Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Modal Ijazah S1 Susah Cari Kerja, Awalnya Gengsi tapi Pilih Jaga Toko Kelontong Ortu yang Diremehkan tapi Cuannya Saingi Gaji PNS

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
17 September 2025
A A
Sarjana susah cari kerja modal ijazah s1. Tertolong toko kelontong orangtua yang diremehkan tapi beromzet besar MOJOK.CO

Ilustrasi - Sarjana susah cari kerja modal ijazah s1. Tertolong toko kelontong orangtua yang diremehkan tapi beromzet besar. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dulu selalu malu tiap memperkenalkan orangtua yang sehari-hari berprofesi sebagai pemilik toko kelontong. Namun, kini setelah lulus kuliah dan susah cari kerja bermodal ijazah S1, merasa beruntung karena ditolong penghasilan toko.

***

Dalam pikiran Mekar* (25), bukan nama asli, di masa SMA dulu, pekerjaan orangtuanya sebagai pemilik toko kelontong adalah pekerjaan yang tak bisa dibanggakan. Pasalnya, banyak teman Mekar yang punya pekerjaan lebih mentereng. Misalnya, PNS, guru, atau bahkan pegawai kecamatan.

Bahkan hingga kuliah, Mekar kerap menyesali ditakdirkan lahir dari keluarga pemilik toko kelontong. Apalagi toko kelontong kecil sepertinya.

Lebih-lebih, sependek yang Mekar tahu, penghasilan orangtuanya dari toko tidak melulu stabil. Ada kalanya naik, ada kalanya juga turun. Alhasil, misalnya Mekar pengin mendapat uang saku tambahan, alih-alih uang lebih yang dikirim, orangtua justru mengirim pesan agar Mekar bersabar.

Lulus kuliah susah cari kerja, gengsi bantu-bantu di toko kelontong orangtua

Sebenarnya Mekar sudah akrab dengan toko kelontong sejak kecil. Bagaimana tidak, dia kerap menguntit jajan di sana.

Lalu ketika SMP, dia juga sesekali ikut menjaga ibunya di toko. Namun, sejak SMA hingga kuliah, karena ditumpuk rasa iri atas kondisi finansial orangtua teman-temannya, Mekar cenderung dikuasai gengsi.

Mekar kuliah di Surabaya. Tiap sepekan sekali dia pasti pulang ke kampungnya di Mojokerto. Tiap pulang, dia kerap dimintai bantuan orangtuanya sekadar jaga toko. Namun, dia sering menolak karena gengsi.

“Aku baru mau sesekali bantu pas udah lulus kuliah. Karena kan ternyata punya modal ijazah S1 tetap susah cari kerja,” kata Mekar, Minggu (7/9/2025).

“Jadi daripada di rumah gabut, kalau nggak keluar atau nggak lagi sibuk searching loker ya bantu jaga toko kelontong ibu. Walaupun masih ada malu-malunya, masa sarjana cuma jaga toko kelontong,” sambung perempuan Mojokerto itu.

Etalase saksi perjuangan keluarga

Kira-kira dua tahun Mekar menganggur, karena ijazah S1-nya benar-benar susah buat cari kerja. Sebenarnya orangtuanya berkali-kali menenangkan, “Kalau nggak dapat kerja ya sudah, bantu orangtua di toko kelontong saja.”

Apalagi beberapa tahun belakangan—pasca pandemi Covid-19—bapak Mekar agak sakit-sakitan. Alhasil, ibunya lah yang harus riweh sendiri di toko. Mulai dari kulakan, melayani pembeli, dan lain-lain. Untuk mengisi kekosongan waktu, kekosongan peran sang bapak di toko itu diisi oleh Mekar.

“Ibu nawarin, ya sudahlah ngurus toko aja. Apalagi aku anak tunggal. Jadi nanti misal ortu nggak ada, ya siapa lagi yang meneruskan kalau bukan aku,” kata Mekar.

Ibu Mekar memang tidak ingin toko kelontong tersebut tutup hanya karena tak ada yang meneruskan. Sebab, toko tersebut punya riwayat panjang terhadap keluarga Mekar.

Iklan

Toko itu dirintis tak lama setelah bapak-ibu Mekar menikah. Pernah mengalami jatuh bangun. Dari situ pula keluarga Mekar bisa hidup bahkan bisa menyekolahkan Mekar hingga kuliah S1.

