Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Tempuh 7 Hari Perjalanan di Atas Laut demi Audisi PB Djarum: Belum Berbuah Hasil, tapi Tetap Pulang Membawa Kebanggaan

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
10 September 2025
A A
audisi umum pb djarum.MOJOK.CO

Ilustrasi - Menempuh 7 Hari Perjalanan Laut demi Audwisi PB Djarum: Belum Berbuah Hasil, tapi Tetap Pulang Membawa Kebanggaan (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ramadan dan putranya, Alhayar, rela menempuh perjalanan selama tujuh hari di atas kapal demi mengikuti Audisi Umum PB Djarum 2025. Meski pengorbanan mereka belum berbuah hasil maksimal, tetap ada kebanggaan yang didapat.

***

Di balik gemuruh Audisi Umum PB Djarum 2025, saya berjumpa dengan seorang ayah yang langkahnya mantap meski wajahnya terlihat lelah. Namanya Ramadan (45), seorang pekerja swasta asal Sentani, Jayapura, Papua.

Hari itu, ia berdiri di pinggir Lapangan 3 GOR Jati, Kudus, menatap putranya, L.D. Alhayar Ramadan Hismente (10), yang sedang bertanding bulu tangkis.

Ramadan tak berasal dari kota tetangga, bukan pula orang yang sering datang ke Pulau Jawa. Ia datang dari tanah yang jauh, ribuan kilometer dari Kudus. Untuk sampai ke arena audisi, ia dan anaknya harus melakukan perjalanan selama tujuh hari di atas kapal laut.

“Kalau naik pesawat, bisa habis sepuluh juta, Mas,” kata Ramadan lirih, saat saya temui, Selasa (9/9/2025). “Naik kapal memang lama, tapi masih bisa saya bayar. Dan saya pikir, selama di kapal, saya juga bisa lebih dekat sama anak saya.”

Berjuang dalam keterbatasan 

Di Sentani, tempat tinggalnya, bulu tangkis bukan olahraga populer. Memang ada beberapa klub tempat anak-anak mengembangkan bakat mereka, misalnya, Konco Badminton Academy Sentani (KBAS), tempat Alhayar berlatih.

Namun, jangan harap fasilitasnya sememadai klub-klub di kota besar lain, khususnya yang ada di Pulau Jawa.

“Namanya di daerah, apalagi kami dari Timur yang fasilitasnya memang serba tertinggal. Makanya, anak-anak di Sentani, termasuk Alhayar, berlatih dalam keterbatasan,” kata Ramadan.

Akan tetapi, itu bukan alasan untuk merasa kecil. Menurutnya, selama ada kemauan untuk maju, pasti jalan akan dimudahkan. Oleh karena itu, pada gelaran Audisi Umum PB Djarum 2025 ini, ia mantap mendaftarkan anaknya.

Baginya, program ini adalah jalan bagi anak-anak daerah, seperti Alhayar dan teman-temannya di Sentani untuk bisa meraih mimpi.

“Begitu ada pengumuman pendaftaran dibuka, saya mantap bilang ke anak saya, ‘kita berangkat, apapun hasilnya, yang penting dapat pengalaman dan pelajaran berharga.”

audisi umum pb djarum.MOJOK.CO
Dari kanan: Alhayat, Ramadan, dan teman satu tim Alhayar di KBAS Sentani. Alhayar baru saja menyaksikan pertandingan rekan setimnya, Selasa (9/9/2025). (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Memutuskan naik kapal demi bisa menikmati waktu berharga bersama sang anak

Ramadan memang mengaku kalau biaya akomodasi menjadi sedikit penghambat. Bagaimana tidak, untuk berangkat pulang-pergi Sentani ke Kudus dengan cara tercepat (naik pesawat) paling tidak dirinya kudu menyiapkan uang Rp10 juta.

Makanya, Ramadan memilih opsi naik kapal yang sesuai perhitungannya, “cuma” akan menghabiskan uang Rp6 juta. Meskipun, waktu tempuh yang mereka butuhkan juga lebih lama, yakni satu minggu.

Iklan

“Saya tanya ke Alhayar, katanya, nggak apa-apa naik kapal,” ujar Ramadan. “Selain menghemat cukup lumayan, tujuh hari di kapal juga memberi saya banyak waktu buat lebih dekat dengan anak. Kami lebih banyak ngobrol, berinteraksi, karena hari-hari biasa waktu sedikit kurang karena sibuk kerja.”

Ramadan ingat, saat hari keberangkatan, Pelabuhan Jayapura penuh dengan aktivitas manusia. Ia menggandeng erat tangan anaknya saat naik ke kapal besar yang akan menjadi “rumah” mereka selama seminggu.

Baginya, tujuh hari di tengah laut adalah ujian kesabaran. Bagaimana tidak, saat malam tiba, cuma ada suara mesin kapal berpadu dengan debur ombak yang tak henti-hentinya. Mereka cuma sesekali melihat daratan saat transit di pelabuhan. Itupun tak lama.

Hari-hari di kapal terasa sangat panjang. Belum lagi Alhayar beberapa kali mengalami mabuk laut karena tidak terbiasa dengan suasana.

