Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Meski Punya Banyak Kampus Besar Surabaya Tak Cocok Jadi Kota Pelajar, Diskusi dan Baca Buku Saja Jadi Hal Tabu

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
29 Februari 2024
A A
Surabaya Bukan Kota Pelajar MOJOK.CO

Ilustrasi - Surabaya tak cocok jadi Kota Pelajar. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Surabaya memang memiliki banyak kampus-kampus besar dan mentereng. Namun, tetap saja, hal itu tak serta merta membuat kota ini cocok menyandang julukan “Kota Pelajar”.

***

Membaca artikel “Jujur Saja, Surabaya Jauh Lebih Pantas Menyandang Gelar Kota Pelajar, Bukan Jogja, yang Jelas-jelas Tak Ramah untuk Pelajar” dari Dito Yudhistira Iksandy, saya merasa terusik.

Saya lantas melempar link artikel tersebut ke dua orang teman yang asli Surabaya dan yang pernah kuliah di Kota Pahlawan itu. Keduanya sama-sama menyatakan “Tidak sepakat!”.

Menurut keduanya, indikator-indikator yang Dito pakai untuk melabeli Surabaya sebagai Kota Pelajar rasa-rasanya masih belum kuat.

Kalau hanya perkara harga makanan yang ramah kantong, kondisi lingkungan Surabaya yang relatif lebih aman dan ramah pada pendatang, dan persoalan UKT, ah mentah. Begitu kira-kira pendapat dari Pandu (26), seorang teman yang lahir, tumbuh, kuliah, bahkan hingga saat ini kerja pun masih di Surabaya.

“UKT sama saja. Bahkan di kampus selevel UINSA yang, mohon maaf, termasuk kampus medioker, UKT-nya saja ada yang nggak masuk akal,” ujar Pandu.

Ia mencontohkan, seorang teman kami yang mengambil jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, harus kena UKT Rp6 juta. Padahal ia bukan dari keluarga PNS.

Untuk harga makanan murah dan lingkungan ramah pendatang, Pandu memang setuju.

“Tapi, masa itu serta merta membuat Surabaya cocok pakai sebutan Kota Pelajar?,” tanyanya retoris.

Bagi Pandu, Kota Pelajar pun seharusnya juga mempertimbangkan aspek-aspek yang menunjang ilmu pengetahuan. Tapi Surabaya di matanya tidak demikian.

Diskusi dan baca buku di Surabaya jadi hal tabu

Pandu lantas memberondong saya dengan keresahan-keresahannya perihal Surabaya.

Salah satu yang paling mengganjal hatinya adalah perihal pandangan sesama mahasiswa di Surabaya pada orang-orang yang suka membaca buku dan gandrung terhadap forum-forum diskusi.

“Saat kita suka baca buku apalagi mendiskusikannya dengan beberapa teman, ada loh yang kayak memandang kami sebagai orang-orang sok yes,” ungkapnya.

Iklan

Padahal, bagi Pandu, habit suka pada buku adalah hal yang harus ada pada sebuah kota jika ingin menyandang julukan Kota Pelajar.

Dalam hal ini, Pandu lebih sepakat jika Jogja lah yang menyandang julukan tersebut. Sebab, di Jogja, kegandrungan pada buku masih terus terawat.

Selain itu, yang Pandu amat sayangkan adalah, banyak mahasiswa di Surabaya yang seolah anti pada forum-forum diskusi.

Surabaya Bukan Kota Pelajar MOJOK.CO
Ilustrasi diskusi di kelas. (Felicia Buitenwerf/Unsplash)

“Contoh paling remeh: di kelas kalau kita mencoba aktif bertanya, malah banyak yang nggak suka kita,” terangnya.

Apalagi dalam konteks yang lebih luas (diskusi di forum-forum serius), seperti misalnya Pandu yang aktif mengikuti diskusi di KontraS Surabaya dan forum Maiyah BangbangWetan. Ia mengaku justru menjadi bahan olok-olok dengan sebutan “sok ngaktivis” hingga “sok ngintelek”.

Pandu sendiri memiliki sejumlah teman dari kampus-kampus mentereng di Surabaya.

Setiap kali bertemu dengan teman-temannya itu, Pandu menyimpulkan bahwa rata-rata dari mereka kuliah ya hanya untuk kuliah. Masuk kelas, mengerjakan tugas, dan begitu saja. Saklek. Tak menaruh minat untuk menambah pengetahuan di luar urusan kuliahnya.

Toko buku sepi, selera pada buku bajakan tinggi

Mahrus (25) pun menuturkan hal yang kurang lebih sama dengan Pandu.

Salah satu alasan yang membuat Mahrus akhirnya memilih geser S2 ke Jogja adalah karena baginya lingkungan akademik di Surabaya tak cocok untuk berkembang.

“Hah, Surabaya ‘Kota Pelajar’? Nggak masuk lah,” katanya saat saya kirimi link artikel dari Dito.

Mahrus lantas memberi gambaran soal kondisi literasi di Surabaya. Karena baginya, literasi menjadi faktor penting yang harus terpenuhi jika sebuah kota mau menyandang julukan “Kota Pelajar”.

Ia menyontohkan, ada berapa banyak Togamas (toko buku diskon) yang tersebar di Surabaya? Banyak sekali. Tapi makin ke sini makin sepi.

“Itu tanda minat baca di Surabaya sangat kurang,” tekan  Mahrus.

Mahrus menyebut, kalau toh ada yang minat untuk beli buku, pasti lebih memilih membeli buku bajakan. Entah di online shop atau di Jl. Semarang, Surabaya.

FYI, Jl. Semarang sendiri adalah pusat buku bekas di Surabaya. Meski begitu, sebenarnya tak jarang pula ada penjual yang menjual buku-buku bajakan.

“Bahkan di Jl. Semarang pun sekarang sepi kan,” imbuh Mahrus.

Bahkan, menurut Mahrus, setiap kali membuat komunitas berbasis literasi di Surabaya, pasti akan sepi peminat.

Ia merasakan sendiri pada komunitas yang sempat ia dan dosennya bentuk semasa S1 dulu. Hanya berisi enam orang, termasuk ia dan dosennya itu.

“Kota Pelajar tapi orang-orangnya saja nggak suka belajar, hahaha,” ujar Mahrus menertawakan seandainya Surabaya berjuluk Kota Pelajar.

Baca halaman selanjutnya…

Julukan yang pas selain Kota Pelajar

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 29 Februari 2024 oleh

Tags: BukuJogjaKota Pelajarpilihan redaksiSurabaya
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO
Esai

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO
Ragam

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Wali Kota Semarang uji coba teknologi bola GPS untuk mitigasi banjir Semarang MOJOK.CO

Bola GPS Jadi Teknologi Mitigasi Sumbatan Air Penyebab Banjir di Simpang Lima Semarang

13 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.