Muay Thai sedang jadi tren di kalangan perempuan, khususnya di Jogja. Mereka menganggap, manfaat dari latihan bela diri asal Thailand ini sangat nyata. Setidaknya jauh lebih on point ketimbang bela diri lain yang mengandalkan gimik-gimik seperti ngasih khodam biar menjadi sakti.
***
Sejak enam bulan terakhir, story WA Radita (26) penuh dengan video-videonya yang sedang berlatih Muay Thai. Aktivitasnya itu juga beberapa kali ia bagikan ke Reels Instagram-nya.
Jujur, saya cukup kaget. Sebab, sejak mengenal alumnus PTS Jogja ini pada 2017 lalu, saya melihatnya sebagai pribadi yang tak terlalu menyukai olahraga. Buat jogging saja mager, apalagi buat menekuni olahraga keras seperti bela diri.
Namun, Radita yang dulu bukanlah yang sekarang. Perempuan asal Padang ini mengaku mengalami banyak masalah sejak dua tahun belakangan. Masalah-masalah itu pun lambat laun mengikis kesehatan mentalnya.
“Beberapa kali konsultasi dengan psikolog, aku disarankan buat mengubah gaya hidup. Terutama direkomendasikan buat rutin berolahraga,” ujarnya, saat Mojok wawancarai Selasa (7/8/2024) malam.
Awalnya, ia melakukan rutinitas olahraga ringan seperti jogging dan bersepeda. Akan tetapi, ketika teman-temannya banyak yang ikut latihan Muay Thai, ia penasaran buat gabung.
“Ya awalnya fomo, temen pada ikutan, aku juga gabung sama mereka. Tapi makin kesini, makin terasa manfaatnya,” kata lulusan perempuan yang kini bekerja di bidang media dan fotografi ini.
Muay Thai jadi stress release sekaligus latihan bela diri
Muay Thai adalah olahraga bela diri pertama yang pernah diikuti Radita seumur hidupnya. Alhasil, itu menjadi sesuatu yang asing. Bagaimana tidak, perempuan yang awalnya kalem dituntut untuk bisa punch, elbow, kick, sampai knee.
Teknik-teknik dalam Muay Thai tersebut membutuhkan kekuatan fisik dan menyebabkan benturan antarbadan. Dua hal yang seumur hidup Radita tak pernah bayangkan.
“Aku yang orangnya nggak tegaan, kudu latihan mukul orang lain. Nggak sekadar mukul, tapi mukul pakai power. Itu aneh banget pada awalnya,” ungkap Radita.
Lama kelamaan, dia jadi menikmati setiap latihan yang diberikan sang pelatih. Baginya, memukuli samsak dapat menjadi stress release-nya saat terbebani banyak masalah.
“Misal lagi stres, lagi sebel sama orang. Itu abis mukul-mukul samsak rasanya jadi lega. Kayak ada yang dilampiaskan gitu,” jelas Radita.
Selain itu, belajar Muay Thai juga bikin Radita lebih merasa nyaman. Terutama saat berada di public space.
Oleh pelatihnya, ia diajari banyak teknik membela diri. Seperti bagaimana caranya menghindari serangan, menyerang balik, sampai mengunci lawan. Hal ini, menurut Radita, sangat bermanfaat. Khususnya bagi perempuan sepertinya yang rentan mengalami kejahatan jalanan.
“Sekarang ‘kan marak banget kasus pelecehan seksual di jalanan. Seenggaknya, aku merasa lebih safety. Amit-amit kalau kejadian, aku punya cara buat melawan balik.”
Lebih terasa manfaatnya daripada bela diri lain
Selain Radita, latihan Muay Thai juga sedang ditekuni Tara (25). Bedanya, Tara sudah belajar bela diri ini lebih lama ketimbang Radita. Kira-kira sejak satu setengah tahun yang lalu.
