Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Mending Diam Saat Ditanya Kapan Nikah daripada Kasih Jawaban Kurang Serius, Malah Dapat Nasihat Menyebalkan

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
6 April 2025
A A
reuni keluarga ditanya kapan nikah saat libur lebaran. MOJOK.CO

ilustrasi - pertanyaan kapan nikah saat reuni keluarga. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Reuni keluarga alias halalbihalal saat Lebaran IdulFitri terasa menyebalkan bagi sebagian orang. Bukannya jadi ajang minta maaf, malah menambah ‘dendam’ pribadi, karena satu pertanyaan yang menusuk: Kapan nikah?

“Ditanyain kapan nikah is number one and only, tapi tetep saja kesal!” ujar Ari (23) yang setiap tahun mendapat pertanyaan tersebut dari keluarga besarnya saat lebaran, Sabtu (5/4/2025).

Tidak hanya ditanya kapan nikah, perempuan asal Surabaya itu juga sering mendapat nyinyiran dari saudara, padahal orang tuanya pun tidak mempermasalahkan. Ari mengaku ibunya selalu menjawab santai saat keluarga besarnya bertanya soal kapan anak keduanya itu menikah?

“Biasa anak zaman sekarang, lagian ya calonnya sudah ada. Kasihan calonnya, baru saja selesai menyicil sepeda jadi uangnya sekarang masih ditabung,” ujar Ari mencontohkan jawaban ibunya saat reuni keluarga.

Alih-alih meredam suasana, jawaban tersebut justru menimbulkan banyak komentar dari keluarga besar. Ari makin merasa dihakimi dengan komentar-komentar yang terlontar. Keluarganya merasa Ari sudah terlalu lama pacaran, tapi si calon tak kunjung melamar.

“Wes suwe pacaran nggak rabi-rabi. 6 tahun (pacaran) iku lak ibarat gedekno anak wes melbu SD (sudah lama pacaran tapi nggak menikah, 6 tahun itu ibarat membesarkan anak sudah masuk SD),” komentar saudara Ari yang masih ia ingat hingga kini.

Namun, Ari tak ingin merusak suasana lebaran menjadi dengki. Ia pura-pura saja bermuka tebal, merespons komentar tersebut dengan senyuman sembari meminta doa terbaik dari keluarga. Semoga apa yang diharapkan dapat segera terwujud.

“Wes nggak kakean ngomong (sudah nggak banyak omong), daripada tambah kesal aku,” ucapnya bersungut-sungut.

Alasan tidak menikah

Di usianya yang sudah matang, Ari bukannya tak mau menikah. Ia dan pasangannya sudah membuat perencanaan dan memiliki banyak pertimbangan. Salah satunya, kesiapan finansial dan karakter diri.

Seperti kata ibunya, Ari dan pacarnya masih punya beberapa cicilan yang belum dilunasi. Keduanya sama-sama ingin menabung sampai kondisi ekonomi mereka stabil, sehingga tidak merepotkan keluarga saat menikah nanti. 

Terlebih, dalam reuni keluarga tersebut, keluarganya besarnya ingin Ari dan pacarannya menggelar acara pernikahan yang tentu mengeluarkan banyak biaya. Kalau bisa, kata Ari, biaya acara tersebut tidak sampai meminjam dana orang tua alias dari tabungannya dan pasangan.

Sementara itu, dari segi karakter diri, Ari justru ingin memberikan kebebasan sejenak untuk pasangannya. Menikah, bagi dia, bukanlah masalah hidup yang enteng. Ari sendiri mesti pulih dari trauma masa lalunya. Ia tak ingin berbicara lebih lanjut soal itu, yang jelas Ari ingin pasangannya menikmati masa bujangnya.

“Masa lalu kami dulu sama-sama kelamnya sejak kecil, jadi mumpung punya uang dan tabungan sendiri, aku ingin dia bisa belajar mencintai dirinya sendiri dulu,” kata Ari.

