Belakangan viral di media sosial Kunto Aji melantunkan salawat di Masjid Jogokariyan. Mojok berkesempatan berbincang dengan grup hadrah yang mengiringinya, YogyaKarta Hadroh Clan (YKHC), sebuah grup hadrah nyentrik asal Jogja.
***
Sudah sejak lama Wowok (dulunya dikenal sebagai vokalis ERWE band) untuk membentuk grup hadrah di Jogja. Sebelum akhirnya terbentuk YogyaKarta Hadroh Clan (YKHC).
Beberapa tahun terakhir, Wowok memang mulai menikmati salawat. Dia sampai membuat projek bernama DABWOK: menyajikan musik Dub Reggae dalam balutan syair sufistik dan salawat.
“Saya pribadi memaknai salawat sebagai amalan yang mudah tapi punya fadilah (keutamaan) besar, baik dunia-akhirat, itu sesuai janji Allah dan Rasulullah,” ungkapnya usai buka bersama di kediaman Ganesya a.k.a Gandoz (produser) di kawasan Tinom, Godean, Sleman, Kamis (13/3/2025).

Istikharah untuk membentuk grup hadrah di Jogja
Meski keinginan tersebut terasa kuat mendorong batinnya, Wowok mengaku butuh waktu untuk merenung, melakukan istikharah. Sebab, dia tidak mau jika nanti grup hadrah impiannya terbentuk, tidak lantas tercerabut dari akarnya sebagai medium untuk bersalawat pada Nabi Muhammad Saw.
Hasil istikharah itu, Wowok mantap untuk membentuk sebuah grup hadrah di Jogja. Bersama Gandoz, mereka lantas mengumpulkan sejumlah teman musisi dan pelaku seni untuk bergabung, hingga terbentuklah YogyaKarta Hadrah Clan (YKHC).
“Kalau terbentuk itu Agustus 2024. Oktober 2024 pertama kali pentas di KUSTOMFEST,” terang Gandoz.
“Saya pengin punya grup hadrah karena saya pikir hadrah menjadi kendaraan yang cukup kondusif untuk meramahlingkungankan syiar Islam. Karena kami ini anggotanya base-nya orang musik, seni, jadi yang terdekat ya hadrah,” sambung Wowok.
Beranjak dari masa lalu yang “remuk”
Ajakan Wowok dan Gandoz disambut positif oleh teman-teman musisi dan seniman Jogja yang mereka ajak.
“Temen-temen ini punya masa lalu “remuk” dan punya kesadaran memperbaiki diri. Saat kami ajak salawat, responsnya luar biasa (menyambut),” beber Gandoz.
Maka, bergabunglah nama-nama seperti Alit Jabang Bayi, Doni Salah Paham, Fauzan Yoman, Balance JHF-Jahanam, Simbah Ungryn dari Everday band, Syarif dan Adib eks ERWE band, Ardyan eks kru ERWE band, Sadex dari Armada Racun, dan Arief Kisut.
Wowok dan Gandoz lantas menggandeng Babussalam, grup hadroh dari Candran, Godean, Sleman. Antara lain, Kustum, Robi, Amad, Alun, Daffa, dan Tukijo. Mereka bertugas memaiankan rebana sebagai basic musik hadrah.
Grup hadrah Jogja dengan nuansa hip hop
Dalam bayangan Wowok, YKHC menjadi grup hadrah yang lentur, bisa masuk ke mana saja.
“Terlebih masuk ke orang yang agak berjarak dengan hadrah atau salawat,” kata Wowok. “Harapan saya, seiring waktu, pentasnya di panggung-panggung yang bukan Islami (misalnya konser musik dan sejenisnya). Bukan seperti selama ini yang hanya bisa di pondok atau acara-acara Islami seperti pengajian.”
Oleh karena itu, YKHC saat ini menjadi salah satu grup hadrah Jogja yang digarap dengan memadukan antara musik rebana (aspek fundamental hadrah) dengan sentuhan musik modern: dilengkapi saksofon, trombone, simbal, drum elektrik, dan sentuhan hip hop dari Balance Perdana (beatmaker dan rapper dari JHF).

Ramadhan Suka Cita
Petang itu, Kamis (13/3/2025), YKHC meluncurkan single perdana yang mereka ciptakan sendiri berjudul “Ramadhan Suka Cita”.
Butuh waktu sekitar dua bulan untuk mengaransemen lagu Ramadhan Suka Cita. Lagu ini menyuguhkan nuansa hip hop, pop, sampai rap.
Single itu juga mengadopsi musik latin baik Cuban, Brazilian, serta Carribean lewat aransemen perkusi dan brass, sehingga mendapatkan nuansa hadroh yang mudah diterima khalayak.
Lirik lagu ini secara keseluruhan menggambarkan kegemberiaan para personel grup hadrah Jogja tersebut dalam menyambut bulan Ramadan. Perpaduan rebana dengan sentuhan-sentuhan musik modern di atas menghasilkan irama musik yang rancak.
Kala lagu dimainkan, tampak hadirin tersenyum bungah, mengangguk-angguk menikmati, lantas disambut sorak dan tepuk tangan meriah. Lagu Ramadhan Suka Cita sendiri saat ini sudah bisa dinikmati di berbagai platform digital seperti YouTube dan Spotify.
Semarak tanpa menyalahi tujuan utama
Selain “Ramadhan Suka Cita”, petang itu YKHC juga membawakan salawat dan syair lain: “Tibbi al-Qulub” dan “Allahu al-Kafi”, dan “Sebatang Kayu”. Hanya saja ada tambahan lirik berbahasa Jawa yang sudah mereka kustom.
Alunan tetabuhannya tak kalah rancak. Bahkan ada sentuhan chant ala suporter sepakbola juga di tengah-tengahnya.
“Liriknya kami bawa dengan konteks sehari-hari yang dekat,” terang Wowok. Di antara penggalan lirik hasil kustom tersebut:
Cah enom saiki
atine cilik do mbingungi
ora ngerti arep neng ngendi
padahal do duwe Gusti
putus cinta trus narkoba
flexing neng sosial media
senggol sithik gampang tatas
mlayu neng minuman keras
hore hore neng karaoke
ora eling keluargane
padahal akeh butuhe
akhire selfie nggo ktp
depo depo nggo main slot
kalah terus ra tau jackpot
bandane podo mlorot
mlakune kaya suster ngesot
Wowok menjelaskan, meski memadukan salawat dengan lirik kustom, tapi tidak boleh menyalahi tujuan utama YKHC dibentuk: salawat-syiar Islam.
Itulah kenapa, meski lirik tambahannya berbahasa Jawa, tapi tetap harus sarat pesan moral-sosial-spiritual. Justru dengan menggunakan bahasa sehari-hari, harapannya lirik tersebut mudah dipahami, pesannya pun mudah sampai ke pendengar.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Banyak Grup Salawat Tak Paham Bahasa Arab, Salah Kaprah Sandingkan Pujian pada Nabi dengan Sanjungan ke Gus Azmi atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan