Bangkit dan jatuh kembali
Setelah jeda tiga bulan, Faiq memutuskan untuk menggulirkan bisnisnya kembali. Kali ini secara lebih matang. Beberapa bulan awal setelah bergulir kembali, semua pekerjaan ia jalankan seorang diri.
“Sekitar Agustus 2019 itu akhirnya aku rekrut satu tim tetap,” ungkapnya.
Buat Faiq, bisnis adalah proses belajar. Ia benar-benar belajar tentang produksi hingga pemasaran secara lebih serius.
Di sisi lain, ia sadar bahwa menjalankan bisnis perlu relasi yang kuat. Untungnya, bisnis ini bersinggungan dengan hobinya yakni futsal dan sepakbola. Dari lapangan, ia kerap mendapat relasi hingga kesepakatan bisnis baru.
Ide bisnis ini berjalan cukup baik. Selain produksi, persewaan, ia juga mulai merambah jasa fotografi untuk sepak bola. Semuanya punya irisan dengan hobinya. Tak sampai setahun, ia bisa melunasi pinjaman dari keluarganya.
“Ke kakak aku lunasi, kalau ke ibu, beliau bilang hitung aja untuk bayar UKT. Jadi ya sebagian itu hitungannya modal dari uang kuliahku sendiri,” kelakarnya.
Sebenarnya ia sempat mengalami guncangan lagi. Faiq mengaku sempat salah proyeksi saat pandemi. Lelaki ini menganggap pandemi akan surut pada 2021 sehingga awal tahun itu ia berani menyewa tempat lebih besar untuk toko sekaligus area produksi.
“Total-total hampir 100 juta itu,” tuturnya.
Setelah keluar uang banyak, ternyata pandemi justru semakin ngeri di 2021. Bisnisnya surut, tapi ia harus tetap membayar karyawan yang jumlahnya sudah bertambah. Putar otak, setelah melunasi utangnya ke keluarga, ia memutuskan mengambil pinjaman lain lagi.
Ide bisnis sederhana yang buat cicipi 100 juta pertama sebelum 25
Konsistensi dan upaya untuk terus menemukan solusi dari permasalahan, membuat Faiq kembali mendapat jalan. Setelah badai hebat, tahun 2022 ternyata malah jadi tahun mujurnya.
Bisnisnya kembali bergeliat. Pada 2022 ia juga telah mengeksekusi beberapa ide bisnis baru yang masih beririsan yakni custom jersey dan produksi kaos kaki. Sehingga, total ia punya lima lini bisnis.
“Dan di 2022 itu kelima ide bisnis yang aku jalankan, bisa dapat 75% dari target,” ungkapnya.
Di tahun itu pula, saat usianya masih 23, ia merasakan langsung profit bersih bisnisnya bisa melampaui Rp100 juta. Nominal itu bersih yang bisa ia simpan untuk diri sendiri dan jaga-jaga.
Selain itu, bisnisnya juga mulai menjalin kerja sama dengan beberapa atlet dan klub profesional. Menggenjot promosi dan pemasaran.
Namun, di saat seperti itu ia justru lebih berhati-hati. Lewat pengalaman-pengalaman yang sudah ia lalui, Faiq belajar bahwa dalam mengeksekusi ide bisnis, salah satu hal terpenting adalah tidak cepat berpuas diri.
“Selain itu ya bisnis memang nggak boleh lembek. Bisnis penuh ketidakpastian, harus selalu siap,” tuturnya.
Saat ini, total Faiq telah memiliki 15 karyawan. Ia terus berharap agar bisnisnya bisa terus berkembang dan sejahtera bersama para karyawannya.
Meski agak telat, Faiq juga menyelesaikan studinya di UIN Jogja. Baginya, dunia perkuliahan secara tidak langsung juga mendorong perkembangan bisnis. Salah satunya lewat relasi yang ia bangun di sana.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Aly Reza
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.