Sewa helm awalnya merupakan bisnis spontan bagi Jhon (24). Tapi justru dari bisnis spontan nan kecil-kecilan tersebut ia bisa bertahan hidup di Jogja. Meskipun sewa helm harus membuatnya menghadapi akal bulus penyewa.
***
Pukul 09.00 WIB, Jhon mengirim pesan kalau pagi ini, Kamis (11/7/2024), ia bisa ditemui. Ia lantas mengirim lokasi terkininya di sekitaran lapangan Pemda Sleman, Jogja. Tanpa pikir panjang saya langsung meluncur.
Dua hari sebelumnya kami memang sudah janjian untuk bertemu. Jhon sendiri adalah salah satu pebisnis sewa helm di Jogja yang kalau saya cek di Instagram-nya memang cukup aktif.
Saya penasaran karena biasanya helm itu sudah satu paket dengan persewaan motor. Tapi ini ada orang yang sewa helm secara terpisah. Lalu seberapa banyak peminatnya?
“Saya ajak ketemu di sini karena memang untuk sewa helm saya nggak ada tempatnya, Mas. Jadi helmnya ada di kontrakan,” jelas Jhon saat saya temui.
Ternyata, pagi itu ia tengah mangkal jualan kopi (street bar) di daerah lapangan Pemda Sleman. Jadi sekalian biar bisa ngobrol dengan santai di bawah rindang pepohonan.
Ide sewa helm di Jogja datang dari keresahan pengendara Vespa
Jhon ternyata berasal dari Lampung. Ia pertama kali ke Jogja pada 2020 saat awal-awal pandemi Covid-19. Tujuan utama Jhon memang untuk mencari kerja. Itu jadi satu-satunya pilihannya karena setelah lulus SMA pada 2019 ia tak bisa lanjut kuliah karena faktor biaya.
Perjalanannya ke Jogja pun terbilang nekat. Sebab di Jogja ia tak punya sanak saudara atau dalam bahasa dramatisnya sebatang kara. Ia benar-benar meraba-raba Jogja seorang diri.
“Saya masih inget, awal ke Jogja itu saya kerja di nasi pecel pincuk di daerah Nologaten,” ujar pemuda kalem tersebut.
Sudah cukup banyak pekerjaan yang pernah Jhon geluti selama di Jogja (dari rentang 2020-2022). Hingga akhirnya pada 2022 itu ia tiba-tiba kepikiran untuk buka sewa helm di Jogja.
Ide itu muncul berawal dari keresahan seorang pengendara Vespa yang ia temui.
Waktu itu Jhon bekerja di salah satu tempat billiard. Lalu ada seorang pengunjung tempat billiard yang ternyata sebelumnya sempat menyewa Vespa.
Si penyewa Vespa mengungkapkan keresahannya karena tempatnya menyewa Vespa menyediakan helm yang kekecilan dan tampak tidak match sama sekali dengan Vespanya. Dari situ Jhon berpikir, sepertinya sewa helm di Jogja bisa menguntungkan.
“Awalnya nggak langsung beli helm dulu, Mas. Saya bikin Instagram-nya dulu. Ternyata ada yang minat. Waktu itu beli dua helm dulu,” beber Jhon. Dari dua helm, kini ia memiliki sekitar 23 helm untuk disewakan.
Menghadapi akal bulus penyewa
Karena masih belum bisa menentukan harga, di awal-awal buka sewa helm di Jogja itu Jhon hanya memasang biaya sewa Rp10 ribu untuk sepuasnya.
Setelahnya, hingga kini, Jhon mematok biaya sewa sebesar Rp25 ribu per 24 jam. Itu masih ketambahan ongkos kirim (ongkir) sebesar Rp3 ribuan. Karena memang dalam transaksi sewa helm, Jhon sering kali diminta penyewa untuk mengantar helm ke lokasi si penyewa.
“Itu untuk Stasiun Lempuyangan atau Stasiun Tugu. Tapi pernah juga ada yang minta antar sampai Bantul, Mas. Kan jauh banget. Ongkrinya ya kecil, tapi nggak apa-apa lah, yang penting ada penyewa dulu,” ungkap Jhon.
Itu pun ada saja—dan sering—wisatawan atau penyewa yang menyebut harga sewa helm Jhon kemahalan. Alhasil, ada negosiasi untuk minta potongan harga. Tapi Jhon sendiri memang tidak bisa memberi potongan. Jadi kalau mau lanjut sewa ya syukur, kalau tidak ya tidak masalah.
“Karena kan menimbang biaya perawatan juga, Mas. Jadi setiap selesai dibawa orang, helm-helm itu aku cuci. Apalagi kadang ada yang sewa helm balik-balik helmnya bau,” tutur Jhon.
“Pernah kena tipu nggak, Jhon. Ada yang sewa terus nggak balik gitu?” Tanya saya.
Sejauh ini, Jhon mengaku belum ada satu pun helm yang tidak kembali. Semuanya kembali. Karena dalam menyewa, Jhon meminta si penyewa meninggalkan kartu identitas.
Tapi beberapa kali ia memang sempat nyaris ketipu. Misalnya, sempat ada rombongan orang touring yang hendak menyewa 14 helm. Namun saat Jhon minta kartu identitas, dari mereka malah berbelit.
“Akhirnya saya tanya lah sama salah satu sewa helm di Jogja lain. Btw saya juga baru tahu kalau ternyata ada sewa helm lain. Nah, katanya jangan dikasih, karena itu modus buat bawa kabur helm. Sepertinya si sewa helm itu pernah jadi korban,” terang Jhon.
Musim panen sewa helm di Jogja
Menurut Jhon, bisnis sewa helm memang bukan kategori bisnis yang sehari-harinya lancar. Melainkan musiman. Biasanya Jhon akan panen penyewa di momen liburan, saat Jogja sedang padat-padatnya wisatawan.
“Seperti liburan kuliah sekarang ini, Mas, banter. Yang bikin untung itu kan kalau mereka extend,” jelasnya sembari tersenyum.
Kalau sedang ramai-ramainya, sebenarnya hasil dari sewa helm tersebut tak besar-besar amat. UMR Jogja pun tak sampai.
Akan tetapi, pemasukan dari sewa helm itu bisa membantu Jhon untuk bertahan hidup di Jogja. Sebab, ia yang hanya berijazah SMA memang harus ubet soal pekerjaan. Apapun akan ia kerjakan asal bisa nambah cuan.
Seperti yang saya singgung di awal tulisan, selain sewa helm saat ini Jhon juga jualan kopi keliling dengan motor legend Honda CB100.
Ketika perbincangan mengenai sewa helm selesai, saya memutuskan berhenti sejenak sambil menikmati cokelat panas buatan Jhon di bawah tiupan angin sepoi-sepoi. Jhon lantas bercerita banyak mengenai perjalanan hidupnya dengan Honda CB100 tersebut. Perjalanan yang akan saya ceritakan di lain tulisan.
Yang jelas, bagi Anda yang sedang di Jogja dan hendak sewa helm, bisa hubungi saja kontak ini: 089651495030. Selain helm, Jhon juga menyewakan beberapa jenis kacamata untuk bergaya yang ia sewakan di harga Rp7 ribuan per 24 jam. Silakan.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA: Model Laundry di Jogja bikin Kaget Orang Surabaya karena Laundry di Surabaya bikin Kapok Nyuci
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.