Mekar sejatinya menyadari itu. Akan tetapi, lagi-lagi karena gengsi, dia tak ingin menjadi sarjana—dengan modal ijazah S1—hanya berakhir sebagai penerus toko keluarga yang tak seberapa besar itu.

Putuskan jadi penerus toko kelontong, merasa beruntung usai ijazah S1 susah buat cari kerja

Sebenarnya tidak semua lamaran kerja Mekar tak tembus perusahaan. Ada beberapa yang tembus. Hanya saja, setelah tahu potensi gaji yang bakal dia terima teramat kecil dan tidak sepadan dengan beban-jam kerjanya, Mekar memilih mundur.

Karena sudah teramat jenuh, Mekar akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran sang ibu: full mengurus toko kelontong keluarga tersebut. Setelah dua bulan mengurus, Mekar malah merasa beruntung punya orangtua yang sudah menyediakan sebuah bisnis keluarga yang terbilang sustain.

“Aku nggak mau nyebut angka. Tapi pendapatan yang masuk dari toko perbulannya ternyata gede juga. Ketimbang gaji yang ditawarkan perusahaan tempatku melamar, jauh lah,” tutur Mekar.

“Pendapatan gedenya tentu dari rokok. Yang lain ya dari kebutuhan pokok seperti telur, beras, galon, gitu-gitu lah. Padahal dulu kuremehin. Karena dulu aku nggak tahu kalau pendapatannya gede,” ujar Mekar.

Mekar bukannya tanpa nyinyiran. Ada saja tetangga atau teman yang rasa-rasan: Masa sarjana, punya ijazah S1, malah cuma mengurus toko kelontong. Tapi Mekar memilih tutup telinga. Karena orang tidak tahu saja pendapatan aslinya.

SCR raup Rp236 triliun pertahun

Pendapatan toko kelontong memang tidak bisa diremehkan. Salah satu yang belakangan ramai dibincangkan adalah jaringan Sampoerna Retail Community (SRC) sebagai bagian dari binaan PT HM Sampoerna.

Direktur PT HM Sampoerna Tbk, Ivan Cahyadi, mengungkapkan omzet yang diraup oleh 250 ribu jaringan Sampoerna Retail Community (SRC) dapat mencapai Rp236 triliun pertahun. Ada pula toko kelontong Madura yang disebut bisa meraup omzet hingga 90 juta perbulan.

Toko kelontong milik orangtua Mekar tidak termasuk dalam dua kategori tersebut. Namun, secara omzet, kata Mekar, bisa bersaing dengan gaji para pekerja kantoran atau PNS.

“Jika PNS punya tunjangan pensiun, begitu juga dengan toko kelontong yang tetap memberi pemasukan hingga di hari tua, sepanjang toko masih terus buka,” tutup Mekar.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Ortu Kuras Tabungan buat Anak Jadi Polisi malah Kena Tipu Intel, Awalnya Stres tapi Kini Bersyukur atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 17 September 2025 oleh

Tags: gaji PNSijazah s1kuliah s1omzet toko kelontongPNSsarjanasarjana nganggursusah cari kerjatoko kelontongtoko srctunjangan pensiun pnstunjangan PNS
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO
Esai

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Adik rela berkorban memupus mimpi kuliah dan jadi sarjana PTN gara-gara kakak sendiri MOJOK.CO
Ragam

Wong Liyo Ngerti Opo: Adik Korbankan Mimpi Kuliah PTN, Biar Kakak Saja yang Jadi Sarjana sementara Adik Urus Orang Tua

25 November 2025
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) nyaris drop out usai ibu tiada. MOJOK.CO
Kampus

Kisah Wisudawan UNJ Nyaris Drop Out Kuliah karena Fakta Mengejutkan dari Sang Ayah soal Ibu yang Sudah Tiada

3 November 2025
Kisah mahassiwa beasiswa KIP Kuliah Aliya Eka Lestiyanti, ibu meninggal kala ia masih berjuang, sampai akhirnya jadi harapan keluarga usai jadi sarjana cumlaude MOJOK.CO
Kampus

Ibu Meninggal kala Saya Masih Berjuang, Jadi Titik Terendah Hidup tapi Bangkit demi Jadi Sarjana Pertama Keluarga

3 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
UGM MBG Mojok.co

Gadjah Mada Intellectual Club Kritisi Program MBG yang Menyedot Anggaran Pendidikan

28 November 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.