>
“Saya sudah tiga hari nggak dapat penumpang, Mas. Hidup dari pemberian orang-orang baik di jalan. Makanya saya juga harus siap mati kapan saja,” ucap penarik becak di dekat Pura Pakualaman ini dengan nada yang getir.
Persaingan becak di Jogja makin menggila, tapi yang tua-tua tak pernah diperhatikan penguasa
Sebenarnya, Sudarmo punya segudang kegelisahan terkait sepinya penumpang dalam beberapa tahun terakhir. Baginya, yang jelas paling utama karena orang-orang lebih suka naik motor sendiri ketimbang pesan becak.
Namun, ia juga tak bisa mengesampingkan satu hal, bahwa persaingan tukang becak makin menggila. Di tengah kegilaan tersebut, tukang becak sepuh seperti dia malah “diusahakan” buat tersingkir.
“Sekarang gini aja, Mas, tanya saja itu tukang becak yang muda-muda. Yang bentor itu, mereka asalnya dari mana, dapat becak dari siapa?,” ujarnya.
“Bukan apa-apa, Mas. Saya ini lahir di sini, besar di sini, cari uang di sini, tapi pemerintah malah merhatiin tukang becak yang dari luar daerah. Difasilitasin lagi,” geramnya.
Hingga tulisan ini tayang, saya belum bisa memvalidasi secara pasti klaim Sudarmo soal persaingan penarik becak di Jogja tersebut. Namun, dari cara bicaranya yang berapi-api, terlihat ada rasa kecewa karena lansia seperti dirinya justru tak mendapat perhatian.
“Jangan salahin kalau kita mengemis, Mas. Kalau nggak gitu kita makan apa.”
Nyaring keluhan lain dari Pasar Sentul di depan Pura Pakualaman
Sudarmo hanya satu dari sekian banyak orang yang bernasib miris di dekat Pura Pakualaman. Setelah saya meninggalkan Sudarmo dengan becaknya, langkah kaki saya beranjak menuju rooftop Pasar Sentul, tempat di mana para eks penjual makanan di Alun-Alun Sewandanan direlokasi.
Nyatanya, di sini keluhannya lebih nyaring. Sebab, nyaris semua pedagang mengeluhkan sepinya pembeli dan turunnya omzet. Saat saya datang ke sana, kondisi taman kuliner memang sangat sepi.
Awalnya, saya mengira karena hari telah memasuki sore saja, jadi pembeli tak seramai di pagi hari. Namun, pada Jumat (7/6/2024) pagi saya kembali berkunjung ke taman kuliner Pasar Sentul buat memastikan apakah ada beda antara keramaian pengunjung pada pagi dan sore hari. Tapi nyatanya kondisi yang saya temui tak berbeda jauh dari hari kemarin.
“Omzet turun dua kali lipat lebih. Malah ada yang tutup dan milih nggak jualan lagi,” kata seorang pedagang yang enggan disebutkan namanya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News