Alasan warung makan sisihkan nasi, sayur, dan lauk untuk yang kelaparan
Saya lantas makan siang di Warung Mba Arie. Ia membenarkan setiap hari ia mengirim nasi bungkus yang berisi nasi, sayur, dan lauk. “Sebelum warung tutup biasanya saya lihat. Kalau ada yang belum habis, saya bungkus terus saya bawa kesana. Eman-eman kalau nggak ada yang makan,” kata Arie.
Kadang bahkan menurut Arie, belum nasi bungkus itu sampai di etalase kaca, sudah ada ojol yang nyegat. “Mungkin karena sudah lapar, takut nggak kebagian di sana,” katanya.
Selain rutin mengisi nasi bungkus di etalase kaca, Mba Arie juga setiap Jumat pagi antara jam 6 sampai jam 7 pagi memberikan pecel gratis bagi yang makan di warungnya. “Kalau hari Jumat di etalase kaca kami ngasih sore karena pagi sampai siang biasanya sudah banyak yang ngasih. Jadi biasanya buat orang yang pulang kerja atau mahasiswa, tapi ojol memang paling banyak,” kata Arie.
Salah seorang driver ojol yang tidak mau menyebutkan namanya mengatakan, Pojok Nasi Gratis setahunya ada di beberapa tempat. Namun, memang tidak ada pengelolanya secara khusus.
Saya menemukan akun Instagram di salah satu tulisan yang ada di etalase kaca. Akun Instagram @makan_bareng.id itu terlihat sudah tidak aktif sejak tahun 2022. Namun, dari postingannya memang akun ini yang mengelola etalase kaca Pojok Nasi Gratis.
Berawal dari ide seorang mahasiswa Filsafat UGM
Saya kemudian terhubung dengan Ganiswara Afif Charisma (27) yang menginisiasi Pojok Nasi Gratis ini. Ganis sendiri merupakan alumni Jurusan Filsafat UGM yang kini merintis menjadi entrepreneur dengan membuka usaha kerajinan kulit “Charisma”, usaha video dan fotografi “Harumasa”, serta bekerja membantu di sebuah lembaga training consultant.
Menurut Ganis, etalase itu ia buat di tahun 2021. Saat itu efek pandemi masih sangat terasa. Di Jogja banyak gerakan orang-orang yang membagi nasi secara langsung ke orang-orang yang terlihat membutuhkan seperti tukang becak, petugas parkir dan lainnya.
“Saya kepikiran, bisa jadi orang-orang yang berseragam seperti pekerja itu juga tidak punya uang untuk makan. Jadi saya berpikir untuk buat ruang aman, orang bisa mengisi makanan, tapi juga bisa mengambil,” katanya, Rabu (7/2/2024).
Ia lantas membuka crowdfunding dengan teman-temannya. Hasilnya ia buat menjadi etalase kaca. “Kami pilih di Jalan Kaliurang karena dulu nggak banyak program bagi nasi di tempat ini. Kami dulu membagi nasi juga biasanya di daerah selatan atau pinggiran,” kata Ganis.
Awalnya, Ganis dan kawan-kawan menggalang donasi. Namun, kemudian ia melihat masyarakat bisa mandiri, berjalan tanpa dipandu. Sesuai rencana mereka, masyarakat tergerak mengisi sendiri.
“Masih ada donatur yang menyumbang ke kami. Biasanya kami meminta Ibu Tini untuk membuat masakan sesuai dengan pesanan donatur, kemudian makanan itu kami letakan di etalase,” kata Ganis.
Ingin bukan hanya etalase, tapi juga kulkas berisi sayuran gratis
Ibu Tini ini adalah orang yang Ganis percaya untuk memasak makanan ketika ada donatur. Selain Ibu Tini, Ganis juga menyerahkan pengawasan etalase ke Mas Asro, seorang tukang servis jam tak jauh dari tempat etalase nasi gratis. Mas Asro ini juga yang bertugas meletakan nasi gratis jika ada permintaan dari donatur.
“Melihat bahwa etalase ini berguna untuk membantu orang lain tentu senang. Hati saya senang ketika melihat orang-orang bisa mengisi, bisa muncul kesadaran diri dari masyarakat. Memang tujuan awalnya seperti itu,” kata Ganis.
Ia sebenarnya ingin makin banyak etalase. Bahkan bayangannya bukan hanya etalase, tapi juga kulkas, yang berisi sayuran atau bahan makanan. “Jadi tidak akan ada bahan makanan yang terbuang, sayur yang tidak termasak. Orang butuh tinggal ngambil. Orang yang punya kemampuan lebih bisa menyisihkan sedikit, yang kekurangan tidak akan khawatir,” kata Ganis.
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA Nestapa di Kota Pendidikan, Merekam Kisah Mahasiswa Kelaparan yang Berharap Sebungkus Nasi
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News