Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

THR Ludes sementara Gajian Masih Lama, Kembali ke Perantauan dengan Nelangsa dan Hidup dalam Keprihatinan

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
6 April 2025
A A
THR ludes, libur lebaran selesai, sementara gajian masih lama. Kembali ke perantauan dengan penuh keprihatinan MOJOK.CO

Ilustrasi - THR ludes, libur lebaran selesai, sementara gajian masih lama. Kembali ke perantauan dengan penuh keprihatinan. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kendati mengaku “kerepotan” dengan tradisi bagi-bagi THR pada sanak saudara di hari lebaran, tapi pada akhirnya tetap saja tidak bisa menghindarinya.

Namun, hal itu sudah terlanjur menjadi tradisi. Maka, tidak bisa tiba-tiba menormalisasi tidak bagi-bagi. Ada perasaan tidak enak jika tidak menyisihkan sedikit uang untuk keponakan dari perantauan.

Dalam perbincangan dengan Mojok sebelumnya, Naila (27) mengaku kesal dengan tradisi tersebut. Gaji pas-pasan, ditambah THR yang tidak terlalu besar, mesti ludes hanya dalam sekejap di momen lebaran.

Belum lagi dia harus menghadapi omongan sengak saudaranya jika THR lebaran yang dia berikan dianggap tak seberapa. Tapi masalah ternyata tidak berhenti di situ.

THR ludes, gajian masih lama

Minggu (6/4/2025) sore WIB ini, Naila akan meninggalkan Madiun, Jawa Timur, untuk kembali ke Solo, Jawa Tengah. Kembali bekerja.

Sejak Kamis (3/4/2025) lalu, uang THR dari kantor yang dia bawa pulang sudah ludes untuk dibagi-bagi kepada orangtua, adik, dan sejumlah saudara.

“Kenapa ya yang dinormalisasi nggak hanya ngasih ke ortu? Kenapa mesti harus ke saudara-saudara juga?” Keluh Naila, Sabtu (5/3/2025) malam WIB.

Menjelang kembali ke rutinitas sebagai seorang pekerja, ada perasaan nelangsa. Begitu juga yang dia rasakan bertahun-tahun sebelumnya: nelangsa ketika THR sudah ludes, sementara gajian masih lama. Masih ada hari-hari panjang di perantauan yang harus Naila lakoni dengan keprihatinan.

Tak sempat menyenangkan diri sendiri

Sejak bekerja, Naila mengaku dua momen labaran sekali dia akan membeli baju lebaran baru. Lebaran tahun ini dia memilih tidak membeli. Di rumah dia mengenakan baju yang menurutnya masih bagus.

Tentu saja Naila ingin membeli baju baru. Di keranjang aplikasi oranyenya, sudah ada bertumpuk-tumpuk daftar barang yang ingin sekali dia beli. Tidak hanya baju. Tapi juga barang-barang lain yang dia inginkan.

“Prioritasku kalau lebaran ya membelikan orangtua dan adik baju baru. Kalau bukan momen lebaran, biasanya orangtua lagi butuh bantuan apa, misalnya bantuan biaya sekolah adik, itu prioritasku. Menyenangkan diri sendiri nanti dulu,” kata Naila.

Hari-hari dalam lamunan di kosan

Di rekening Naila memang masih ada sejumlah uang. Terutama dari gaji bulan lalu. Akan tetapi, sekembali ke Solo nanti, dia harus memotong sebagian untuk bayar sewa kos.

Mengingat masa gajian lagi yang masih sangat lama, maka tidak ada solusi lain selain berhemat.

“Kalau balik biasanya bawa sisa-sisa jajan dari rumah. Ibu biasanya pengin bawain beras, tapi aku sering nolak. Beras lebih penting buat ibu saja. Aku nanti beli sendiri. Aku paling minta bumbu-bumbu dapur kayak bawang merah, cabai, gitu lah buat masak,” ungkapnya.

Iklan

Begitulah cara Naila berhemat di perantauan: masak sendiri. Untuk mengatasi keinginan ngemil, agar tidak jajan-jajan di luar, dia masih bisa ngemil jajanan lebaran yang dia bawa dari rumah. Sembari melamun.

“Kadang ngerasa, apa resign aja cari kerja yang gajinya lebih gede? Tapi baca-baca berita, nyari kerja makin susah. Ekonomi anjlok,” tutupnya getir.

THR habis, kembali ke perantauan dengan perasaan bangga

Sementara Faizudin (26), sudah meninggalkan Bojonegoro, Jawa Timur, ke Sidoarjo pada Sabtu (5/4/2025) sore WIB. Saat Mojok hubungi kembali pada Sabtu (5/4/2025) menjelang tengah malam, dia sedang nongkrong di warung kopi kecil di dekat kosnya.

