Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Pengalaman Pahit Lulusan SMA Ditolak Kerja 300 kali karena Dianggap Sok Tahu, Kini Sudah Nggak Mau Dibodohi dan Pilih “Upgrade” Diri

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
7 Oktober 2025
A A
Lulusan SMA ditolak kerja 300 kali, kini ingin kuliah S1. MOJOK.CO

ilustrasi - lulusan SMA ditolak kerja ratusan kali. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sudah lebih dari 300 kali lamaran kerja dikirim Salma Dwi, tapi tak ada perusahaan yang mau menerimanya. Padahal, Salma juga tak muluk-muluk memilih perusahaan, karena ia sadar ijazahnya hanya sebatas lulusan SMA. Tentu kalah saing dengan mereka yang punya gelar S1. Namun, Salma meyakini bukan itu saja alasan dia ditolak kerja. Ada masalah yang teramat serius, ada juga yang nyeleneh.

Ditolak kerja bukan karena lulusan SMA

Sebagian besar lamaran kerja, Salma kirim ke perusahaan administrasi. Sebagian lagi ia kirim sebagai content creator. Baru-baru ini Salma sadar, minatnya ada di bidang media sosial. Sayangnya, tak ada satupun portofolio yang dapat menunjangnya untuk menjadi media sosial spesialis atau marketing.

Wong, mau cari pengalaman kerja saja (belum kerja betulan) selalu ditolak. Belum lagi ada rasa minder karena harus bersaing dengan lulusan S1. Sementara, ia belum pernah mengecap bangku kuliah dan hanya punya modal ijazah sebagai lulusan SMA. 

“Wah, sudah banyak sekali aku apply untuk kerjaan, ada sepertinya 300 kali,” kata Salma saat dikonfirmasi Mojok, Selasa (7/10/2025).

Pernah suatu kali Salma mendaftar sebagai media sosial spesialis sekaligus content creator. Ia pun lolos tahap administrasi dan lanjut ke proses wawancara. Dua hari kemudian dia dinyatakan lolos.

“Lewat pesan chat, mereka bilang bakal kasih gaji Rp2 juta per bulan dalam 3 bulan pertama. Awalnya aku senang banget meskipun underpaid sampai aku tanya hal paling krusial,” ujar lulusan SMA tersebut.

“Yak, jam kerja karena waktu wawancara aku cuman dikasih tahu jamnya, bukan harinya. Dan ternyata kerjaku Senin sampai Sabtu dari jam 08.00 WIB-17.00 WIB,” lanjutnya.

Masalahnya, Salma merasa gaji yang ditawarkan tak sebanding dengan beban kerja yang diberikan. Dan entah kenapa banyak perusahaan yang menormalisasinya.

Padahal, ia pun tahu secara aturan hak jam kerja karyawan maksimal 8 jam sehari selama 5 hari kerja per minggu, atau 7 jam sehari selama 6 hari kerja per minggu. Aturan itu tertulis jelas dalam Pasal 77 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang kemudian diperbarui melalui UU Cipta Kerja.

Mencoba negosiasi tapi gagal

Akhirnya, Salma mencoba bernegosiasi lewat chat. Bukan untuk menaikkan gaji, melainkan mengurangi jam kerja. Ia berharap bisa kerja dari Senin sampai Jumat pukul 08.00 WIB-17.00 WIB. Sayangnya, tawaran itu malah ditolak mentah-mentah.

“HR-nya langsung jawab gini, ‘kami belum bisa jika pertimbangannya seperti itu Kak, tq (red: terima kasih),” ujar lulusan SMA tersebut.

Pengalaman itu bikin Salma heran, mengapa begitu sulit dapat gaji layak di Indonesia? Bahkan untuk gaji berstandar UMR Kota Malang senilai Rp3,5 juta. Sebab sejauh ini, ia banyak melihat lowongan kerja dengan gaji underpaid.

“Aku masih maklum kalau underpaid tapi nggak menormalisasi ya. Cuma kalau sudah underpaid, overwork lagi, artinya pekerjaan itu redflag. Sesuka-sukanya aku sama uang, aku tetap lebih ingin usahaku dihargai dengan layak,” kata Salma.

Baca Halaman Selanjutnya

Disuruh hafalan rukun iman

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 8 Oktober 2025 oleh

Tags: content creatorditolak kerjakuliah s1lulusan smamedia sosial spesialisS1sulit cari kerjauniversitas terbuka

Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Lulus SMA dirundung karena jualan toge di pasar tradisional Tuban. Dianggap kurang usaha padahal masih muda alias gen Z. MOJOK.CO
Ragam

Lulusan SMA Dihina: Masih Muda tapi Cuman Jadi Pedagang Pasar. Tak Peduli yang Penting Bukan Beban Keluarga

6 November 2025
Jadi penjual taoge di Tuban usai lulus SMA karena tak mampu membangun karier di Sidoarjo. MOJOK.CO
Ragam

Gagal Membangun Karier di Sidoarjo, Putuskan Pindah ke Tuban untuk Buka Usaha Sendiri hingga Raup Gaji Melimpah

5 November 2025
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) nyaris drop out usai ibu tiada. MOJOK.CO
Kampus

Kisah Wisudawan UNJ Nyaris Drop Out Kuliah karena Fakta Mengejutkan dari Sang Ayah soal Ibu yang Sudah Tiada

3 November 2025
Beasiswa Kuliah Sleman Pintar bekerjasama dengan kampus swasta, salah satunya Amikom. MOJOK.CO
Kampus

Nyaris Hilang Harapan Kuliah di PTN, Beruntung Bisa “Move on” hingga Kuliah Gratis di PTS Terbaik dengan Beasiswa dari Sleman

14 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.