Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

MBG Gerogoti Hampir Setengah Anggaran Pendidikan, Ini Alasan Mengapa Tindakan Itu “Haram” Dilakukan

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
27 Agustus 2025
A A
makan bergizi gratis MBG.MOJOK.CO

Ilustrasi - Skandal Besar MBG (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Di balik gembar-gembor keberhasilan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diklaim pemerintah Prabowo Subianto, nyatanya ada kekhawatiran besar yang membayangi. 

Dana triliunan rupiah yang digelontorkan untuk program ini, sebagian besar diambil dari anggaran pendidikan. Hal ini pun memicu pertanyaan: apakah negara sedang mengorbankan masa depan anak-anak demi sepiring nasi—yang bikin keracunan—itu?

Pemerintahan bakal mengalokasikan Rp335 triliun untuk program MBG dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2026. Angka ini setara dengan hampir separuh dari total anggaran pendidikan nasional. 

Meskipun Menteri Keuangan Sri Mulyani merevisi bahwa “hanya” Rp223,6 triliun yang berasal dari dana pendidikan, jumlah ini tetap signifikan. Koordinator Nasional Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Matraji, menegaskan bahwa pemindahan anggaran ini “haram” dilakukan dan hanya akan merusak peta jalan pendidikan nasional.

Kritik ini bukan tanpa alasan. Berbagai data dan fakta menunjukkan bahwa alokasi dana pendidikan sejatinya masih kurang untuk mengatasi masalah fundamental yang ada. Eh, ini malah dipakai untuk program yang kalau mengacu pada pemberitaan baru-baru ini, lebih banyak mudharatnya.

Mengapa anggaran pendidikan tak boleh dikorbankan?

JPPI berpendapat bahwa meskipun program MBG adalah program prioritas pemerintah Prabowo, pendanaannya tak harus ditanggung oleh sektor pendidikan. 

Salah satu alasannya, kata Ubaid, karena anggaran pendidikan belum optimal. Sebagaimana yang kita tahu, anggaran pendidikan diamanatkan 20 persen dari APBN, atau sekitar Rp757,8 triliun pada 2026. 

Sialnya, laporan dari Kompas menunjukkan bahwa mayoritas dana ini terdistribusi ke gaji guru, tunjangan, dan transfer ke daerah. Anggaran yang benar-benar bisa digunakan untuk perbaikan program inti pendidikan masih sangat terbatas. 

Alhasil, dengan mengambil Rp223,6 triliun untuk MBG, itu berarti hampir sepertiga dari anggaran pendidikan akan digunakan untuk program yang bukan inti pendidikan.

Selain itu, masih menurut Ubaid, MBG adalah tanggung jawab kesehatan dan sosial. Menurutnya, program MBG seharusnya masuk ke dalam pos anggaran kesehatan, perlindungan sosial, atau ketahanan pangan. 

“Membiayai MBG dari anggaran pendidikan akan mengaburkan prioritas dan menimbulkan risiko masalah baru, seperti potensi korupsi, karena pengawasannya akan tumpang tindih.”

Gara-gara MBG, kualitas dan akses pendidikan terancam

Jika alokasi anggaran MBG yang amburadul ini tetap dilakukan, konsekuensi yang akan dihadapi pendidikan Indonesia sangatlah berat. Menurut Ubaid Matraji, ada dua masalah utama yang akan terdampak, yakni kualitas dan akses pendidikan itu sendiri.

Masalah pertama ada pada kualitas pendidikan. Menurut data PISA 2022, kemampuan literasi dan numerasi pelajar Indonesia masih berada di posisi terbawah dari 38 negara. 

“Ini adalah alarm nyata bahwa mutu pendidikan kita berada di titik kritis,” tegas Ubaid. 

Iklan

Seperti yang dijelaskan Ubaid, mengurangi dana pendidikan berarti mengurangi anggaran untuk melatih guru, mengembangkan kurikulum, dan memperbaiki fasilitas sekolah. Dampaknya, kesenjangan kualitas pendidikan antarwilayah akan semakin melebar, mengorbankan anak-anak di daerah yang sudah tertinggal.

Masalah kedua adalah akses pendidikan. Ubaid menyebutkan bahwa keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) soal sekolah gratis hingga kini masih terkatung-katung, tanpa dukungan anggaran yang memadai. 

Jika dana pendidikan dialihkan, upaya untuk menjamin akses pendidikan tanpa biaya akan semakin sulit. Hal ini dapat memperburuk angka putus sekolah yang hingga kini masih menjadi masalah, terutama di daerah-daerah miskin.

Pertaruhan ini sangat besar. Ubaid Matraji menyimpulkan bahwa mengorbankan anggaran untuk membangun sekolah dan melatih guru demi program di luar fungsinya, akan menciptakan generasi yang mungkin sehat secara fisik, tetapi tertinggal dalam kecerdasan dan keterampilan. 

“Jadi menggunakan anggaran pendidikan untuk MBG justru dapat mengorbankan masa depan pendidikan anak-anak itu sendiri,” pungkas Ubaid.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: MUchamad Aly Reza

BACA JUGA: Catatan Suram Dunia Pendidikan Indonesia Kala Pemerintahnya Lebih Sibuk Mengurus Program MBG atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 27 Agustus 2025 oleh

Tags: makan bergizi gratisMBGPrabowo Subiantoprogram makan bergizi gratis
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
UGM MBG Mojok.co
Kilas

Gadjah Mada Intellectual Club Kritisi Program MBG yang Menyedot Anggaran Pendidikan

28 November 2025
kapitalisme terpimpin.MOJOK.CO
Ragam

Bahaya Laten “Kapitalisme Terpimpin” ala Prabowonomics

21 Oktober 2025
Prabowo-Gibran.MOJOK.CO
Aktual

7 Alasan Mengapa Satu Tahun Masa Kepemimpinan Prabowo-Gibran Layak Diberi Nilai 3/10

20 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.