Annisa sendiri menjelaskan, setiap hari ia merogoh kocek Rp8 ribu untuk sekali naik KRL. Artinya, untuk pulang pergi, duit Rp16 dikeluarkan. Sementara dari Stasiun Maguwo ke kantornya maupun sebaliknya, ia mengandalkan ojek online dengan tarif Rp10 ribu tiap naik.
“Kalau ditotal, ya kira-kira Rp36 ribu lah. Rp50 ribu masih sisa banyak tuh,” jelasnya. Ia juga mengaku rutin membawa bekal makan siang dari rumah, sehingga jarang sekali jajan. “Pokoknya aku selalu matok pengeluaran per hari maksimal Rp50 ribu. Kalau bisa malah jangan sampai, sih.”
Sementara kalau ngekos, menurut Annisa, justru malah lebih boros. Sebab, ada uang bulanan yang harus dikeluarkan. Belum lagi uang makan pagi, siang, dan malam yang pasti nggak sedikit. Sehingga, keputusannya buat nglaju memang sudah dipertimbangkan matang-matang.

Adapun buat menjawab pertanyaan: “kenapa nggak motoran? bukannya lebih hemat?”, Annisa memilih menggunakan KRL ke Stasiun Maguwo karena merasa lebih aman saja.
“Kalau dipikir-pikir motoran emang lebih hemat. Cuma kan aku berangkat bisa jadi masih ngantuk, pulang sudah capek. Motoran satu jam itu bahaya banget.”
Stasiun Maguwo jadi saksi kerasnya dunia kerja
Selain Annisa, ada ratusan atau mungkin ribuan pekerja asal Solo yang juga rela nglaju tiap hari ke Jogja. Perempuan ini pun mengakuinya. Ada banyak teman-teman pekerja seangkatannya yang juga “akrab” dengan Stasiun Maguwo.
“Yang sebaliknya, orang Jogja kerja di Solo pakai KRL lebih banyak. Apalagi sejak startup orange itu mindahin banyak karyawannya ke Solo,” jelasnya.
Namun, saat ditanya: “mengapa memilih Jogja?”, ia juga tak sepenuhnya memahaminya. Baginya, jalan hidupnya memang unik: lahir dan besar di Solo, kuliah di Purwokerto, kerja di Jogja.
“Udah jalannya aja mungkin. Soalnya apply banyak lowongan kerja, kebetulan dapat yang di Jogja,” jelasnya.
Ia juga sepenuhnya menyadari, kecilnya UMR Jogja kurang worth it kalau melihat perjuangannya setiap hari. Makanya, opsi ngirit dengan memilih nglaju via KRL ia ambil.
Namun, baginya kini, yang penting dirinya bisa menyambung hidup. Setidaknya untuk jajan, tak harus minta ke orang tua.
“Yah, itu udah jadi rahasia umum, UMR Jogja nggak seberapa. Solo pun sama aja. Makanya, mau kerja di Solo ataupun Jogja, aku yakin tetap gini-gini aja,” pungkasnya.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Keluar Stasiun Lempuyangan Langsung Disuguhi Ketimpangan Hidup Warga Jogja atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.












