Kalau disuruh menyusun jalan mana saja yang paling menyebalkan di Jogja, Jalan Kaliurang sudah pasti masuk dalam daftar. Namun, jika harus menunjuk ruas mana dari jalan tersebut yang paling memuakkan, 1 kilometer dari Jalan Persatuan menuju lampu merah Kentungan di Ringroad Utara adalah jawabannya.
Jangan salah, sudah sejak lama ruas jalan yang kerap disingkat “Jakal” itu menjadi momok bagi para pengendara. Penyebabnya adalah kemacetan yang sulit buat dihindari.
Bagaimana tidak, di Jalan Kaliurang kepadatan seolah tak mengenal waktu. Pagi, siang, sore, bahkan malam, volume kendaraan selalu membludak, memenuhi ruas jalan yang tak terlalu luas ini.
Data Dishub DIY pada 2023 lalu menunjukkan, Jalan Kaliurang memang menjadi jalan paling ramai di Jogja. Tingkat kepadatannya di atas 0,87 derajat kejenuhan, yakni 0,9. Kepadatannya bahkan bisa naik 2 sampai 3 kali lipat di jam-jam sibuk, apalagi musim liburan.
Kalau Jakal bagian atas menyebalkan karena jalanan rusak serta banyaknya truk dan bus-bus besar, di bagian bawah tentu beda penyebab.
Pengendara motor dan pengguna transportasi umum sama-sama dibikin stres
“Kalau dipikir-pikir ‘kan itu cuma 1 kilometer, tapi kalau pagi-pagi lagi macet parah, rasanya kejebak di situ seharian,” ujar Olin (21), mahasiswa UGM yang setiap hari melintasi Jalan Kaliurang untuk berangkat dan pulang ke kampus.
Olin tinggal di wilayah Gentan, kawasan di Jalan Kaliurang yang masuk kilometer 10. Sementara kampusnya berada Fakultas Biologi UGM. Alhasil, ia bakal melintasi rute Jalan Kaliurang tiap harinya.
Masalahnya, dari rumah sampai ke perempatan Kentungan, praktis Olin belum menemui obstacle yang menantang. Titik kemacetan memang ada, tapi masih bisa ia tolerir.
“Nah, rintangan sebenarnya itu masuk di jakal bawah. Kalau mood lagi nggak bagus, misuh-misuhku keluar semua di sana,” jelas mahasiswa asal Jawa Tengah ini, Rabu (10/7/2024).
Hal serupa juga dialami Denta (18), mahasiswa UGM lainnya angkatan paling baru. Setahun di Jogja, ia mengandalkan TemanBus (Bus TransJogja) sebagai transportasi utamanya berangkat dan pulang ngampus.
Kalau pengendara sepeda motor yang bisa nyelip-nyelip saja masih mengeluhkan macetnya Jalan Kaliurang bawah, apalagi pengguna transportasi umum. Mahasiswa asal Malang ini mengaku, di jam-jam sibuk, busnya seperti terjebak tanpa bisa berjalan sejengkal pun.
“Apesnya itu aku berangkat ngampus pasti selalu pagi, ketemu jam-jam macet. Jarak tempat tinggal ke kampus nggak sampai 4 kilo, tapi rasanya lama banget di jalan,” kata mahasiswa yang tinggal di Jalan Kaliurang KM 8 ini.
Banyak pengendara “goblok” di Jalan Kaliurang
Olin tak ingin menilai atau menduga faktor apa yang bikin Jalan Kaliurang bagian bawah (sisi selatan) sepanjang 1 kilometer itu selalu macet. Sebab, sepengalamannya di Jogja, titik-titik kemacetan tak hanya terjadi di jalan itu.
Dua jalan yang familiar dengan kemacetan, Gejayan dan Padjadjaran depan Pakuwon Mall, selalu dalam list-nya. Namun, karena tiap hari ia melintasi Jalan Kaliurang buat ngampus, maka kemarahannya terhadap ruas jalan ini selalu muncul tiap hari.
Menurut Olin, selain macet, yang bikin Jalan Kaliurang menyebalkan adalah keberadaan “para pengendara goblok”. Dan, mereka ini tak mengenal usia maupun kelas sosial. Tua, muda, miskin, kaya, selalu aja tipikal pengendara seperti ini.
“Paling sering itu mereka tiba-tiba belok kanan dadakan, entah masuk gang atau mau ke ruko. Anjirlah! Nge-sen enggak, tiba-tiba belok,” kata Olin.
“Pernah suatu kali adikku yang baru pertama ke Jogja bawa motor di sekitaran situ. Dia hampir celaka gara-gara pengendara yang goblok kayak gitu.”
Tukang parkir meresahkan!
Selain pengendara goblok, Jalan Kaliurang bawah juga dipadati oleh tukang parkir. Ya, di ruas jalan ini, nyaris setiap ruko diparkiri. Beberapa tukang parkir mengambil alih punggung jalan sampai trotoar untuk menaruh kendaraan. Selain bikin jalan menjadi lebih sempit, tingkah ugal-ugalan mereka terkadang mengancam pengguna jalan lain.
Pantauan Mojok pada Rabu (10/7/2024) siang, nyaris tak ada yang tersisa bagi pejalan kaki di sekitaran Jalan Kailurang bawah. Trotoar habis buat berdagang dan sebagian lain dipakai parkir.
“Tukang-tukang parkir ini kalau ngeluarin kendaraan suka sembarangan,” kata Olin. “Bayangin aja kita-kita lagi ngelaju cepet banget, tiba-tiba disemprit bapak-bapak. Ada yang mau nyeberang. Hadeh!”
Maka, kata Olin, tak mengherankan saat pulang kuliah pada sore hari, pasti ada saja kejadian tragis di jalanan. Kebanyakan pengendara terjatuh karena ulah tukang parkir yang mengeluarkan kendaraan secara ugal-ugalan ini.
“Emang nggak sampai parah. Mungkin lecetnya pun dikit. Tapi apa mau nunggu sampai ada yang mati dulu biar hal kayak gini diperhatiin,” katanya.
“Kita udah stres sama jalan Kaliurang yang macet, guys! Janganlah ditambah lagi stresnya.”
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA 3 Alasan Mengapa Notoprajan Jogja Jadi Kawasan Paling Menyebalkan Bagi Driver Ojol
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News