Seleksi LPDP S2 Jurusan Astronomi ketat
Selama kuliah di ITB, Hafvid sudah menyiapkan diri untuk mendaftar beasiswa LPDP. Dia mengikuti proses seleksi substansi dan memperoleh skor 1.230 dari 1.500. Seleksi substansi merupakan tahap penentuan akhir dalam proses seleksi penerima beasiswa LPDP.
Dalam proses seleksi itu, Havid harus menyiapkan Letter of Admission/Acceptance (LoA). Salah satu cara mendapatkan LoA adalah kemampuan Bahasa Inggris yang bagus.
Hafvid harus melatih Bahasa Inggrisnya selama 8 bulan. Dia belajar International English Language Testing System (IELTS) melalui e-book, YouTube, dan ChatGPT.
“Alhamdulillah dapat skor lumayan bagus, 6.5 dari 9, dengan persiapan yang singkat,” ucapnya.
Hafvid kemudian mempersiapkan esai sebagai syarat mendaftar di kampus. Dia mengaku kesulitan saat mencari data untuk menunjang esainya, lantaran informasi tentang Astronomi di Indonesia masih sedikit. Beruntung, ada dosen-dosennya yang ikut membantu mencarikan referensi.
Pada Januari 2024, Hafvid melakukan wawancara bersama pihak LMU München. Secara umum, dia ditanya soal konsep Astrofisika. Hingga akhirnya berhasil mendapatkan LoA.
Selanjutnya, dia mempersiapkan diri untuk seleksi adimistrasi dan tahap seleksi substansi atau wawancara. Sebagai latihan, Hafvid menyiapkan 90 pertanyaan sekaligus jawaban. Dia dibantu orang tua, teman-teman, dan juga para awardee LPDP lain, hingga akhirnya lolos sebagai mahasiswa S2 Jurusan Astronomi di Jerman.
Mau tidak mau, harus pulang ke Indonesia
Hafvid berujar, dia bisa saja membuka lapangan kerja di Indonesia sesuai bidang yang dia kuasai. Namun, untuk merealisasikannya, tetap perlu modal yang besar dan dukungan maksimal dari pemerintah, serta pihak lainnya.
Misalnya, ketika dia ingin mengadakan kolaborasi internasional untuk membuat teleskop, tentu dia butuh dukungan dari pemerintah maupun masyarakat. Tidak hanya dari dana, tapi juga kesamaan persepsi bahwa program tersebut perlu dan penting di Indonesia.
“Ibarat mau masak. Niatnya ada, tapi alat dan uangnya nggak ada. Ya sama saja, nggak bisa masak. Kan gitu?,” kata mahasiswa S2 Jurusan Astronomi itu.
Dia mengaku ingin sekali berkontribusi di Indonesia dalam bidang Astronomi dan Astrofisika. Sebab menurutnya, ilmu itu penting. Kemunculan kamera dan GPS (global positioning system) dapat dipelajari dari ilmu tersebut.
“Ketika saya pulang ke Indonesia saya ingin menjadi dosen atau peneliti Astronomi,” kata Hafvid.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Achmad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News