6 tahun sudah keduanya berpacaran. Hubungan yang tidak singkat dan penuh tantangan, tapi mereka masih bisa melaluinya. Oleh karena itu, Ari dan pasangannya bukan tak serius atau bahkan tak ingin menikah. Mereka punya perencanaan tersendiri dan sudah yakin satu sama lain.

Iklan

“Kami sudah sama-sama yakin kalau berjodoh. Mau nikah cepat atau lambat ya pasti sama dia hehe,” tegas Ari.

Nasihat menyebalkan saat reuni keluarga

Apa yang Ari alami juga terjadi di keluarga saya. Usai khidmat salat Idulfiti dan bersalam-salaman dengan saudara, tentu saja kami berkumpul dan mengobrol. Mulanya, pertanyaan basa-basi seperti bekerja di mana? Sebagai apa? Menjadi hal lumrah bagi saya karena untungnya saya sudah dapat kerja setelah lulus kuliah.

Setidaknya, ada satu jenjang hidup saya yang tidak dipermasalahkan dan tidak menjadi beban keluarga. Hingga tibalah pertanyaan momok mematikan itu untuk saya: kapan menikah? Untung saya sudah menyiapkan jawabannya. 

Dosen Ilmu Komunikasi Unair, Andria Saptyasari pernah bilang perlu menyiapkan mentalitas yang postif ketika topik yang dibicarakan saat reuni keluarga dirasa sensitif. Misalnya dengan menjawab pertanyaan tersebut dengan candaan. Oleh karena itu, saya menjawab pertanyaan tante saya dengan santai. 

“Monggo tante, kalau ada calonnya, hehe,” kelakar saya.

Jawaban saya yang tak serius itu justru berujung pada nasihat menyebalkan: jangan mau jadi perawan tua. Orang-orang feminis tentu marah mendengar ini, tapi saya sendiri ogah merusak suasana reuni keluarga.

Sama seperti Ari tadi, saya pun hanya minta didoakan saja sembari membiarkan mereka berkomentar panjang lebar. Andria, dosen saya tadi menjelaskan jika orang secara tidak sadar cenderung menanyakan hal-hal yang terlalu pribadi. Apalagi terdapat faktor usia yang menjadi penghalang untuk membangun komunikasi yang bermakna. 

“Kita itu harus step by step, tidak langsung to the point pada masalah pribadi. Jika tidak step by step maka akan terjadi pelanggaran ekspektasi,” ujar dosen Ilmu Komunikasi Unair tersebut, dikutip dari laman resmi Unair, Sabtu (5/4/2025).

Yah, barangkali sudah jadi tabiat dalam keluarga untuk menanyakan hal-hal privasi. Entah apakah sekadar basa-basi atau tak tahu topik apa lagi yang ingin dibahas, tapi ibu saya bilang barangkali pertanyaan itu adalah bentuk kepedulian.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Merindukan Lebaran “Berdarah” di Negeri Mamala, Pengalaman yang Tidak Bisa Dirasakan di Jakarta atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 9 April 2025 oleh

Tags: komunikasi keluargamenghadapi pertanyaan kapan nikahpertanyaan menyebalkanreuni keluarga
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Menjadi tolol saat ada saudara pamer pencapaian di reuni keluarga ternyata menyenangkan MOJOK.CO
Catatan

Reuni Keluarga Jadi Ajang Saudara Pamer Pencapaian, Pura-pura Tolol sambil Menyimaknya Ternyata Menyenangkan

4 April 2025
Pertanyaan Menyebalkan Saat Lebaran Dan Ucapan Selamat
Video

Pertanyaan Menyebalkan Saat Lebaran Dan Ucapan Selamat

2 Mei 2022
Pertanyaan-pertanyaan menjengkelkan saat lebaran bareng keluarga
Liputan

Pertanyaan Menyebalkan dan Alasan Mereka Bersyukur Tak Ada Kumpul Keluarga

22 Mei 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.