Berbeda dengan Naila, Faizudin mengaku bagi-bagi THR ke orangtua dan saudara di momen lebaran membuatnya memiliki kebanggaan dan kelegaan tersendiri. Dia merasa jadi orang yang berguna. Walaupun sebenarnya gaji dan THR yang dia bawa pulang tidak besar-besar amat.

Maka, sejak roda motornya meninggalkan pelataran rumah, di sepanjang jalan menuju Sidoarjo dia suka senyum-senyum sendiri: puas. Sambil berdoa, semoga diberi limpahan kecukupan dan keringanan hati untuk senantiasa bersyukur atas apapun dan berapapun pemberian Tuhan.

Sering “tak makan” di perantauan

Jika dalam situasi seperti sekarang: THR sudah ludes dibagikan, sementara gajian masih lama, siasat bertahan hidup Faizudin adalah tidak makan berhari-hari alias puasa sunnah.

“Puasa tujuh hari Syawal. Terus kalau sudah selesai nanti puasa Senin Kamis. Niatnya tetep puasa sunnah. Bonusnya menekan pengeluaran,” ungkap Faizudin sembari tertawa renyah.

Faizudin pun kembali ke Sidoarjoa dengan membawa sekarung beras seberat 5 kilogram. Pemberian dari ibunya. Belum jajanan sisa lebaran yang ibunya memaksanya betul agar turut dibawa.

“Di rumah nggak kemakan. Mending buat ngemil kamu di kosan,” begitu kata sang ibu yang coba ditirukan oleh Faizudin.

“Selama kerja di Sidoarjo model makanku kan masak nasi sendiri, nanti lauknya beli di warteg. Makanya, ibu sering bawain beras dari rumah. Jadi biaya makan bisa kutekan Rp10 ribu perhari. Tambah biaya ngopi Rp4 ribu. Itu pun nggak sering. Rokok juga cari yang murah. Itu pun paling dua sampai tiga hari sekali aku baru beli,” beber Faizudin.

Di mata Faizudin, ibu-bapaknya selalu memberi lebih dari apa yang Faizudin selalu upayakan untuk memberi lebih pada mereka. Itulah kenapa dia tidak merasa nelangsa-nelangsa amat jika uangnya habis untuk menyenangkan mereka.

Kalau untuk saudara, sebenarnya lebih karena dia memang suka berbagi saja. Terutama dengan saudara yang nasibnya tidak lebih baik dari nasib Faizudin.

Namun, Faizudin sudah terbiasa hidup prihatin di perantauan. Oleh karena itu, baginya, bagi yang berat melakukannya, menormalisasi tidak memaksakan diri memberi THR jika keuangan tidak mendukung juga perlu dilakukan.

“Kan kadang takutnya kalau nggak ngasih THR ke saudara bakal jadi omongan. Ada saudara yang begitu. Ada juga yang tidak. Tapi ketimbang nggak ikhlas, apalagi jika sedang nggak pegang uang banyak, ya nggak ngasih pun nggak dosa,” pungkasnya.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Reuni Keluarga Jadi Ajang Saudara Pamer Pencapaian, Pura-pura Tolol sambil Menyimaknya Ternyata Menyenangkan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

Terakhir diperbarui pada 8 April 2025 oleh

Tags: arus balikLebaranlibur lebaranthr
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Kegundahan di KA Pasundan Lebaran. Perjalanan berat meninggalkan kampung halaman MOJOK.CO
Catatan

Kegundahan Para Perantau di KA Pasundan, Berat Tinggalkan Kampung Halaman usai Libur Lebaran tapi Tak Punya Banyak Pilihan

8 April 2025
Candi Prambanan, Sleman. MOJOK.CO
Ragam

Bak Primadona bagi Wisatawan di Tengah Kondisi Ekonomi yang Lesu, Prambanan Jadi Tempat Hiburan bersama Jumbo

8 April 2025
SOBSI dan Kisah Perjuangan Buruh Mendapatan THR
Video

SOBSI dan Kisah Perjuangan Buruh Mendapatan THR

5 April 2025
Lebaran 2025 Lebaran Paling Aneh 10 Tahun Terakhir MOJOK.CO
Esai

Mudik Lebaran 2025 Terasa Aneh dan Berbeda: Penumpang Bus Sepi Hingga Pedagang Asongan Menghilang

4 April 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
ump diy.MOJOK.CO

Working Poor dalam Bayang-Bayang UMP DIY 2026 dan Biaya Hidup yang Semakin Tinggi

28 November 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.