Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Beban Kerja PPPK Paruh Waktu Mirip ASN, tapi Standard Gaji Honorer: Nasib Guru Muda Makin Tak Jelas

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
13 Oktober 2025
A A
PPPK Paruh Waktu, honorer.MOJOK.CO

Ilustrasi - Guru Muda PPPK Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Lolos PPPK Paruh Waktu tak selalu melegakan. Sebab, banyak guru muda yang malah khawatir dengan nasibnya. Kerja laiknya ASN, tapi gaji seperti honorer.

***

Setiap kali membuka grup Whatsapp “Pejuang PPPK 2024”, Rina* (25) selalu berhenti di pesan-pesan yang dikirim anggota grup. Beberapa menulis dengan nada gembira, bahagia akhirnya diterima sebagai “abdi negara”. Namun, tak sedikit juga yang bercerita getir: gaji belum cair, beban kerja tak jelas, hidup masih gitu-gitu aja.

Rina membaca pesan-pesan itu dengan jantung berdebar. Sebab, ia baru saja dinyatakan lolos seleksi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Paruh Waktu. Surat pengumuman ia terima awal September lalu.

Di usia 25 tahun, lulusan sebuah perguruan tinggi negeri (PTN) di Jogja itu seharusnya merasa lega. Tahun pertama setelah lulus kuliah ia habiskan sebagai guru honorer di sebuah SMP negeri di Bantul, dengan upah tak sampai Rp500 ribu per bulan. 

Kini, statusnya resmi “ASN kontrak”. Namun, entah kenapa, perasaan lega malah tak menghampirinya.

“Saya senang, tapi juga takut. Jangan-jangan cuma ganti seragam, nasibnya tetap sama seperti honorer. Kayak teman-temanku yang lain,” katanya, Senin (13/10/2025).

Versi lain dari honorer

Fenomena PPPK Paruh Waktu mulai muncul sejak 2024 di sejumlah daerah luar Jawa. Palembang, adalah salah satu contoh paling ramai diperbincangkan. Berdasarkan data Dinas Pendidikan Palembang, ada 2.187 guru yang lolos seleksi dengan status paruh waktu.

Sebelumnya, di Sumatera Selatan, sekitar 6.000 tenaga honorer yang gagal seleksi PPPK penuh waktu diusulkan untuk status paruh waktu, dan 6.009 dari 6.120 yang diajukan akhirnya disetujui menjadi PPPK Paruh Waktu.

Wali Kota Palembang Ratu Dewa menyebut, langkah itu diambil agar tenaga honorer yang tak lolos seleksi penuh waktu tidak langsung hilang status. Namun, ia juga mengakui bahwa aturan teknis (juknis) dari pemerintah pusat terkait PPPK Paruh Waktu belum diterbitkan.

Bagi Rina, kabar semacam itu bukannya melegakkan, justru malah menambah kecemasannya. Ia takut ketika nanti sudah ditempatkan di luar Jawa, yang menantinya bukan kehidupan ASN yang sejahtera, melainkan versi baru dari sistem honorer yang dulu ia jalani: bergaji rendah dan tanpa kepastian.

Status guru PPPK Paruh Waktu belum diatur

Dalam peraturan ASN yang berlaku, tidak dikenal istilah “PPPK Paruh Waktu.” UU Nomor 20 Tahun 2023 tentang ASN hanya mengatur PPPK sebagai pegawai kontrak dengan hak gaji, tunjangan, dan jaminan sosial yang dibebankan ke APBN atau APBD.

Namun, dalam praktik di beberapa daerah, muncul fenomena unik: “PPPK versi hemat”. Yakni mereka yang bekerja penuh tapi digaji sesuai kemampuan kas daerah. Misalnya, seperti di Palembang tadi.

Sementara kalau mengutip laman Menpan RB, PPPK Paruh Waktu adalah pegawai non-ASN yang diangkat berdasarkan perjanjian kerja paruh waktu, sebagai solusi bagi instansi pemerintah dengan keterbatasan anggaran. Gajinya? Dirapel per tiga bulan sekali, tapi detailnya tergantung kondisi daerah masing-masing.

Iklan

Masalahnya, untuk mencairkan gaji per tiga bulan, seorang guru harus memiliki Sertifikat Pendidik (Serdik). Ia merupakan bukti formal pengakuan bahwa seorang guru telah memenuhi standar profesional dan kompetensi sebagai tenaga pendidik.

Cara memenuhi standard tersebut adalah dengan mengajar minimal 24 jam per minggu.

“Kami merasa, karena statusnya ‘paruh waktu’, ya beban kerja nggak se-full yang PPPK Penuh Waktu. Jadi, mau tak mau kalau mau dapat Serdik ya mengajar 24 jam seminggu,” ujarnya.

Alhasil, Rina khawatir dengan potensi ketidakjelasan antara beban kerja dan upah yang diterima. Beban kerja mau tak mau harus sama dengan PPPK Penuh Waktu, tapi gaji yang didapatkan jauh lebih kecil.

“Kalau jamnya kurang, gaji ditunda. Tapi kalau mau tambah jam, belum tentu dapat juga karena guru di sekolah sudah banyak. Jadi serba tanggung dan tak jelas.”

Cerita guru PPPK Paruh Waktu di Palembang

Kecemasan yang dialami Rina juga dirasakan Rifan* (25). Dia merupakan guru muda yang baru saja diterima sebagai PPPK Paruh Waktu di Palembang. 

Alumni salah satu PTN di Jogja ini merasa, ketidakjelasan sistem beban kerja dan pengupahan cuma bakal membebani para guru. Apalagi perantau dari luar pulau, yang harus beradaptasi ekstra dengan lingkungan baru.

“Takutnya, PPPK Paruh Waktu ini cuma honorer dengan nama baru. Statusnya beda, tapi nasibnya nggak jauh beda karena beban kerja dan gaji yang nggak pasti,” ungkapnya, Senin (13/10/2025).

Kata Rifan, persoalannya bukan sekadar lokasi penempatan. Ia memikirkan biaya hidup di rantau, kontrakan, ongkos makan, dan fakta bahwa gajinya mungkin baru cair setelah tiga bulan.

Menurut Dinas Pendidikan Palembang, ribuan PPPK Paruh Waktu memang masih dalam proses validasi. Mereka sudah mulai bekerja, tetapi administrasi kepegawaian belum tuntas. 

Kepala Dinas Pendidikan setempat bahkan menyebut bahwa jika menunggu seluruh SK selesai, sekolah akan kehilangan guru pada tahun ajaran berjalan.

Kini, guru-guru muda dari pulau Jawa seperti Rina dan Rifan masih menunggu jadwal keberangkatan. Dalam pesan terakhir dari dinas, tertulis bahwa keberangkatan akan dilakukan bertahap mulai November. 

Catatan: *bukan nama sebenarnya

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Guru Honorer Nggak Butuh “Kado” dari Presiden, Tetap Menderita dengan Gaji yang Tak Manusiawi atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 13 Oktober 2025 oleh

Tags: ASNguru honorerPegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerjapilihan redaksiPPPKPPPK Paruh Waktu
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO
Ragam

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Aktual

Elang Jawa Terbang Bebas di Gunung Gede Pangrango, Tapi Masih Berada dalam Ancaman

13 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Raja Dirgantara “Mengudara”, Dilepasliarkan di Gunung Gede Pangrango dan Dipantau GPS

13 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.