“Soalnya di Sentani itu pegunungan, sementara kita selama tujuh hari hidup di lautan,” katanya.

audisi umum pb djarum.MOJOK.CO
Meskipun lelah mengarungi 7 hari perjalanan di laut, Ramadan merasa bahagia karena bertemu banyak orang baik selama perjalanan. (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Kendati demikian, Ramadan bahagia karena selama di kapal ia bertemu orang-orang baik. Setiap mengobrol dan membahas anaknya yang akan mengikuti Audisi Umum PB Djarum di Kudus, banyak dukungan berdatangan.

Setelah tujuh hari mengarungi luasnya lautan, Ramadan dan Alhayar akhirnya sampai di Surabaya untuk kemudian lanjut dengan moda transportasi darat. Mereka akhirnya tiba di Kudus sehari sebelum pelaksanaan Audisi Umum PB Djarum, yakni pada Minggu (7/9/2025) dan tinggal di sebuah penginapan berjarak 500 meter dari GOR Jati.

Di Audisi Umum PB Djarum, sedih dan bangga bercampur jadi satu

Sejak Senin (8/9/2025), ratusan anak dengan seragam olahraga warna-warni memenuhi GOR Jati. Suara raket beradu dengan kok, bercampur teriakan pelatih, orang tua, dan tepuk tangan para penonton.

Pada Selasa (9/9/2025), saya menyaksikan Ramadan berdiri di pinggir lapangan. Wajahnya serius, kedua tangannya mengepal. Dan tak henti-hentinya ia memberi semangat kepada atlet cilik yang bertanding. Itu adalah momen perjumapaan saya dengan ayah hebat ini.

Di lapangan, pertandingan itu mempertemukan Alhayar vs. Alvaro Arsenio Young, peserta dari Kota Medan. Laga berjalan sengit. Ramadan bersorak tiap anaknya mendapatkan poin, meski beberapa kali terdiam karena ternyata lawan jauh lebih kuat.

Di akhir pertandingan, Alhayar harus mengakui keunggulan lawannya dengan skor akhir 12-21. Ia kalah.

audisi umum pb djarum.MOJOK.CO
Alhayar harus mengakui keunggulan lawannya, seorang atlet asal Medan. Meski kalah, Ramadan mengaku tetap bangga pada anaknya. (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Saat kok terakhir jatuh di sisi lapangan Alhayar dan wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan usai, saya melihat raut sedih dari wajah Ramadan. Namun, ketika sang anak menghampirinya, wajah muram tadi berubah seketika.

Ia kemudian langsung merangkulnya erat dan menepuk punggung anaknya dengan penuh kebanggan.

“Nggak apa-apa, lawannya emang lebih berpengalaman. Yang penting kamu sudah berusaha,” ucapnya kepada sang anak, mencoba menguatkan.

Di dalam riuhnya GOR Jati siang itu, saya menyaksikan pemandangan yang begitu luar biasa: seorang ayah, yang menyaksikan anaknya kalah, membuang jauh rasa kecewa kemudian merangkulnya dengan penuh rasa bangga. 

Audisi Umum PB Djarum, lebih dari sekadar mencari pemenang

Kisah Ramadan dan Alhayar, menjadi pengingat bahwa Audisi Umum PB Djarum bukan sekadar ajang mencari juara. Bagi banyak keluarga, terutama dari daerah pelosok, ini adalah pintu untuk bermimpi lebih besar. 

Sebagaimana Ramadan: jarak ribuan kilometer, biaya jutaan rupiah, dan waktu berhari-hari di laut, ternyata bukan halangan. Yang mereka kejar bukan hanya prestasi, tetapi kesempatan untuk melihat dunia lebih luas.

“Jujur saya tidak kecewa, Mas. Pertandingan memang ada yang menang dan ada yang kalah. Yang terpenting, hari ini anak saya bisa menyaksikan dunia yang lebih luas,” ujarnya.

Setelah pertandingan selesai, saya mendampingi Ramadan dan Alhayar keluar GOR Jati. Langkah mereka tidak tergesa-gesa. Beberapa kali mereka menyempatkan diri buat berfoto atau bertemu teman baru.

“Memang, Mas, perjalanan panjang tujuh jam dari Sentani ke Kudus belum menghasilkan kemenangan. Tapi ada kebanggaan yang kami rasakan,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Tak Minder Pakai Raket Murah, Meski Seadanya tapi Bisa Beri Kebanggaan pada Orangtua di Lapangan Bulu Tangkis atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 10 September 2025 oleh

Tags: Audisi Umum PB DjarumJayapurakuduspb djarumsentani
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO
Ragam

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co
Ragam

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO
Ragam

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025
Potensi Besar Jeruk Pamelo sebagai Komoditas Lokal
Video

Potensi Besar Jeruk Pamelo sebagai Komoditas Lokal

27 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
bantul, korupsi politik, budaya korupsi.MOJOK.CO

Raibnya Miliaran Dana Kalurahan di Bantul, Ada Penyelewengan

16 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.