Cari teman kencan melalui aplikasi semacam Tinder, itu sudah biasa! Pekerja asal Kota Jogja ini malah memilih aplikasi taaruf online buat mencari teman ngedate. Syukur-syukur bisa jadi jodoh.
Awalnya, Fariz (27), lelaki asal Jetis, Kota Jogja, hanya coba-coba. Segala cara memang ia tempuh untuk mendapatkan jodoh. Kalau bukan jodoh, minimal pacar dulu tak apa-apa. Maklum, di usia 25 saat itu, ia belum punya pacar lagi setelah terakhir kali putus dengan kekasihnya pada 2020–waktu awal Covid-19 menyerang.
Demi mewujudkan keinginannya tersebut, banyak aplikasi kencan daring pun ia jajal. Boleh kita sebut, jam terbang Fariz di aplikasi dating online sudah tak bisa diragukan lagi.
Aplikasi kencan daring yang paling umum, macam Tinder dan Bumble, lama menetap di ponselnya. Bahkan, ia juga pernah coba main Minder, semacam Tinder tapi versi pengguna Muslim.
Fariz mengaku juga pernah memakai aplikasi taaruf online. Hijra Taaruf, namanya. Sore itu, di salah satu sudut Kobessah Kopi Condongcatur, tempat dia sering nongkrong, Fariz dengan senang hati membagikan ceritanya berburu jodoh di aplikasi taaruf online.
Kalau menurut penjelasannya, sih, aplikasinya semacam Tinder. Jadi orang-orang bisa mencari pasangan dengan cara swipe up, terus cari yang match, gitu. Bedanya, kalau Tinder umumnya buat diajak kencan buta, Hijra Taaruf buat taarufan–sesuai namanya.
“Tapi kalau ada saru-sarunya, mohon disensor ya, Bro,” katanya pada saya malam itu, sambil tertawa lepas dengan sebatang rokok di jepitan jarinya.
Coba-coba taaruf karena muak dengan “pergaulan bebas” Kota Jogja
Pergaulan bebas di Kota Jogja, yang kalau kata Dinas Sosial “seks bebasnya tertinggi di Indonesia”, sudah pernah Fariz rasakan. Itu sudah jadi cerita lama, karena sejak masih kuliah (2015-2020) hal-hal yang begituan sudah jadi bagian dari kesehariannya.
“Apalagi sejak pandemi, putus sama pacar dan mulai kenal aplikasi dating online, makin menjadi-jadi lah,” kata akamsi Kota Jogja.
Namun, lambat laun ia mulai bosan gonta-ganti pasangan. Apalagi kalau sejak awal telah diniatkan tanpa komitmen. Usianya makin menua, pekerjaan sudah ada, keluarganya pun juga tak kekurangan. “Jadi mulai mikir gimana caranya cari pacar yang bisa aku ajak serius,” timpalnya.
Dalam pencariannya itu, Fariz mengaku kalau dia masih coba-coba cari pasangan di Tinder. Sayangnya tiap kali match dan mulai intens chatan, ketidakcocokan terus mereka temui. Alasannya beragam. Ada yang ternyata bilang cuma buat “hubungan singkat”, domisilinya jauh–di luar Jawa, dan tak sedikit yang cuma cari teman ngobrol.
“Tapi jujur, pas ada yang udah sreg ternyata beda agama. Nah ini repot, Mas.”
Kenal Hijra Taaruf gara-gara ceramah ustaz di TikTok
Bosan dengan aplikasi kencan biasa, Fariz mulai menginstall Minder, semacam Tinder tapi khusus pengguna Muslim. Alasannya jelas, kalau ada yang match, sudah pasti agamanya sama. Perkara pedekate, itu urusan belakangan.
Sayangnya, aplikasi Minder ternyata bapuk. Fariz kesusahan buat match. “Sekalinya ada yang cocok orang luar negeri. Kan gila.”
Untungnya, di tengah keputusasaan itu, ceramah seorang ustaz melintas di FYP TikTok-nya. Isinya kurang lebih bilang kalau taaruf adalah metode paling mudah cari jodoh dan diridhai Allah.
