Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Orang Gaptek Pertama Kali Pakai QRIS: Dari Panik Jadi Ketagihan karena Mudah, Berujung Sumpek karena Hari-hari Terasa Tanggal Tua

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
15 Juli 2025
A A
Pertama kali pakai mobile banking (m-banking) dan QRIS, bingung MOJOK.CO

Ilustrasi - Pertama kali pakai mobile banking (m-banking) dan QRIS, bingung. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

QRIS kini menjadi sistem pembayaran non-tunai yang cukup banyak dipakai masyarakat Indonesia, dengan alasan lebih efektif di era maraknya sistem pembayaran digital berbasis mobile banking (m-banking).

Tidak hanya menjadi sistem pembayaran di ritel modern, QRIS pun kini juga menjadi alternatif pembayaran non-tunai di warung-warung kecil seperti warung madura. Tak ayal jika penggunanya terus meningkat.

Merujuk data dari Bank Indonesia (BI), tercatat jumlah pengguna QRIS di Indonesia pada kuartal pertama 2025 mencapat 56,3 juta pengguna. Sementara volume transaksinya mencapai 2,6 miliar.

Namun, awalnya, bagi orang desa yang semula tidak terlalu akrab dengan teknologi, kemunculan QRIS pada akhirnya memaksa beradaptasi secara ekstra. Gedandapan kalau pakai istilah narasumber Mojok yang asal Rembang, Jawa Tengah ini.

Lebih pilih ke ATM atau bank ketimbang pakai mobile banking (m-banking)

Ketika banyak orang sudah memiliki m-banking, Tunggal (25) tetap setia dengan cara konvensional: transaksi melalui mesin ATM atau ke bank langsung. Padahal untuk jenis bank yang dia gunakan sudah meluncukan mobile banking.

“Sudah sejak kuliah di Semarang (pada 2018) memang terbiasa begitu. Kalau ada kiriman dari orang rumah atau mau transfer ke siapa, bahkan misalnya bayar-bayar pembelian online juga lewat ATM atau di bank,” kata Tunggal, Senin (14/7/2025).

Lantaran lebih terbiasa dengan cara konvensional, alhasil ketika banyak orang sudah mulai memanfaatkan m-banking, Tunggal memilih “tertinggal” saja. Tak masalah. Meski kadang ada saja yang menyentilnya: “Sudah ada m-banking kok masih merepotkan diri sendiri ke ATM.”

Punya mobile banking (m-banking) cuma buat cek saldo

Tunggal akhirnya mau tidak mau mengunduh m-banking ketika akhirnya menjadi pekerja swasta di Semarang sejak 2021. Saat itu QRIS sebenarnya sudah mulai digunakan sebagai sistem pembayaran. Hanya belum semasif tahun-tahun setelahnya.

Tentu Tunggal tidak melirik sama sekali perangkat pembayaran digital tersebut. Wong sudah punya m-banking pun dia masih tak pernah memanfaatkannya.

“Sudah punya m-banking pun, pas harus transfer ke siapa atau beli apa di toko online ya tetap pakai cara lama. Ke ATM hahaha,” ujar Tunggal.

Tunggal menggunakan m-banking yang terunduh di hp-nya tersebut relatif hanya untuk dua hal: cek gaji masuk dan cek saldo. Sudah.

Pertama kali pakai mobile banking (m-banking) dan QRIS, bingung MOJOK.CO
Ilustrasi mobile banking (m-banking).

Meski terbilang muda, Tunggal mengakui kalau dirinya memang agak lamban dalam beradaptasi dengan teknologi. Alhasil, sering kali dia merasa tidak siap dan takut-takut ada salah jika misalnya menggunakan m-banking.

“Misalnya, aku lebih mantap kirim uang lewat bank karena jelas ada orang yang memproses. Tapi kalau digital, kayak takut aja ada kesalahan terus uangku berkurang tapi nggak terkirim,” tuturnya.

