempat latihan SSC, salah satu tempat pembinaan panahan tradisional di Surabaya. Saya mendapat sambutan hangat dari Ustaz Irul selaku pembina SSC Surabaya saat saya masuk ke dalam. Setelah membantu salah satu anak didiknya membenarkan tali busur panah, ia lantas mempersilakan saya duduk di tepi lapangan, di bawah pohon mangga yang cukup rindang.
“Ini sebenarnya lapangan PDAM (Ngagel). Kami sewa buat latihan karena memang sejauh ini belum kepakai,” ucap Ustaz Irul.
Kepada saya Ustaz Irul mengaku awalnya tak memiliki minat yang besar dalam dunia panahan. Sebelumnya ia bekerja sebagai tenaga outsourcing di sebuah instansi di Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya. Bahkan pada 2015, tinggal menunggu waktu saja bagi Ustaz Irul untuk diangkat menjadi PNS.
Namun pada 2015 itu pula Ustaz Irul justru mengambil “keputusan nekat”. Ia memilih resign meski sudah tinggal menunggu waktu saja menjadi PNS. Ia memilih mendalami dunia panahan karena ingin mengembangkan panahan di Surabaya.
“Kalau ditanya kok bisa? Apa pertimbangannya? Kenapa kok tiba-tiba punya hasrat ke panahan (karena sebelumnya tidak terlalu)? Saya nggak bisa jawab. Semua terjadi begitu saja. Saya tiba-tiba sreg dengan panahan,” ungkap pria asli Surabaya tersebut.
Karena kalau ngomong pertimbangan rasional, Ustaz Irul sendiri menyebut harusnya ia memilih lanjut sebagai PNS. Karena keuangan hingga hari tua terjamin.
Tapi pilihannya melepas peluang menjadi PNS demi mengembangkan panahan tradisional di Surabaya adalah persoalan batin. Ia tak masalah pada akhirnya harus hidup sederhana dan secukup-cukupnya bersama keluarga kecilnya.
“Pemasukan sekarang dari ngajar ekstrakurikuler panahan tradisional di sekolah. Dari membuat peralatan panah tradisional juga,” kata Ustaz Irul. Karena di samping melatih panahan tradisional, ia juga menjual peralatan panahan buatannya sendiri.
Berlatih panahan hingga ke Jogja
Ustaz Irul mengaku sebelumnya sama sekali tak punya basic skill memanah. Oleh karena itu, untuk memenuhi hasratnya, di tahun 2015 itu ia sampai berangkat ke Jogja khusus untuk belajar panahan.
“Awalnya berlatih panahan modern. Dulu itu di Stadion Sultan Agung, Imogiri Timur. Setelah itu latihan panahan tradisional, dulu pernah berlatih juga sama abdi dalem Keraton Jogja,” tutur Ustaz Irul.
Ustaz Irul balajar banyak perihal panahan tradisional. Tak cuma soal teknis, bahkan soal pembuatan busur dan anak panah serta filosofi-filosofinya pun turut ia pelajari.
“Kalau di Jogja itu kan merujuk model memanahnya pasukan Pangeran Diponegoro. Jadi saya belajar dari panahan berkuda, Jemparing (memanah sambil duduk), terus ada juga Jegulan (memanah dengan menggunakan insting),” beber Ustaz Irul.
Dari situ pula hati Ustaz Irul tertambat dengan panahan tradisional. Baginya, panahan tradisional yang kaya akan filosofi itu perlu dilestarikan dengan mengenalkannya pada generasi-generasi muda.
Oleh karenanya, sepulang dari Jogja, pada 2016 Ustaz Irul mulai memasukkan proposal ke berbagai sekolah (dari SD, SMP, hingga SMA) di Surabaya. Isinya adalah pengajuan pengadaan ekstrakurikuler panahan tradisional.
Panahaan bukan hanya soal sunnah
Waktu itu tentu tidak mudah bagi Ustaz Irul untuk menjaring antusiasme sekolah-sekolah di Surabaya. Beberapa sekolah negeri menolak karena menyalahpahami panahan sebagai olahraga yang identik dengan kelompok-kelompok Islam kanan yang cenderung ekstremis.
“Ada yang menganggap panahan ini olahraga kelompok jihadis dan teroris. Nah, itu yang ingin coba saya luruskan,” ucap Ustaz Irul.
“Yang bisa menerima sejauh ini sekolah-sekolah berbasis Islam di Surabaya. Pandangan awal mereka menerima ya karena ini olahraga sunnah. Sementara sekolah negeri masih belum,” sambungnya.
Namun, Ustaz Irul memang berkomitmen bahwa output dari adanya ekstrakurikuler panahan tradisional ini adalah peningkatan prestasi non akdemik, baik bagi siswa maupun sekolah tempatnya berasal. Jadi bukan hanya karena sunnah belaka.
Dari melatih ekstrakurikuler panahan tradisional di sekolah, Ustaz Irul kemudian membuka tempat pembinaan sendiri yang kemudian lebih dikenal dengan nama SSC.
“Totalnya sekarang ada 35 anak yang ikut latihan. SD ada, SMP SMA ada, yang mahasiswa juga ada,” terang Ustaz Irul. Bahkan ada juga orang-orang tua anak didiknya yang pada akhirnya tidak hanya mengantar latihan, tapi juga ikut latihan panahan tradisional di SSC Surabaya.
Baca halaman selanjutnya…
Menjajaki turnamen nasional hingga internasional