Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Orangtua Mati-matian Kuliahkan Anak sampai Jual Tanah, Setelah Sarjana Malah Nikmati Kesuksesan Sendiri dan Biarkan Ortu Hidup Susah

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
27 Juni 2025
A A
Orangtua mati-matian kuliahkan anak, setelah jadi sarjana malah nikmati kesuksesan dengan ijazah S1 sendiri MOJOK.CO

Ilustrasi - Orangtua mati-matian kuliahkan anak, setelah jadi sarjana malah nikmati kesuksesan dengan ijazah S1 sendiri. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kesuksesan usai jadi sarjana yang dinikmati sendiri

Setelah lulus kuliah, menjadi sarjana, kakak Septian menjadi pekerja swasta di Jogja. Dengar-dengar gajinya lumayan besar untuk ukuran Jogja. Itu sudah masuk kategori sukses kalau bagi orangtua Septian.

Sebab, ijazah S1 kakak Septian bisa membuatnya langsung dapat kerja layak. Dengan gaji di atas UMR Jogja pada umumnya.

Hanya saja, yang agak mengganggu Septian, ternyata kesuksesan itu dinikmati sang kakak sendiri. Tiap kali sang kakak pulang ke Kulon Progo, Septian kerap iseng bertanya kepada orangtuanya: Apakah dapat pegangan uang dari sang kakak? Ternyata tidak pernah.

“Bapak ibu nggak pernah berharap yang begitu-begitu. Uang kakakmu ya uang kakakmu sendiri. Dia bisa memenuhi hidupnya sendiri sudah syukur,” selalu begitu jawaban sang ibu tiap kali Septian tanya.

Awalnya Septian menyimpan sendiri perasaan ganjil itu. Lalu dia mendengar cerita serupa dari teman-teman kerjanya: Ada tipikal anak yang usai menjadi sarjana dan kerja layak, justru hasilnya dinikmati sendiri.

“Setahun kerja, terus kakak minta nikah. Ya dinikahkan. Akhirnya sibuk dengan rumah tangganya. Padahal belum sempat sedikit membantu hidup orangtua yang makin tua di rumah,” keluh Septian.

Orangtua tak minta timbal balik, tapi anak seharusnya…

Giri (25), sarjana asal Pekalongan, Jawa Tengah, juga punya cerita serupa. Ada teman Giri yang setelah bisa kerja enak di Semarang dengan modal ijazah S1-nya, mengubah gaya hidup menjadi agak hedon. Membeli barang yang sebelumnya tak terbeli. Memuaskan hasrat diri sendiri.

Sementara saat Giri bertanya: Apakah temannya itu juga menyisihkan uang untuk dikirim ke rumah? Jawabannya ternyata tidak. Orangtua teman Giri pun katanya tidak pernah berharap diberi uang oleh sang anak.

Mereka justru mengatakan kalau uang si anak adalah hak anak sendiri. Karena didapat dari hasil jerih payah sendiri.

“Tapi orangtua selalu begitu. Selalu hidup dalam pura-pura. Pura-pura tak mau merepotkan anak, padahal hidupnya sedang repot,” tutur sarjana dari kampus Semarang itu.

Dulu Giri pun begitu. Semasa mengejar ijazah S1 di Semarang, Giri mengaku hanya memikirkan diri sendiri. Tidak terlalu kepikiran dengan seberapa mati-matiannya orangtua kuliahkan anak.

Setelah lulus dan kerja layak, barulah Giri sadar, bahwa saat ini gilirannya mati-matian untuk memprjuangkan orangtuanya.

“Orangtua memang nggak nuntut. Tapi sebagai anak, aku sadar diri aja, seharusnya aku meringankan beban mereka di masa tua mereka, walaupun cuma sedikit. Nggak menikmati jerih payahku untuk diri sendiri,” beber Giri.

“Karena ketika memperjuangkanku, orangtua juga begitu, tidak pernah menikmati apapun untuk diri sendiri, tapi selalu dibagi ke anak, dan bagian anak selalu lebih besar,” sambungnya.

Iklan

Bukannya lupa orangtua, tapi ngurus diri sendiri saja kewalahan

Sedangkan Hayat (24) punya pandangan yang berbeda, sarjana dari sebuah kampus di Jakarta.

Dengan modal ijazah S1, Hayat keterima kerja di Depok, Jawa Barat, pada 2024 silam. Gajinya sebenarnya tidak sampai UMK setempat. Tapi dia mengaku ke ibunya di rumah kalau gajinya bisa hingga Rp10 juta perbulan.

Itu terpaksa dilakukan Hayat karena dua alasan. Pertama, agar orangtuanya tidak malu ke tetangga kalau tahu anaknya adalah sarjana bergaji kecil. Kedua, Hayat mengaku punya gaji besar agar orangtuanya lega karena menganggap anaknya tidak dalam kesusahan.

“Aku juga mikir keras, gimana caranya membantu orangtua di rumah setelah perjuangan mereka mati-matian kuliahkan anak. Tapi aku sendiri saja hidupnya masih kewalahan,” kata Hayat.

Hayat pun mengaku menemui banyak kasus yang mirip dengannya: Seorang anak akan pura-pura sukses dan kerja enak kepada orangtuanya. Sebagai kamuflase untuk menyembunyikan yang mereka alami di perantauan.

“Mau minta tolong orangtua lagi malu. Karena sudah banyak membuat mereka repot. Jadi kalau udah umur-umur 25-an, mikirnya pengin nggak membebani mereka, pura-pura baik-baik saja,” kata Hayat.

Tak hanya Hayat, Mojok menulis banyak cerita dari para anak yang terpaksa mengaku sukses kepada orangtua masing-masing. Alasannya beragam. Tapi secara umum, mereka tidak ingin orangtua tahu kalau mereka masih bergelut dengan kata “gagal”. Cerita-cerita selengkapnya bisa dibaca di rubrik Liputan.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Tinggalkan Skripsi Gara-gara Urusan Asmara, Berujung DO dan Sakiti Ibu hingga Susah Cari Kerja

 

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 27 Juni 2025 oleh

Tags: ijazah s1sarjana
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO
Ragam

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO
Kampus

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
Jadi omongan saudara karena sarjana nganggur. MOJOK.CO
Ragam

Putus Asa usai Ditolak Kerja Ratusan Kali, Sampai Dihina Saudara karena Hanya Jadi Sarjana Nganggur

12 Desember 2025
Adik rela berkorban memupus mimpi kuliah dan jadi sarjana PTN gara-gara kakak sendiri MOJOK.CO
Ragam

Wong Liyo Ngerti Opo: Adik Korbankan Mimpi Kuliah PTN, Biar Kakak Saja yang Jadi Sarjana sementara Adik Urus Orang Tua

25 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Teknisi dealer Yamaha asal Sumatera Utara, Robet B Simanullang ukir prestasi di ajang dunia WTGP 2025 MOJOK.CO

Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

16 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Raja Dirgantara “Mengudara”, Dilepasliarkan di Gunung Gede Pangrango dan Dipantau GPS

13 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
ugm.mojok.co

UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

20 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.