Ketika Tanjungrejo Malang terselamatkan
“Dulu kondisinya beda (dengan sekarang). Dulu gang-gang itu kotor, sampah-sampah berserakan. Karena kental dengan kehidupan jalanan, kondisi keagamaan mereka juga sangat kurang,” ujar Ernawati, Penyuluh Kemenag Kota Malang.
Kamis (8/8/2024) siang WIB, saya bisa tersambung dengan Ernawati di sela-sela jam kerjanya. Ia lah salah satu pendamping dari Qoryah Sakinah Tanjungrejo RW 07.
Dari Ernawati, saya juga mendapat cerita serupa seperti yang Puriadi beber panjang lebar sebelumnya: perihal kondisi Tanjungrejo 07 yang memprihatinkan.
Setelah merumuskan beberapa program, Kemenag Kota Malang lalu mengambil peran membina Tanjungrejo RW 07 untuk menjadi Qoryah Sakinah. Tidak hanya sekadar mengentaskan kemiskinan (ekonomi), tapi juga menumbuhkan kesadaran pada aspek sosial dan spiritual.
“Misalnya, sekarang sudah nggak ada lagi warga buang sampah sembarangan di gang-gang kampung. Gangnya memang sempit, tapi tidak kumuh. Warga juga sudah mulai punya hunian semi permanen, meski hanya sepetak kecil,” beber Ernawati. Karena memang kampung tersebut sangat padat, ada sekitar 400-an KK.
“Terus sekarang anak-anak juga sudah mulai mau ngaji. Warga juga begitu, sudah mau ikut kegiatan-kegiatan keagamaan seperti majelis taklim, tahlilan dan lain-lain. Kami pendekatannya berbasis reliji,” sambungnya.
4 hal mengubah warga
Kata Ernawati, ada empat program dari Kemenag Kota Malang dalam upaya untuk mewujudkan Qoryah Sakinah Tanjungrejo RW 07, sebuah kampung yang kemudian berdaya secara ekonomi, sosial, dan agama. Empat program tersebut antara lain:
Pertama, program Kader Agamawan. Praktiknya seperti yang sudah Ernawati singgung sebelumnya. Yakni bagaimana memberi pendampingan kaitannya dengan praktik keagamaan sehari-hari. Misalnya seperti membuat Taman Pendidikan Al Qur’an (TPA) untuk anak-anak, bantuan tempat ibadah, pembiasaan rutinan majelis taklim, dan aktivasi kegiatan-kegiatan keagamaan lain.
Kedua, Moderasi Beragama. Ernawati menyebut, 99,8 persen warga yang tinggal di Tanjungrejo RW 07 beragama Islam. Oleh karena itu, Kemenag Kota Malang mencoba membentuk kesadaran dan cara pandang masyarakat yang moderat, menimbang posisinya sebagai penganut agama mayoritas di kampung tersebut.
“Ketiga, program Keluarga Harmoni. Ini dulu penyuluhan karena banyak suami istri dengan status pernikahan siri. Sehingga belum punya buku nikah. Bahkan, mohon maaf, ada juga yang kumpul kebo (tinggal serumah tapi belum menikah),” ungkap Ernawati.
Melalui program ketiga itu, dibuka juga bimbingan atau konsultasi pernikahan. Termasuk bagaimana cara mengurus surat nikah bagi mereka yang nikah siri tersebut.
“Kami juga ada program sehari dua piring. Itu bantuan untuk lansia dan duafa berupa makan gratis siap santap dua kali dalam sehari,” lanjut Ernawati.
Keempat alias terakhir, yakni program Pemberdayaan Ekonomi Kreatif. Berupa bantuan usaha (misalnya gerobak untuk modal dagang, alat jahit, dll) hingga pelatihan kerja. Tentu selain bantuan sembako dan uang tunai untuk konteks-konteks tertentu.
Pada 2022 lalu, di kampung Qoryah Sakinah Tanjungrejo RW 07 diresmikan koperasi syariah sendiri. Hal tersebut tidak lain untuk menghindarkan warga dari jeratan rentenir. Sebab, kata Ernawati, dulu banyak warga yang kerap utang ke rentenir. Sehingga sampai tercekik bunga besar saat proses pengembalian.
“Pokoknya alhamdulillah, Mas. Banyak yang berubah. Dulu sekolah mentok di SD SMP. Sekarang ada yang kuliah. Ada tiga anak yang sedang kuliah. Dua di kampus swasta. Satunya kuliah di UIN,” jelasnya.
Salah satu upaya guna menumbuhkan minat anak-anak di Tanjungrejo RW 07 untuk kuliah adalah dengan menurunkan mahasiswa-mahasiswa KKN di sana. Dan itu terbukti ada hasilnya.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA: Surabaya Mau Bikin Transportasi Air Niru Belanda, Padahal Kalinya Butek dan Belum Aman
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.