Kuliner khas Magelang itu bukan hanya getuk, senerek, atau kupat tahu. Ada puluhan makanan lain yang muncul dalam pameran stiker pertama kali di Indonesia yang berlangsung di Kota Magelang.
***
Pak Hartadi (55) mengingatkan saya untuk segera menyantap lesah buatannya. “Nyuwun sewu, lesah enaknya dimakan pas hangat, Mas,” kata laki-laki setengah baya tersebut saat melihat saya justru asyik ngobrol dan mendiamkan hidangan yang sudah ia siapkan.
Menikmati lesah di Magelang on Stickers
Lesah ini makanan khas asal Magelang serupa dengan soto, tapi kuahnya bersantan. Siang menjelang sore, Kota Magelang diguyur hujan, maka hidangan lesah jadi pengusir dingin di gedung Lokabudaya, Alun-alun Selatan Kota Magelang, Sabtu 11 Mei 2024.
Sudah 30 tahun ini Hartadi jualan lesah, makanan khas Magelang di Taman Kyai Langgeng. Sebuah tempat rekrekasi di Kota Magelang. Malam itu hingga 16 Mei 2024 ia akan jualan lesah, senerek dan es pleret di bagian belakang ruang pameran.
Panitia Magelang on Stickers #1 #Kemceria ini dengan sengaja mengundang Pak Hartadi untuk jualan di belakang lokasi pameran. Mereka tahu, bahwa pengunjung pameran akan tergoda rasa laparnya begitu melihat 87 stiker yang mengusung tema kuliner-kuliner khas Magelang.
“Ini kalau ada makanannya lebih mantap,” kata saya kepada Manajer Sponsorship Magelang on Stickers #1 Muhammad Reza yang menemani melihat-lihat stiker yang dipamerkan.
Ada 87 karya terkurasi hasil kontes desain stiker tingkat nasional dengan 45 ilustrator atau desainer dari berbagai daerah di Indonesia. Tema yang diusung adalah #Kemceria yang menyajikan puluhan desain stiker dengan konten berupa visualisasi pelbagai jenis kuliner Magelang Raya talenta lintas pulau.
“Ini merupakan pameran stiker tematik terbesar di Indonesia. Untuk peserta dari Magelang sendiri ada sekitar 40 orang sendiri atau hampir 50 persen, selain mempromosikan makanan khas Magelang, ini juga jadi ajang desainer atau ilustrator asal Magelang unjuk gigi,” kata Muhammad Reza.
Selain memamerkan stiker kuliner Magelang, pameran ini juga menyajikan stiker-stiker karya desainar dari berbagai belahan dunia yang diusung oleh Stickers Picnic’s Archives.
Kuliner Magelang dalam stiker di tahun-tahun selanjutnya
Festival Director Kury Yusuf mengatakan, Magelang on Stickers merupakan bagian dari roadmap 5 tahun dari Komite Ekraf Kota Magelang. Tahun pertama sengaja mengambil tema kuline. Alasannya untuk mengenang sebuah kota, paling mudah dari lidah atau kulinernya.
“Ngomongke Jogja, pasti gudeg. Begitu juga ngomongke Magelang, itu getuk, jadi untuk yang pertama ini kami mengambil kuliner,” kata Kury Yusuf.
Sebenarnya program Magelang On Stickers awalnya dilangsungkan akhir Ramadan. Harapannya para perantau asal Magelang menyaksikan pameran dan bisa membawa oleh-oleh berupa stiker makanan khas Magelang ke perantauan. “Stiker bisa dipasang di helm atau dimanapun, dari situ langkah pertama dari gastro diplomasi bisa berjalan,” kata Kury Yusuf.
Ia mencontohkan dua negara yang berhasil melakukan gastro diplomasi adalah Thailand dan Korea Selatan. “Propaganda gastronomi mereka lewat film dan serial TV (drakor) berhasil, terbukti digandrungi orang-orang dari berbagai belahan dunia. Efeknya makanan khasnya laris di pasar luar negeri. Aspek kultural lainnya turut memantik rasa penasaran khalayak hingga mengundang jutaan wisatawan berkunjung ke negara tersebut,” jelas Kury Yusuf.
Mengenalkan kuliner Magelang lewat stiker
Mojok berbincang dengan dua desainer asal Magelang yang terlibat, Ilham (26) dan Mas Mul (32). Ilham menampilkan karya desain getuk dan senerek. “Untuk getuk, orang luar Magelang mungkin sudah tahu, sedangkan senerek itu nggak terlalu banyak orang di luar Magelang yang tahu. Meski sebenarnya makanan ini ada pengaruhnya dari Belanda,” kata Ilham.
Menurut Ilham, keberadaan warung senerek di wilayah perkotaan Magelang mungkin tidak terlalu banyak, tapi di kampung-kampung di Magelang Raya, masih banyak warung-warung yang menjualnya.
“Senerek, mangut beong, grubi, getuk, es pleret,” kata Ilham cepat ketika saya memintanya menyebutkan lima nama kuliner yang lekat dengan Magelang.
Desainer lain, Mul (32) mengatakan, makanan khas Magelang yang menurutnya sangat melekat dalam otaknya adalah senerek. Baginya, makanan ini bukan sekadar makanan, tapi juga menjadi ruang sosial bersama teman-temannya.
“Saya kuliah di Jogja, kalau pulang ke Magelang itu ngumpul bareng teman-teman itu ya di warung senerek, makanya nyantol di pikiran,” kata Mul.
Beberapa stiker menyebut Semanggi. Saya pikir itu juga merupakan makanan khas Magelang, tapi ternyata itu adalah sebuah nama tempat di Magelang yang identik sebagai tempat orang mencari minuman Es Pleret. Minuman khas Magelang yang terbuat dari tepung beras.
Kesempatan seniman Magelang manfaatkan IP
Pameran stiker berupa kuliner Magelang menjadi proyeksi gerakan ekonomi kreatif yang mengarusutamakan optimasi karya visual sebagai intellectual property (IP) sekaligus menunjang ekosistem pariwisata.
Salah satu IP-nya, di arena pameran, pengunjung bisa membeli stiker dari desain-desain yang dipamerkan. Harganya juga sangat terjangkau, Rp5000 untuk satu stiker. “Bagaimana kalau ada yang ingin buat kaos dengan desain stiker yang dibuat,” tanya saya.
“Kalau seperti itu model IP-nya, misalnya mau cetak kaos sebanyak 50 buah, harganya 100 ribu, desainer akan dapat 20 persen dari harga jual kali jumlah kaosnya. Itu kalau di pameran, kalau di luar pameran tergantung dari pembicaraan antara pemesan dan desainernya,” kata Kury Yusuf.
Walikota Magelang Dr. M Aziz mengatakan pameran seperti Magelang on Stickers pelan-pelan akan dilangsungkan rutin. Harapannya, orang dari luar Magelang akan datang untuk belanja, menginap, menikmati suasana Kota Magelang, termasuk yang di Kabupaten Magelang.
Rangkaian acara Magelang on Stickers akan berakhir, Kamis 16 Mei 2024 dengan diskusi dengan tema, “City Branding: Pasca-Sejuta Bunga, Lalu Apa?” pukul 14.00-16.00 WIB dan “Maskot untuk Magelang Kota”, pukul 19.00 – 21.00 WIB.
Penulis: Agung Purwandono
Editora: Hammam Izzuddin
BACA JUGA Rujak Es Krim Pak Nardi, Pertama di Jogja dan Impian yang Terwujud Setelah 40 Tahun
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.