Dadad Wisesa, salah satu kreator konten kuliner ternama di Jogja bercerita bahwa banyak cerita kegagalan usaha kuliner yang pernah ia dengar. Bertahun-tahun ia memang berkomunikasi dengan banyak pelaku usaha di Jogja.
Menurutnya, banyak di antara para pengusaha baru yang belum tahu bahwa bisnis kuliner perlu kesabaran dan proses panjang. “Orang usaha itu pengin instan. Mau cepat balik modal padahal harus sabar. Apalagi empat bulan pertama itu berdarah-darah,” kata Dadad dalam wawancara di program PutCast Mojok.
Di Jogja, kata Dadad, bisnis kuliner sangat bergantung pada repeat order lantaran wilayahnya yang tak terlalu luas. Permasalahannya, ada banyak usaha kuliner Jogja yang sempat ramai namun tidak menjaga kualitas. Sehingga, setelah enam bulan itu langsung sepi.
“Ketika ramai juga harus siap. Jadi selain sabar perlu konsistensi soal kualitas,” terangnya.
Gagal bisnis kuliner sampai lima kali
Pewawancara program PutCast, Puthut EA, juga membagikan pengalamannya seputar bisnis kuliner di Jogja. Ia pernah bisnis makanan lebih lima kali dan semuanya tidak bisa bertahan lama.
Bisnis kuliner pertamanya dibuka di dekat Selokan Mataram Jalan Affandi Gejayan pada medio 2007 silam. Saat itu ia membuka usaha mie ayam ceker.
“Itu gagal. Selanjutnya sempat buat warung pecel, ikan bakar, angkringan, sampai warung makan lain juga gagal. Total lima kali,” kenangnya.
Puthut juga bercerita, Gibran Rakabuming Raka saat masih fokus berbisnis juga mengakui bahwa salah satu kota dengan tantangan terbesar untuk berbisnis kuliner adalah Jogja. Gibran pernah membuka beberapa cabang usahanya di Jogja, salah satunya Markobar yang saat ini sudah menghilang dari Jogja.
“Saya pernah mewancarainya waktu dia masih konsentrasi penuh jadi bisnis kuliner. Dia kan sudah buka cabang dimana-mana, dia bilang jogja itu salah satu yang berat. Jogja itu behaviour konsumennya itu unik dan sulit ditebak,” ungkapnya.
Di sisi lain, tentu ada juga deretan usaha kuliner Jogja yang mampu bertahan di tengah beratnya persaingan. Mengenai ini, Dadad berpendapat banyak faktor yang mempengaruhinya. Mengambil contoh Kopi Klotok, ini menurutnya jadi salah satu yang akan bertahan lama karena memang jadi pionir pada konsep warung kopi semacam itu.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Warteg Pertama di Jogja Merekam Kebiasaan Makan Mahasiswa
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News