Padukuhan Tunggularum di Turi, Kabupaten Sleman, Yogyakarta jadi kampung terdekat dari puncak Gunung Merapi selain Turgo. Di kampung ini, menikmati puncak Merapi saat cuaca cerah jadi healing terbaik sambil menikmati senja.
***
Jaran-jarang saya bisa melihat puncak Gunung Merapi sore hari dalam kondisi yang sangat jelas. Biasanya. sore hari selain hujan, kabut akan turun. Namun Jumat sore, 2 Februari 2024 wajah Merapi justru terlihat tanpa ada halangan dari sekitar kantor saya di Jalan Kaliurang KM 14.
Rasanya rugi jika saya tidak mendekat ke kawasan yang bisa melihat Merapi lebih jelas. Keinginan saya kemudian mengingatkan pada sebuah kampung di lereng Merapi dengan gardu pandangnya, Tunggularum.
Pernah bedol kampung di tahun 1963
Kampung yang berada di Kalurahan Wonokerto ini jadi wilayah yang harus saya pantau saat aktivitas vulkanik Gunung Merapi tengah meningkat di tahun 2006. Hampir setiap hari saya nongkrong di Desa Wonokerto ini di tahun tersebut. Sampai kemudian justru bukan erupsi besar Merapi yang terjadi, tapi gempa bumi Bantul.
Padukuhan Tunggularum terletak di Desa Wonokerto, Kapanewon Turi, Kabupaten Sleman. Jaraknya dari puncak Merapi hanya 7 kilometer. Merupakan perkampungan terdekat dengan puncak Gunung Merapi selain Turgo.
Dulunya, kampung Tunggularum lebih dekat lagi dari puncak Merapi. Dulunya Tunggularum berada di antara sungai besar, yaitu Kali Bedog dan Kali Krasak yang berhulu di Gunung Merapi.
Letaknya di lereng bukit yang memanjang. Namun, atas perintah Sri Sultan HB IX, pada tahun 1963, warga melakukan bedol desa dan menempati lahan saat ini.
Dulu, beberapa kali saya bersama kawan wartawan diajak warga setempat untuk mengunjungi bekas Dusun Tunggularum lama. Sebagian warga menggunakan bekas kampung tersebut untuk lahan pertanian.
Di kampung Tunggularum yang lama, juga terjadi peristiwa heroik dari salah satu pejuang kemerdekaan RI, Kapten RM F Haryadi yang gugur karena sergapan tentara Belanda Belanda pada 5 Januari 1949. Namanya kemudian abadi karena menjadi salah satu jalan di Kabupaten Sleman.
Tunggularum, tempat terbaik untuk healing sambil melihat puncak Merapi
Saya sempat pesimis bisa menyaksikan Merapi secara jelas ketika kemudian turun kabut yang menutupi sosoknya yang menawan. Namun, saya tetap melaju ke Tunggularum. Sampai di titik gardu pandang, suasana sedikit ramai karena banyak anak-anak muda setempat yang sedang bermain voli.
Kabut yang awalnya menyelimuti Merapi tersibak dan menunjukkan wajah Gunung Merapi secara utuh. Saya lantas naik ke Gardu Pandang. Di atas ternyata sudah ada sekitar empat orang yang menyaksikan penampakan Merapi.
“Saya sering ke sini Mas, tadi perjalanan mau pulang dari tempat kerja, terus lihat puncak Merapi, langsung saya ke sini,” kata Edy (30). Ia mengaku cukup sering healing atau refreshing mampir ke Tunggularum meski rumahnya sebenarnya cukup jauh yaitu di Kecamatan Seyegan.
Bukan hanya dari Tunggularum, kadang Edy juga menikmati pesona puncak Gunung Merapi dari Turgo. “Cuma kalau di sana nggak bisa lihat utuh, ketutup pepohonan. Kalau di Tunggularum itu bisa lihat Merbabu, juga Sumbing,” katanya.
Ada satu tempat Edy biasa menikmati Merapi, yaitu di sebuah tempat untuk penambangan pasir. “Itu dekat banget, Mas. Suara guguran material terdengar jelas,” katanya. Hanya tempat tersebut memang kurang aman karena beberapa kali ada truk dan bego, terpendam karena luncuran material Merapi saat erupsi.
Kalau malam, guguran lava dari puncak Merapi terlihat dari Tunggularum
Tunggularum menurutnya jadi tempat paling aman untuk menikmati senja dan Merapi. “Kalau malam pemandangannya lebih bagus lagi, kalau pas ada guguran seperti ini, kelihatan membara,” kata Edy menunjukkan puncak Merapi yang saat itu berasap karena guguran material yang meluncur ke bawah.
Selain Edy, saya juga berjumpa dengan Ima (21) dan Salwa (22), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang “melarikan diri” dari tempat KKN begitu melihat puncak Merapi tidak tertutup awan.
“Kami KKN di Dusun Ngangring, nggak jauh dari sini, begitu lihat langsung saya ke sini,” kata Ima. Bagi keduanya ini pengalaman pertama menikmati dari Tunggularum.
Sebelum-sebelumnya waktu mereka banyak habis untuk kegiatan KKN. “Ini juga karena KKN mau berakhir, jadi pas lagi kosong, sempatkan diri main ke sini,” katanya.
Saya sempat berbincang dengan Mbah Pawiro Suwarno (80) yang saat saya mau pulang tengah asyik menonton anak-anak muda yang sedang bermain voli. Ia membenarkan kalau malam hari, biasanya lava pijar di Puncak Merapi akan kelihatan, tapi tergantung cuacanya.
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA Warung Kopi Turgo, Destinasi Terpencil di Pakem Sleman yang Menyelamatkan “Kekayaan” Merapi
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News