Menurut tukang servis, jok motor sejatinya bisa awet bertahun-tahun. Namun, ada saja yang membuatnya cepat rusak. Fakta lainnya, banyak cowok yang memesan jok motor yang licin.
***
Jok motor adalah komponen penting penunjang kenyamanan berkendara yang kerap saya sepelekan. Sudah berbulan-bulan kulit yang melapisi alas duduk yang membawa saya bekerja mengelilingi Jogja sebagai wartawan itu rusak. Namun, terus saya abaikan.
Sampai akhirnya, saat sedang berkendara tak tentu arah, tiba-tiba saya melihat kios tukang servis jok di sudut Jalan Affandi, Sleman. Pikiran saya langsung tergerak untuk membenahi barang penting satu ini.
Saya langsung menepi dan bertanya seputar produk-produk kulit untuk jok motor yang tersedia. Modelnya beragam. Ada yang bermodel variasi dengan warna dan juga polosan. Harganya berkisar antara Rp50-150 ribu.
Jujur, ini kali pertama saya mengganti jok motor. Barang satu ini memang tergolong awet bertahun-tahun. Terkadang, meski rusak pun masih kerap diabaikan karena tidak mengganggu performa mesin kendaraan.
Pernah suatu kali jok motor saya rusak. Namun, tiba-tiba saja bapak sudah terlebih dahulu menggantinya. Bapak mengaku risih dengan ketidakpekaan untuk mengganti piranti motor yang sudah tidak layak.
“Biasanya pada cari yang ini Mas. Ini halus,” kata Riki Wawan (26) membantu kebingungan saya sambil menunjuk sebuah kulit hitam polos yang tercantol di rak dinding.
Wawan, sapaan akrabnya, merupakan pekerja di Servis Jok Arema. Sudah tiga tahun ia bekerja di kios milik tetangganya. Wawan berasal dari sebuah desa bernama Mojogeneng di Mojokerto, Jawa Timur.
Pengalaman bekerja sebagai tukang servis jok motor beberapa tahun belakangan membuatnya sedikit paham tipe-tipe alas duduk motor yang disukai pelanggan. Ada yang suka jok dengan tipikal halus dan ada pula yang lebih nyaman dengan permukaan yang kesat.
Jok licin kesukaan lelaki
Wawan bercerita kalau ada lumayan banyak pelanggan yang servis jok motor mencari jok dengan permukaan halus. Padahal ia sesekali memberi pesan bahwa jenis itu relatif licin.
“Biasanya yang minta tipe yang licin itu cowok,” kelakarnya.
Jok motor saya sebelumnya ini juga termasuk yang licin. Setiap saya membonceng teman lelaki, mereka kerap mengeluh karena rem tipis saja bisa membuat mereka terdorong maju.
Mereka suuzan, kelicinan ini saya manfaatkan agar ketika membonceng cewek agar bisa lebih nempel. Padahal yang dulu memesan jok itu adalah bapak saya.
Namun, halusnya permukaan itu memang saya manfaatkan untuk mempererat chemistry dengan orang yang ada di belakang. Terutama, kekasih saya sendiri…
Maka ketika akhirnya jok saya sobek, saya ingin mencoba tipe yang berbeda. Saya pilih jok bertipikal kesat dengan warna hitam polos seharga Rp80 ribu.
Wawan mengaku tak pernah menanyakan alasan cowok suka jok dengan permukaan halus. Namun, ia juga punya asumsi yang sama dengan saya, “Ya mungkin lebih enak untuk membonceng cewek ya Mas,” ujarnya tertawa.
Setelah bercanda tipis-tipis, Wawan dengan sigap langsung memulai pekerjaannya. Pertama melepas kerangka alas duduk itu dari motor dan mencopot kulitnya dengan teliti. Lalu berlanjut dengan memotong kulit agar presisi sesuai ukuran medium yang hendak dipasangi.
Sebab jok motor banyak yang nggak awet
Jok motor merupakan barang yang tergolong awet. Daya tahannya bisa bertahun-tahun. Namun, setiap hari pasti ada saja pelanggan yang membutuhkan kulit baru tempat duduk motor mereka.