View this post on Instagram
“Aku langsung cari tuh jasa-jasa taaruf online. Ternyata di medsos banyak juga,” ujarnya. “Tapi di postingan medsos itu ada yang rekomendasiin buat pakai Hijra Taaruf, katanya ampuh buat cari jodoh.”
Langsung match dengan banyak ukhti-uhti di Jogja
Ternyata, aplikasi ini benar-benar ampuh. Baru beberapa hari install, Fariz sudah berhasil match dengan banyak perempuan. Dan, ya, sebagaimana penggunanya, kebanyakan yang match adalah ukhti-ukhti. Yang bikin ia lebih senang lagi, sebagian perempuan yang match ini berasal dari Kota Jogja, masih satu kota dengannya.
Melansir situs resmi Hijra Taaruf, aplikasi ini mengklaim jadi opsi terbaik bagi kaum muslim mencari jodoh. Menurut mereka, penggunannya sudah lebih dari 400 ribu. Tiap harinya saja berhasil “menjodohkan” 20 pasangan. Yang demikian, amat wajar kalau Fariz gampang banget match.
Kalau kata Fariz, yang unik dari aplikasi ini adalah biodata yang tersedia dari masing-masing calon jodoh amat lengkap. “Udah mirip CV lamaran pekerjaan”, katanya.
Bahkan, banyak foto dari para penggunannya juga blur. Melindungi privasi dan aurat, mungkin. Awalnya, sih, ia mikir kalau ini seperti beli kucing dalam karung. Tapi, toh, kalau sudah komitmen bakal ada kesempatan buat ketemu langsung.
Pernah komitmen, tapi gagal gara-gara enggak bisa nahan nafsu
Fariz berkisah, pada 2022 lalu, ia sempat match dengan salah satu pengguna. Kebetulan mereka sama-sama asli Jogja. Bergembiralah dia, karena sebentar lagi jodoh yang didambakan bakal segera datang.
Obrolan antara Fariz dan calon pasangan taarufnya itu bahkan sudah berlanjut ke Whatsapp. “Udah sama-sama kenal. Kerja di mana, dulu kuliah di mana, jurusan apa. Udah sejauh itu,” ujarnya.
Mereka pun juga sudah bersepakat untuk bertemu. Sesuai dengan aturan taaruf, pertemuan pun enggak boleh cuma berduaan saja. Maka, sepakatlah mereka untuk bertemu dengan orang tua calon pasangan.
“Itung-itung sekalian apel,” sambung pria asal Jogja ini.
Tanggal ketemu sudah mereka sepakati. Hubungan mereka pun juga semakin baik. Hingga tibalah “petaka” yang tidak ia inginkan. Lucunya, petaka ini datang karena Fariz tak bisa mengontrol nafsu dan ketikannya.
“Ada setan lewat kali, ya. Jadi malam itu tiba-tiba minta pap aneh-aneh,” kata Fariz mengingat penyesalannya itu. “Beberapa hari lost contact sampai akhirnya benar-benar enggak ada kabar lagi.”
Bukan dapat jodoh, malam kena spam slot!
Nestapa Fariz pun berlanjut. Gara-gara ketikan cabulnya itu, rencananya dapat jodoh jadi berantakan. Hal itu masih ia sesali hingga sekarang.
Apesnya lagi, Fariz malah dapat puluhan spam slot di Whatsapp-nya. Gara-garanya, setelah kegagalan tadi, ia terus melakukan pencarian dan berhasil match dengan beberapa perempuan lagi.
Sayangnya, yang mendarat di Whatsapp-nya bukan ajakan taaruf, tapi pesan-pesan ajakan buat “depo slot dengan jaminan maxwin”.
“Aku yakin sih bukan karena kebocoran data pribadi, tapi itu karma aja karena aku udah menyia-nyiakan perempuan,” kelakarnya.
Kini, Fariz masih melanjutkan hidupnya. Kerja delapan jam di siang hari, nongkrong di malam hari, dan healing di akhir pekan. Tak lupa, di sela-sela kesibukannya itu, pencarian jodoh di aplikasi kencan daring terus berlanjut. Enggak kapok-kapok!
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Kencan Buta Online, Alternatif Mahasiswa Cari Jodoh
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.