Nama sastrawan legendaris, Pramoedya Ananta Toer, tinggal menghitung waktu diresmikan menjadi nama jalan di Blora, Jawa Tengah, sebagai kota kelahirannya.
Usulan mengabadikan nama Pramoedya Ananta Toer sebagai nama jalan sebenarnya sudah mencuat sejak lama. Pengusulnya adalah adik kandung Pram sendiri: Soesilo Toer.
Mbah Soes, begitu saya memanggilnya, pertama kali mengusulkan gagasan tersebut kepada Bupati Blora peiode 2010-2015, Joko Nugroho.
Usulannya adalah mengganti nama Jalan Sumbawa menjadi Jalan Pramoedya Ananta Toer. Yakni jalan menuju arah rumah masa kecil Pram yang kini ditinggali oleh Mbah Soes sekaligus menjadi Perpustakaan PATABA (Pramoedya Ananta Toer Anak Blora Asli).
Pramoedya Ananta Toer: simbol “kekayaan” Blora
Bagi Mbah Soes, Pram adalah simbol “kekayaan” Blora. Bahwa Blora bisa melahirkan tokoh sastrawan sekaliber Pram, yang karya-karya sastranya seperti Bumi Manusia, telah mendunia.
Setidaknya hingga hari ini, Pram bahkan tercatat sebagai satu-satunya sastrawan Indonesia yang diusulkan masuk nominasi penerima Nobel Sastra.
Mbah Soes pun juga mengusulkan nama sang ayah, Mastoer, menjadi nama jalan di Blora. Menggantikan nama Jalan Halmahera (arah SMPN 5 Blora). Sebab, dulu, Mastoer diakui sebagai bapak pendidikan di Blora.
Sayangnya, tidak ada respons melegakan dari pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora di ere Joko Nugroho.
Hitungan hari Pramoedya Ananta Toer menjadi nama jalan di Blora
Nyaris di setiap peringatan haul Pram pada 6 Februari, Mbah Soes menyinggung perihal pengabadian nama Pram sebagai nama jalan.
Setelah bertahun-tahun tak mendapat respons melegakan, kini tinggal menghitung hari nama Pram resmi menjadi nama jalan di Blora, menggantikan nama Jalan Sumbawa, seperti yang Mbah Soes mau.
Bupati Blora 2019-2023 sekaligus Bupati terpilih untuk periode selanjutnya, Arief Rahman, tengah menyiapkan proses peresmiannya. Airef menyebut, pihaknya berencana meresmikan Jalan Pramoedya Ananta Toer pada Februari 2025 nanti, bertepatan dengan peringatan haul sebadab Pram.
Peringatan haul tersebut, kata Arief, akan digelar secara meriah selama tiga hari dalam rentang 6-9 Februari 2025.
“Putri Pram sudah bertemu dengan tim penyelenggara (haul). Semua (persiapan haul dan peresmian jalan) sedang dimatangkan,” terang Arief dalam wawancaranya bersama Radar Kudus belum lama ini.
Arief juga berencana mengundang Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, untuk menghadiri acara tersebut.
Barangkali hanya formalitas
September 2024 lalu, Arief memang sudah meyakinkan akan merealisasikan nama Pramoedya Ananta Toer sebagai nama jalan di Blora. Meski belum diresmikan, waktu itu sempat ada plang nama bertuliskan nama “Pram”.
Sayangnya, penulisan nama Pram dinilai salah. Harusnya Pramoedya Ananta Toer (masih pakai ejaan lama). Tapi yang tertera justru “Pramudya Ananta” (pakai ejaan baru dan kurang “Toer”.
Mbah Soes sempat kesal dengan kekeliruan ini. Baginya, nama leluhur atau pahlawan harus ditulis lengkap dan secara benar. Sebab itu adalah wujud penghormatan.
“Barangkalai hanya formalitas. Bupati Arief hanya mendompleng nama Pram untuk keperluan kampanye politiknya. Biar terlihat dia sosok intelek dan peduli literasi,” ujar seorang pembaca karya-karya Pram asal Blora yang enggan disebut namanya.
Begitulah anggapan pembaca Pram itu waktu itu. Anggapan yang masih sama sampai sekarang, saat tinggal menghitung hari saja nama Pram akan resmi menjadi nama jalan.
“Bagi saya, Pram bukan semata simbol. Lebih dari itu, kalau pakai nama Pram, Pemkab Blora juga seharusnya sadar literasi. Bagaimana membuat program pertumbuhan literasi di Blora. Nyatanya mereka tidak serius di bidang ini,” sambungnya.
Nama sastrawan layak jadi nama jalan
Saya lalu mencoba menghubungi Janoary M. Wibowo. Pegiat literasi yang aktif mengelola Rumah Baca Cepu Baca Buku di Cepu, Blora.
“Blora sebagai tempat kelahiran Pram, saya pikir sah-sah saja apabila akan mengganti nama Jalan Sumbawa dengan nama Jalan Pramoedya Ananta Toer. Terlepas apa pun motif pemerintah di balik penggantian itu. Bagi saya tetap menjadi nilai positif,” ujarnya dalam sambungan telepon, Jumat (27/12/2024) pagi WIB.
Setidaknya, lanjut Janoary, ada sastrawan yang namanya dijadikan sebagai nama jalan. Menjadi “pembeda” di antara nama-nama jalan yang kebanyakan tokoh pergerakan, pemimpin, gunung-gunung, pulau-pulau, dan bunga-bungaan.
“Setidaknya, hal itu boleh optimistis dibaca sebagai—meskipun masih jauh dari sepantasnya—wujud kesadaran pemerintah terhadap pentingnya literasi di Indonesia secara keseluruhan,” tutur Janoary.
“Seru pastinya kalau tiap kota, setidaknya, punya satu jalan bernama sastrawan kelahiran kota tersebut,” imbuhnya.
Pram menjadi nama kesekian dari sedikit nama sastrawan yang namanya diabadikan sebagai nama jalan di tempat asalnya. Sebelumnya, ada nama H.M. Yamin yang menjadi nama jalan di Medan; Marah Roesli sebagai nama jalan di Padang; atau yang paling baru adalah Joko Pinurobo yang jadi nama jalan di kampungnya di Wirobrajan, Yogyakarta.
Nama-nama sastrawan patut diabadikan. Sebab, imbuh Janoary, bagaimana pun mereka lah yang merawat salah satu warisan kebudayaan tertua Indonesia: sastra.
Semoga tidak hanya merayakan nama
Janoary memang lega dengan pengabadian nama Pram sebagai nama jalan. Itu menjadi salah satu jalan agar orang Blora “ngeh” bahwa Blora pernah melahirkan sosok sastrawan kaliber. Karena, bagaimana pun, banyak orang Blora yang tidak begitu ngeh.
Dengan adanya nama Pram, siapa tahu mereka akan mencoba mencari tahu dan mempelajari siapa sebenarnya sosok bernama Pramoedya Ananta Toer itu?
“Pram sebagai simbol literasi semoga tidak hanya dirayakan namanya saja. Tapi juga membaca atau mendiskusikan karya-karyanya,” harap Janoary.
Pemerintah setempat—dalam hal ini Pemkab Blora—juga harus ambil bagian. Pemkab Blora harus sadar, kota kecil berjuluk Kota Mustika itu pernah melahirkan sastrawan sekaliber Pram. Maka, selanjutnya, bagaimana melahirkan “Pram-Pram baru”. Pemkab Blora perlu serius menumbuhkan kesadaran literasi di Blora.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: Jika Pramoedya Ananta Toer Jadi Guru Sastra Indonesia
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News