“Sehari ya rata-rata ada 7-10 pelanggan,” kata Wawan.
Menurutnya, kulit jok umumnya bisa bertahan selama dua hingga tiga tahun. Bahkan bisa lebih. Kendati begitu, ada beberapa faktor yang kerap membuat pemilik motor harus mendatangi tukang servis jok motor meski masa pakainya belum terlalu lama.
Salah satu adalah kendala utamanya adalah kulit yang menjadi kaku. Hal ini disebabkan kualitas kulit yang sudah berkurang karena masa pakai lama.
“Kadang juga ada kendala yang memang karena bahan atau tukang servis yang kurang rapi,” ujarnya.
Biasanya, tidak lama setelah mengganti jok pengaitnya lepas karena tidak terpasang secara kencang. Jika begitu, pelanggan bisa kembali ke tukang servis untuk meminta perbaikan.
Kasus yang sering terjadi juga adalah jok mengkerut padahal baru beberapa hari ganti. Selain karena kualitas bahan, paparan panas matahari juga memengaruhi kerusakan tersebut.
Tukang servis jok dapat berkah dari kucing-kucing nakal di kos
Namun, sepengalaman Wawan kasus kerusakan dini biasanya paling sering terjadi karena ulah kucing. Entah kenapa hewan satu ini memang suka nangkring lalu menggaruk-garukkan kukunya di atas jok motor. Ini jadi salah satu alasan yang membuat tukang servis jok kedatangan pelanggan.
“Kalau di Jogja ini mungkin karena banyak anak kos ya. Di kos kan banyak kucing itu,” kelakarnya.
Meski sambil ngobrol, tidak sampai lima belas menit kerjaan Wawan sudah kelar. Kami lanjut berbincang sembari ia mengerjakan pesanan lain. Ternyata selain mengerjakan alas duduk motor, tukang servis sepertinya juga menerima pesanan alas kursi roda.
“Ya pokoknya apa saja yang bisa digarap kami kerjakan,” tuturnya.
Jasa utama tukang servis ini memang mengganti kulit atau busa jok. Pengerjaan yang tergolong ribet, menurut Wawan adalah jok motor Vespa Matic. Sebab ia harus menyambung beberapa lembar kulit agar sesuai dengan ukuran tempat duduk Vespa. Di kios ini terdapat sebuah mesin jahit.
Para perantau dari Mojokerto
Wawan menjaga kios ini dari jam sembilan pagi sampai enam sore. Jok motor buatnya bukan sekadar pekerjaan.
“Keluarga saya hidupnya dari jok motor semua,” ujarnya.
Sejak lulus SMA, sebelum hijrah ke Jogja ia sudah membantu memproduksi kulit jok di Mojokerto. Ternyata, mayoritas warga di Mojogeneng, Jatirejo, Mojokerto memang perajin industri kulit jok motor. Jika menilik produk di berbagai lokapasar, penjual-penjualnya memang beralamat di kota industri Jawa Timur tersebut.
Selepas membantu produksi, ia sempat pergi ke Malang untuk bekerja di kios milik salah seorang tetangganya. Baru pada 2020 ia pergi ke Jogja.
“Bapak saya malah sudah buka dari lama di sini. Kiosnya ada di Jalan Kaliurang,” ujarnya.
Wawan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Adik lelakinya juga sudah berkecimpung di industri yang sama. Sedangkan adik perempuannya memang tidak ikut mengurus usaha.
Warga Mojogeneng yang merantau, menurut Wawan hampir pasti membuka atau bekerja di kios servis jok motor. Sementara yang menetap di kampung lebih banyak memproduksi untuk dikirim ke berbagai daerah. Produksinya terkhusus jok-jok model variasi.
Berkat keterampilan tangan Wawan, akhirnya saya jok motor saya kembali tampak menawan. Tidak licin lagi dan membuat orang yang membonceng jadi terpeleset ke depan.
Penulis : Hammam Izzuddin
Editor : Agung Purwandono
BACA JUGA Honda BeAT: Motor Honda yang Seperti Lahir Hanya untuk Lansia
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News