“Barulah setelah mulai mengetahui fitur-fitur dalam m-banking, ternyata justru m-banking lebih efisien,” sambung Tunggal, lagi-lagi disertai dengan tawa.

Iklan

Pertama kali bayar pakai QRIS, panik karena nggak bisa scan QR

Selama ini, Tunggal mengaku lebih suka pegang uang tunai. Katanya lebih enak saja. Apalagi dulu, warung-warung kecil pun masih lebih nyaman kalau sistem pembayarannya pakai tunai ketimbang non-tunai.

Perubahan drastis terjadi pasca-pandemi. Pengalaman pertama Tunggal menggunakan QRIS terjadi kala dia membeli siomay di dekat kosnya di Semarang. Karena si penjual siomay tidak punya kembalian, maka si penjual meminta agar Tunggal membayar lewat QRIS saja.

“Dalam batinku saat itu, bajilak, tukang siomay saja sekarang pakai QRIS, Bos,” ujar Tunggal.

“Jadi mau nggak mau kayaknya aku memang harus terbiasa pakai QRIS,” sambungnya.

Pertama kali pakai mobile banking (m-banking) dan QRIS, bingung MOJOK.CO
Ilustrasi QRIS.

Sialnya, Tunggal berkali-kali gagal melakukan scan ke barkot QR si penjual siomay. Dia menjadi panik sendiri sampai-sampai harus mengatakan “Bentar ya, mas” berulang kali ke penjual siomay. Sementara pembeli lain yang datang silih berganti tampak lancar-lancar saja membayar menggunakan QRIS.

Persoalannya, kamera hp Tunggal kelewat buram untuk melakukan scan tersebut. Alhasil, dengan dibantu si penjual siomay, pembayaran itupun beres juga. Tentu saja pengalaman itu membuat Tunggal malu bukan main. Kelihatan gaptek sekali.

Terbiasa pakai QRIS, mudah tapi bikin tanggal tua datang lebih cepat

Sejak hari itu, Tunggal akhirnya mencoba mengakrabkan diri dengan QRIS. Persentase dia melakukan pembayaran non-tunai via QRIS lebih banyak ketimbang pembayaran tunai.

“Jujur saja, ternyata lebih efisien. Nggak merepotkan juga ke si pembeli karena nggak harus bingung kalau nggak ada kembalian,” ungkap Tunggal.

Akan tetapi, kesalahan Tunggal—yang dia akui sendiri—adalah dia malah tidak bisa mengontrol jumlah pengeluaran harian. Mungkin karena secara fisik dia tidak melihat nominal yang sudah dikeluarkan dalam sehari, itu membuatnya enteng saja saat harus beli ini-beli itu.

“Kalau pakai uang tunai kan aku tahu nih, uang jatahku sehari segini, jadi kalau keluar ya jangan lebih dari jatah itu. Kalau pakai QRIS kok aku bablas aja ya, terlena,” kata Tunggal.

Alhasil, baginya tanggal tua terasa datang lebih cepat. Karena belum juga akhir bulan, eh uang yang tersisa tinggal tak seberapa.

Tunggal merasa masih harus belajar lagi memanajemen pengeluarannya. Karena tentu yang keliru bukan QRIS-nya—atau m-banking misalnya. Tapi dari si penggunanya sendiri.

Oleh karena itu, saat ini dia kembali ke setelan awal lebih dulu: persentase pakai tunai lebih banyak ketimbang pakai non-tunai. Sekaligus sambil belajar-belajar lagi soal keungan, misalnya dari Timothy Ronald. Eh.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Pertama Kali Makan di Warteg: Mendadak Goblok saat Ditanya “Mau Makan Apa?” Kenyang tapi Menyesal, hingga Tebus Nasib Miris Masa Kecil atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

 

Terakhir diperbarui pada 15 Juli 2025 oleh

Tags: m-bankingmobile bankingpilihan redaksiQRIS
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
UGM MBG Mojok.co

Gadjah Mada Intellectual Club Kritisi Program MBG yang Menyedot Anggaran Pendidikan

28 November 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.