Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Pengalaman Pertama Orang Indonesia Pindah ke Bordertown, Malah bikin Syok karena Melbourne Lebih Menjanjikan

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
20 Mei 2025
A A
Melbourne, Australia lebih baik timbang Bordertown. MOJOK.CO

ilustrasi - tinggal di Melbourne lebih menjanjikan daripada di Bordertown, Australia. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Australia menjadi negara jujugan Angga (25) sebagai salah satu pencari kerja asal Indonesia, lantaran memberikan kehidupan dengan finansial yang lebih baik. Namun, ia cukup kaget saat tinggal di Melbourne dan pindah ke Bordertown yang tak menyuguhkan “kenikmatan” seperti yang ada di konten-konten influencer.

***

Riset dari Jobstreet by SEEK sebagai platform mencari kerja menunjukkan Australia menjadi tujuan favorit para pelamar. Berdasarkan penelusuran Mojok di TikTok dengan tagar #WHVAustralia, ada beberapa faktor yang menyebabkan warga Indonesia minat kerja di sana.

Misalnya, pengurusan visa yang mudah, habit kerja yang katanya bisa work life balance, hingga gaji tinggi selama setahun. Angga sendiri tak menampik jika gaji di Australia terbilang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Namun, perkara gaji memang lain. Angga baru sadar setelah mendarat langsung di Melbourne tahun 2024. Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) itu mengaku tak terlalu syok, karena Kota Melbourne nyaman untuk ditinggali. 

Selain itu, aksesnya pun terbilang mudah saat dia hendak bepergian ke tempat-tempat indah, tapi ada beberapa kondisi yang jarang dibahas oleh diaspora asal Indonesia saat tinggal di Australia. Beberapa kondisi itu membuat Angga syok, terlebih saat ia pindah ke Bondertown.

#1 Aksen di Melbourne sulit dimengerti

Salah satu konsekuensi kerja di luar negeri adalah harus bisa Bahasa Inggris. Apalagi, aksen orang Australia berbeda dengan british dan american. Selain itu, di kota-kota besar seperti Melbourne, ia lebih sering menjumpai orang ras India dan Tionghoa ketimbang warga lokal.

“Jadi pas pertama kali ketemu dan ngobrol dengan orang sana asli, aku sampai ngangong-ngangong. Seiring berjalannya waktu, aku baru bisa memahami apa yang mereka omongin,” kata Angga.

Melansir dari aksen ICAN English, aksen Australia mencerminkan gaya hidup santai mereka yang penuh keramahan. Kunci aksen tersebut adalah memperpanjang vokal menjadi beberapa suara vokal.

Misalnya, saat orang Australia mengucapkan “no” kedengarannya akan lebih mirip “naur”. Vokal panjang “o” sangat sulit ditangkap dengan tepat oleh orang awam, karena berpadu dengan “ah” dari “a” dan “uh” dari vokal pendek “u”, ditambah sedikit suara “r” (seperti dalam “oar”) di akhir.

#2 Toilet kering dan air keran yang layak diminum 

Sebagai warga Indonesia yang selalu membersihkan diri menggunakan air, Angga cukup syok menjumpai toilet kering di Australia. Jadi, ia harus siap sedia membawa bidet atau botol air mineral saat pergi kemana pun. 

Sebaliknya, air keran siap minum atau tap water sering ia jumpai di Australia, khususnya di jalanan Melbourne. Namun, saat pindah ke Bordertown, tap water tak begitu banyak ia jumpai.

“Aku di sini jarang masak air atau air galon. Tinggal minum dari keran, tapi nggak semua ya bisa diminum. Jadi harus make sure airnya bisa diminum,” ujar Angga.

Menteri Lingkungan, Perubahan Iklim dan Air Victoria, Lisa Neville, berujar kotanya itu memiliki banyak waduk yang menyediakan suplai air baku ke berbagai komunitas.

Iklan

Setidaknya, untuk memasok air di kawasan Kota Melbourne saja, ada sekitar 20 waduk yang digunakan menyuplai air baku. Waduk paling besar bisa menampung volume air sampai 4 juta megaliter, sedangkan waduk kecilnya berukuran kolam renang. 

“Saat Anda bisa menjamin pasokan air di negara Anda, Anda akan mendapatkan investasi yang menguntungkan, mendapat pekerjaan. Akhirnya meningkatkan kemampuan untuk berinvestasi di infrastruktur air. Investasi ini akan kembali pada komunitas,” jelas Neville dikutip dari Republika pada Selasa (20/5/2025).

#3 Jarang menjumpai masjid di Melbourne

Sebagai warga negara dengan mayoritas muslim di Indonesia, Australia terasa amat asing bagi Angga. Sebab di Indonesia, ia akan rutin mendengarkan azan di setiap lima waktu salat melalui pengeras suara.

“Di sini tempat ibadah seperti masjid dan gereja sangat terbatas, nggak kaya di Indonesia. Di setiap penjurunya pasti ada masjid atau musala,” kata dia.

Mulanya, Angga yang beragama Islam cukup khawatir karena takut susah beribadah, tapi setelah beradaptasi dan mencari tahu, ternyata ada banyak ruang berdoa di Meulborne yang bisa dipakai.

Sebetulnya, tak hanya di Meulborne. Beberapa orang di Indonesia yang berada di luar negeri mengaku jarang menemukan tempat ibadah setiap saat. Mojok juga pernah mewawancari seorang mahasiswa S2 di Boston yang juga syok saat tinggal di luar negeri. 

Namun, dibandingkan dengan Bordertown, Angga sejatinya lebih menyukai tinggal di Melbourne. Sebab, kata dia, Bordertown terkesan seperti “tempat kosong” dengan transportasi yang terbatas. 

Meski begitu, Australia tetap cocok bagi pencari kerja di luar negeri. Sebab di sana, Angga bisa menabung dengan nominal uang yang tak sedikit karena minimnya hiburan sehingga bisa lebih fokus bekerja.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Alasan Dokter Asal Indonesia Kabur Aja Dulu ke LN ketimbang Tinggal di Indonesia atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 20 Mei 2025 oleh

Tags: AustraliaBordertownculture shockkerja di luar negeriMelbourneWHVAustralia
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Gubernur Jawa Tengah Ahmad Luthfi menerima kunjungan CEO dan Founder IndOz Australia, David Widjaja, di ruang kerjanya, Kamis, 28 Agustus 2025 MOJOK.CO
Kilas

Gubernur Jateng Dorong Peningkatan Investasi dari Australia

29 Agustus 2025
Orang Surabaya jengkel saat merantau di Jogja. MOJOK.CO
Catatan

Orang Surabaya Jengkel dengan Orang Jogja, dari Luar Tampak Kalem Aslinya Banyak “Ngawurnya”

27 Agustus 2025
Dubes Australia Jatuh Cinta dengan Jawa Tengah, Janji Investasi MOJOK.CO
Kilas

Dubes Australia Jatuh Cinta dengan Jawa Tengah, Janji Bawa Investor

13 Agustus 2025
Menyarankan Pengangguran Kerja di Luar Negeri Itu selain Lucu, Juga Membuka Borok Sendiri
Pojokan

Menyarankan Pengangguran Kerja di Luar Negeri Itu selain Lucu, Juga Membuka Borok Sendiri

28 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.