Mahasiswa Malang mengaku terpaksa jadi rajin salat dan ngaji al-Quran setelah beberapa bulan tinggal di kos muslim Jogja. Bukan karena ada aturan khusus para penghuni kos harus rajin salat lima waktu dan ngaji selama ada di kosan, tapi karena sebuah “nasihat tanpa suara”.
***
Saat berangkat ke Jogja per akhir 2022 lalu untuk melanjutkan S2, Bayu* (25), bukan nama sebenarnya, awalnya ingin mencari kos-kosan yang tidak jauh berbeda dengan kosnya di Malang; kos bebas.
Namun, setelah mencari-cari info, baik dari media sosial, website, maupun dari teman-temannya, sementara—waktu itu—yang tersedia adalah kos muslim di sekitaran Seturan.
“Awalnya mau sekos dulu sama temenku, tapi kupikir-pikir, ah nggak dulu lah. Karena sejak di Malang aku memang suka ngekos sendiri,” ungkapnya.
Karena eks mahasiswa Malang itu butuh kos cepat, maka Bayu pun memilih untuk memgambil kos muslim yang masih kosong tersebut.
Toh, pikirnya, kos itu hanya akan ia tempati sementara waktu saja, selama awal-awal di Jogja. Setelahnya, ia berniat untuk mencari-cari lagi.
“Pikirku, halah paling nggak jauh beda sama kos muslim di Malang. Paling kan cuma soal jam malam dan menginapkan lawan jenis yang jadi persoalan. Untuk sementara, bisa lah aku menyesuaikan”. Awalnya, begitulah yang ada di benak Bayu.
Sebab, seturut pengalamannya di Malang, teman-temannya yang tinggal di kos muslim pun pada dasarnya tak “muslim-muslim” amat. Mabuk (pesta miras) di kos pun tak sekali-dua kali saja.
Sambungan WiFi kos muslim ingatkan penghuni salat tepat waktu
Sebelum lanjut ke cerita Bayu, sebelumnya saya sempat baca-baca cerita di Quora tentang penghuni kos muslim di Jogja.
Si penghuni kos bercerita, selama tinggal di kos muslim tersebut, ia merasa mendapat ajakan salat secara tak langsung dari sambungan WiFi.
Pasalnya, setiap memasuki jam salat, maka sambungan WiFi akan terputus. Lalu akan nyala kembali satu jam kemudian. Sehingga, ia menangkapnya sebagai ajakan secara tak langsung untuk salat, tidak hanya lengkap lima waktu, tapi juga tepat waktu.
Meskipun pada praktiknya, hal itu tak serta merta membuat si penghuni kos muslim tersebut lantas bergegas untuk mengambil air wudu.
Jadi rajin salat dan ngaji karena sungkan dengan penghuni lain
Sementara dalam kasus Bayu, ia sebenarnya merasa agak lega karena si induk semang kos muslim yang ia tempati terkesan tak ribet-ribet amat soal peraturan.
Tidak ada siklus WiFi terputus tiap jam salat. Tak ada aturan tegas soal jam malam. Pertama kali saat ia ke kos muslim tersebut, si induk semang hanya mengecek KTP Bayu.
“Mungkin ngecek aja, aku muslim beneran nggak (lewat kolom agama),” kata eks mahasiswa Malang itu.
“Cuma ditegasin aja, di sini nggak boleh bawa temen cewek ya, Mas,” imbuhnya.
Namun, nuansa kos muslim justru terasa dari penghuni-penghuni kos yang lain yang memiliki beberapa poin perilaku yang terbilang Islami.
Misalnya, setiap azan salat, tak lama setelahnya pasti banyak penghuni kamar sebelah yang hilir-mudik mengambil air wudu.
Ada yang salat di kos saja, bahkan ada pula yang salat berjamaah di masjid dekat kos. Itulah “nasihat-nasihat tanpa suara” yang Bayu dapatkan di kos muslim tersebut.
“Kalau abis magrib atau subuh, biasanya pada ngaji. Dan itu nggak satu orang aja,” tutur Bayu.
