Tukang parkir Surabaya cuma bisa minta uang
Nah, bedanya di Surabaya, tukang parkir cuma mejeng doang, tapi nggak ngapa-ngapain. Kata Winar, misalnya di coffee shop, tukang parkir cuma datang buat minta uang. Setelah dikasih ia malah langsung pergi. Nggak peduli misalnya si pengunjung kesusahan mengeluarkan motornya yang kejepit motor lain. Jangan harap dapat servis misalnya seperti di Kafe Basabasi.
Masih kata Winar, si tukang parkir itu bakal gerak kalau dimintai tolong. Itupun gesturnya ogah-ogahan
“Ya apalagi tukang parkir liar yang di ATM atau Indomaret, malah nggak niat kerja blas. Jadinya kan aku nggak ikhlas ya mengeluarkan duit, walaupun cuma Rp2 ribu,” kata Winar.
Bahkan misalnya Winar butuh bantuan untuk menyeberang karena lalu lintas Surabaya yang begitu padat, rata-rata tukang parkir Surabaya—yang Winar temui—seolah nggak melihat apa-apa. Hanya diam saja, nggak lekas memberi bantuan.
Baik Winar maupun Arfi sebenarnya tak menampik kalau di Surabaya pun ada tukang parkir-tukang parkir yang niat kerja. Ada uang, ada servis. Namun, bagi keduanya, jumlahnya terhitung jari. Karena sependek pengalaman mereka, lebih sering bertemu dengan tukang parkir-tukang parkir modelan seperti yang dibeberkan di atas.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Warung Madura di Jogja Salah Konsep? Terlalu Mewah dan Rapi Tak Seperti di Surabaya
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News