Naik travel Calista Trans tujuan Gresik-Ponorogo memberi pengalaman menyebalkan sekaligus mencekam, hingga akhirnya benar-benar kapok untuk naik travel itu lagi. Sebab, ada kelicikan-kelicikan dari pihak sopir Calista Trans yang tentu sangat merugikan bagi penumpang.
Sebenarnya Diyah (22) sudah terbiasa melakukan perjalanan dengan transportasi umum seperti bus untuk perjalana lintas kota (Gresik-Ponorogo atau sebaliknya dll). Hanya saja, beberapa minggu lalu, mahasiswa di Gresik tersebut sedang tidak ingin naik bus.
Rumah Diyah di Ponorogo sendiri memang terbilang jauh dari terminal atau titik pemberhentian bus. Sehingga, kalau ia memaksakan naik bus, tentu akan merepotkan orang rumah yang mejemput. Sementara kalau naik travel tentu akan lebih praktis, karena bisa langsung sampai rumah.
Oleh karena itu, Diyah langsung mencari rekomendasi travel untuk tujuan Gresik-Ponorogo di internet. Hingga bertemu lah ia dengan Calista Trans. Momen itu sekaligus menjadi momen pertama kalinya ia naik travel.
Tertipu ulasan Calista Trans
Dalam penelusurannya di internet itu, ia cukup yakin memakai travel Calista Trans lantaran mendapat ulasan bagus. Baik dari segi pelayanan maupun harga. Sayangnya, ia justru mendapat pengalaman tak menyenangkan, bahkan cenderung mencekam.
“Aku pakai travel karena niatnya kan biar bisa langsung sampai rumah, eh ini malah terlunta-lunta dan penuh ketakutan,” ungkap Diyah kepada Mojok, Selasa (25/6/2024).
Setelah menghubungi pihak Calista Trans, betapa kagetnya Diyah karena harus membayar sebesar Rp400 ribu. Kok mahal banget?
Namun, karena itu momen pertama kali Diyah naik travel Gresik-Ponorogo, jadi ia tak curiga-curiga amat. Sampai akhrinya ia tahu kemudian kalau sebenarnya untuk rute Gresik-Ponorogo umumnya hanya di angka Rp250 ribu-Rp300 ribu. Tidak sampai Rp400 ribu. Sehingga makin dongkol lah ia tiap mengingat-ingat kembali momen tersebut.
Calista Trans terkesan sengaja molor
“Jadi sebelumnya pas nge-chat aku janjian kalau jemputnya jam 8 malam. Tapi ternyata molor sampai jam 10 malam,” gerutu Diyah.
Kalau molor sampai jam 9 mungkin masih masuk akal. Tapi sampai jam 10 malam dan tanpa alasan yang jelas, Diyah sontak uring-uringan dalam hati. Niatnya sampai ke rumah tak larut-larut banget malah sampai harus molor selama itu.
Saat mulai naik travel Calista Trans dan berangkat jam 10 malam, ia mulai menaruh curiga. Ia makin was-was setelah menemukan beberapa kejanggalan.
“Pas aku lihat, plat nomornya ternyata bukan plat nomor area Jawa,” tutur Diyah.
“Sebenarnya sih biasa aja, tapi aku curiga karena waktu aku chat hari itu si pihak travel bilang nggak ada keberangkatan pagi. Adanya keberangkatan malam,” sambungnya. Plat nomor luar Jawa, terkesan sengaja berangkat malam, rasa-rasanya seperti ada “sesuatu” dari travel tersebut.
Diturunkan sembarangan
Ini adalah bagian paling mendebarkan dalam pengalaman Diyah naik Calista Trans Gresik-Ponorogo itu. Pasalnya, alih-alih mengantarkannya sampai ke rumah, pihak travel justru menurunkan Diyah di sembarang tempat.
Saat itu Diyah diturunkan di daerah Mangkujayan Madiun. Jaraknya masih 1,5 jam untuk sampai ke rumahnya di Ponorogo.
“Padahal saat chatan sudah sepakat kalau mereka bakal jemput dan antar sampai depan rumah,” keluh Diyah.
Yang mengerikan bagi Diyah adalah, setelah diturunkan di Mangkujayan Madiun, pihak Calista Trans langsung menawarkan: untuk menuju Ponorogo akan mengantar Diyah menggunakan motor.
“Posisi waktu itu jam 2 dini hari. Gila banget, sih. Aku cuma bisa ngikut aja, sambil berdoa semoga selamat sampai tujuan,” katanya sambil bergidik ngeri.
Syukurnya Diyah memang diantar sampai rumah. Tapi agak ngeri aja jika model travelnya semacam itu. Sudah bayar mahal, jam molor jauh, eh masih diturunkan sembarangan pula. Lebih-lebih armadanya pun nggak nyaman banget. Pokoknya nggak cucuk lah kalau bayarnya Rp400 ribu.
“Sejak saat itu aku lebih milih naik bus aja lah. Asli trauma naik travel lagi walaupun sebenarnya beberapa teman sudah menyarankan dan meyakinkan kalau ada travel yang memang benar-benar terpercaya.
Pengalaman buruk tersebut, kata Diyah, ternyata juga sempat dialami salah seorang temannya sendiri. Kasusnya mirip-mirip dengan Diyah: bayar mahal, berangkat molor, hingga diturunkan di sembarang tempat.
Bedanya, rumah si teman Diyah relatif lebih dekat dari tempatnya turun dari Calista Trans. Sehingga tak sampai seperti Diyah yang mengalami diantar pakai motor jam dua dini hari. Sehingga membuatnya sudah siaga melepas helm untuk menggeprak kepala si pengantar kalau mau berbuat macam-macam.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.