“Awalnya aku merasa bener-bener salah kos. Maksudnya, soal ibadah, jujur saja, aku ini kan nggak keurus. Salat saja sudah lama nggak,” lanjutnya.
Lama-kelamaan, Bayu pun jadi sungkan dan tak enak sendiri. Pasalnya, ia merasa menjadi satu-satunya penghuni kos yang tak pernah kelihatan mengambil air wudu sekaligus yang dari kamarnya tak pernah terdengar lantunan ayat-ayat suci.
“Akhirnya, tipis-tipis mulai salat, tipis-tipis mulai ngaji. Walaupun ya masih bolong-bolong. Tapi minimal kalau lagi di kos, aku tetep kelihatan salat dan ngaji,” akunya.
Awalnya tak betah, tapi malah tak ingin pindah
Seperti yang Bayu singgung sebelumnya, awalnya ia berencana hanya tinggal sementara di kos muslim tersebut, sembari cari-cari info kos bebas yang kosong untuk pindahan.
Namun, setelah menjalani hari-hari di kos muslim dengan intensitas aktivitas religius seperti itu, Bayu malah mulai merenungkan perihal hidupnya selama ini.
“Hidupku sejak kuliah (S1) di Malang sudah rusak. Sudah jauh dari agama. Di kos muslim ini aku jadi merenung, kedepan aku makin tua, makin dekat dengan mati. Aku ngerasa, kayaknya cukup lah nakalnya,” ujar pemuda asli Kediri tersebut.
“Maksudnya ya nggak hijrah-hijrah banget lah. Tetep biasa aja. Tapi cuma seenggaknya yang wajib-wajib (seperti salat) itu aku biasakan,” tambahnya.
Alhasil, hingga saat ini pun Bayu masih tinggal di kos muslim di Seturan tersebut.
Bikin pacar bangga
Perubahan Bayu dari yang sebelumnya sama sekali nggak pernah salat menjadi sedikit lebih peduli pada salat diakui Bayu membuat pacarnya bangga.
Bahkan, seturut pengakuan Bayu, si pacar sampai bilang bahwa ia tak salah memilih Bayu sebagai pacar dan sebagai calon pasangan hidup. Karena Bayu selalu menunjukkan perubahan ke arah positif.
“Minimal nanti kalau sowan ke rumah bapak, nggak kagok kalau tiba-tiba disuruh ngimamin (salat jamaah). Gitu i kata cewekku,” ungkap Bayu.
Ibu kos muslim ngasih contoh langsung soal ibadah
Dalam kasus lain, Puji (24), mahasiswa asal Aceh menceritakan bagaimana ibu kos muslim yang ia tempati memberikan contoh lewat tindakan dalam persoalan ibadah.
Ibu kos muslim yang Puji tempati pun sebenarnya jauh dari kata rewel soal peraturan. Di kosnya pun tak ada siklus putus-nyambung WiFi di jam-jam salat.
Hanya saja, kadang kala Puji merasa tersindir dengan perilaku sehari-hari si ibu kos.
“Abis magrib dan abis subuh pasti ngaji di dekat jendela. Otomatis terdengar langsung ke anak-anak kos,” beber Puji.
“Kalau terdengar azan, ibu kosku pasti terdengar ngajak anak-anaknya salat jamaah di masjid. Mungkin kayak gitu-gitu sih. Ya kadang kala itu “mengganggu” batinku. Kayak, wah aku kok jarang menghadap Tuhan,” katanya.
Selain itu, tetangga-tetangga kamar di kos muslim yang Puji tempati mayoritas merupakan orang-orang yang taat. Setidaknya dalam hal salat, mereka selalu tepat waktu, karena mereka selalu mengambil wudu tiap azan berkumandang.
Dan menurut Puji, hal itu sedikit banyak mengusik hatinya, membuatnya sesekali harus merenung seperti yang Bayu lakukan.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA: Membuktikan 3 Tesis yang Sukar Disangkal Kebenarannya Terkait Malang, Bakso, Rawon, dan Aremania
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News