Kehilangan karakter gara-gara pilih kuliah di Jogja
Abdi menjatuhkan pilihannya pada Jogja Film Academy sebagai tempat belajar. Abdi menjadi mahasiswa di kampus film yang saat itu baru berdiri di Jogja. Jika dibandingkan dengan kampusnya sebelumnya jelas sangat jauh. Kampus barunya ibaratnya nggak terkenal, sedang UI jadi salah satu kampus terbaik di Indonesia. Namun, baginya nggak masalah.
Ada yang membuatnya lebih kaget dari sekadar kampusnya, karakter mahasiswa di Jogja. “Di Jakarta saya biasa ceplas ceplos, sat set untuk menunjukkan siapa kita, di Jogja ternyata tidak seperti itu,“ kata Abdi.
Ia yang biasanya di Jakarta sangat ekspresif dengan siapapun, bahkan dengan orang yang baru ia kenal, ia biasa to the point nggak banyak basa-basa, ternyata hal tersebut di Jogja tidak serta merta dipandang baik dan mudah diterima.
“Saya kemudian lebih banyak mengamati dan beradaptasi bagaimana anak-anak muda di Jogja itu membawa diri. Aku melihat banyak anak muda yang kelihatannya diam, tapi ternyata pinter. Bilangnya nggak bisa, ternyata iso banget. Ngomong ra sugih, jebul sugih banget. Saya pelajari itu agar bisa membawa diri,” kata Abdi.
Ketika selesai kuliah dan mulai ada proyek di Jakarta, ia cukup sulit untuk kembali ke setelan Jakarta. Itu karena, ia merasa Jogja telah mengubah sebagian karakternya. Sekarang ia menjadi lebih santai, merasa tidak perlu menunjukkan apa kemampuannya. Karakter yang bukan Jakarta banget. Namun, Abdi ia juga menikmatinya.
Ia tahu bahwa pindah ke Jakarta akan membuatnya bertemu dan akan mempermudah membangun jejaring di industri film, karena industrinya memang ada di kota itu. Namun ia merasa, bukan saatnya.
Menikmati kerja gaji Jakarta, pengeluaran Jogja
Toh, saat ini sebagai seorang penulis skenario, pekerjaannya bisa ia lakukan di mana saja. Meeting juga lebih banyak online, meski ia menyadari sebenarnya akan lebih maksimal kalau ia lakukan di Jakarta.
“Selain itu tinggal di Jogja karena masih ada keinginan untuk membuat film pendek dan panjang. Yogyakarta menyediakan ekosistem untuk membuat film dengan efektif dan efisien. Di sini juga mudah cari alat atau talent, teman-temanku di Jogja juga masih banyak yang bantu,” kata Abdi yang belum lama ini film pendeknya meraih penghargaan internasional .
Lebih dari itu, saat ini dengan mengerjakan proyek-proyek dari Jakarta, tapi tetap tinggal di Jogja ia bisa menabung untuk masa depan. “Kalau tinggal di Jakarta, saya sih nggak yakin bisa menabung. Sangat mungkin duit habis, nggak bisa makan, terus pinjam uang, kalau di Jogja bisa menghemat, bahkan bisa saving,” kata Abdi yang lagi getol mencari tanah murah di Jogja.
*) Narasumber meminta namanya disamarkan dengan alasan privasi
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammm Izzuddin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.