Awalnya, ia belajar Muay Thai di daerah asalnya, Bandung. Setelah pindah ke Jogja untuk urusan pekerjaan, rutinitasnya itu sempat ke-skip beberapa bulan. Namun, dua bulan ke belakang, ia kembali rutin berlatih.
“Dulu masih nyari-nyari, di mana tempat latihan di Jogja. Akhirnya setelah nemu ya cus aja, karena pada dasarnya memang suka bela diri,” ungkap Tara, Rabu (7/8/2024) pagi.
Bela diri, bagi Tara, bukanlah hal yang asing. Sejak SMP ia sudah aktif sebagai pesilat di salah satu perguruan silat. Bahkan, Tara pernah mewakili SMP-nya sebagai atlet kompetisi silat antarsekolah.
Namun, minatnya akan silat mulai redup saat SMA. Ia sepenuhnya tak pernah mengerti apa yang menyebabkan minatnya pada silat jadi memudar. Tapi yang jelas, ada rasa muak dan kecewa pada para pesilat di laur sana yang memanfaatkan seni bela diri untuk berlagak sok jago.
“Itu bikin semua pesilat jadi dipukul rata. Seolah-olah yang belajar silat itu suka bikin keributan di jalanan. Ya, baru-baru ini masih fresh banget kan, pesilat gebukin polisi,” ujarnya.
Makanya, buat menjaga kebugarannya, pada 2023 lalu ia mulai menekuni olah raga bela diri lain dalam bentuk Muay Thai. Bagi Tara, manfaat latihan bela diri ini jauh lebih bisa dia rasakan.
“Terutama banget buat kesehatan ya. Karena aku pernah punya masalah sama siklus tidur yang berantakan, bikin stres. Setelah latihan Muay Thai, semua balik normal.”
Tak ada gimik tenaga dalam isi khodam dalam Muay Thai
Saya juga meminta pendapat Tara, terkait apa yang bikin beda antara Muay Thai dengan bela diri lain. Sebagai orang yang pernah menekuni “bela diri lain”, tentu Tara punya pandangannya.
Bagi dia, jelas secara teknis ada perbedaan. Teknik dan jurus yang diajarkan beda. Dalam silat, misalnya, beda aliran saja jurus yang diajarkan tak sama, apalagi sudah beda olah raga.
Namun, secara lebih jauh, Tara juga menekankan padangannya bahwa Muay Thai adalah olahraga yang “on point”: fokus ke kata bela dirinya.
“Jadi istilah bela diri itu emang beneran buat membela diri. Teknik-teknik yang diajarkan, on point banget buat membela diri, bukan buat gegayaan. Itu yang aku rasain,” jelas perempuan asal Bandung ini.
“Apalagi, sepengamatan aku, belum lihat anak-anak Muay Thai pamer power atau engkol-engkolan di jalanan. Lebih well educated lah. Tapi bukan berarti yang lain nggak berpendidikan lho ya.”
Sambil tertawa, Tara juga berkelakar, dalam Muay Thai tak terlalu banyak gimik. Misalnya, yang diajarkan jelas: teknik memukul, menyiku, menendang, knee, sampai clinch. Kata dia, “tak ada gimik-gimik tenaga dalam seperti ngisi khodam biar sakti”.
“Aku dulu pernah punya teman, mengaku punya ‘isian’ macan kumbang di tubuhnya. Katanya dikasih guru. Ya aku sih percaya nggak percaya,” pungkasnya.
Soal gimik isi khodam dalam pencak silat, sebelumnya Mojok pernah mewawancarai Adri (21), pesilat PSHT yang menjadi narasumber liputan “Pencak Silat Tenaga Dalam Suka Kasih Isian Jin Khodam, Sebuah Tipuan yang Tak Bikin Sakti Malah Hanya Menyiksa Tubuh”.
Seperti rasa skeptis Tara, bagi Adri yang pernah diajari ilmu tenaga dalam pakai isian khodam, merasa itu hanya tipu-tipu saja. Kalau pun merasa benar-benar dihinggapi “makhluk tertentu”, semua cuma sugesti.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News