Kecamatan Banjarmangu dan Karangkobar, Banjarnegara, Jawa Tengah merupakan dua wilayah yang punya catatan mematikan terkait bencana tanah longsor. Ratusan nyawa pernah menjadi korban.
Sebenarnya, banyak lokasi rawan longsor di Banjarnegara. Namun, bencana tanah longsor di dua kecamatan tersebut tercatat menelan korban jiwa terbanyak di Indonesia dua dekade terakhir.
Banjarmangu dan Karangkobar merupakan kecamatan di utara Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Dua kecamatan ini berdekatan dan wilayahnya didominasi bentang alam perbukitan yang asri. Namun, musim hujan menjadi momen yang menantang di kawasan tersebut.
Kawasan tersebut merupakan zona merah yang rentan terjadinya pergerakan tanah aktif. Sehingga bencana tanah longsor kerap terjadi.
Sejarah mencatat, petaka pernah menghampiri Kecamatan Banjarmangu pada 4 Januari 2006 silam. Hujan yang turun dengan intensitas tinggi pada malam sebelumnya sempat membuat warga di Dusun Gunungraja, Desa Sijeruk sempat mendengar gemuruh di dalam tanah dari arah perbukitan sejak pukul 01.00 dinihari.
Letak Dusun Gunungraja, Sijeruk persis di bawah bukit hutan yang cukup tinggi. Gemuruh sempat kembali terdengar namun hilang. Hingga pada usai subuh, sekitar pukul 05.00, terjadi bencana tanah longsor yang cukup parah.
Longsoran tanah dari bukit hampir menutup keseluruhan permukiman di Dusun Gunungraja. Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), peristiwa itu menelan korban jiwa sekitar 90 orang. 76 tewas dan 14 hilang tertimbun tanah.
Saya yang tinggal sekitar 5 kilometer dari kejadian, sempat menyaksikan langsung, bagaimana rumah-rumah tertimbun habis oleh tanah. Tercatat ada sekitar 100-an bangunan mencakup rumah dan tempat ibadah yang rusak tertimpa material.
Setelah Banjarmangu, bencana tanah longsor besar terjadi di Karangkobar Banjarnegara
Pascakejadian tersebut, tanah longsor masih terus terjadi di Banjarnegara, termasuk wilayah Banjarmangu dan Karangkobar. Namun, skalanya terbilang kecil ketimbang yang terjadi pada 2006.
Sampai pada 12 Desember 2014, bencana besar terjadi di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara. Berbeda dengan Sijeruk 2006, peristiwa di Jemblung terjadi pada waktu sore sekitar pukul 17.30.
Dalam waktu yang singkat, sekitar 5 menit, material tanah dari Bukit Telaga Lele yang berada tak jauh dari permukiman menimbun nyaris keseluruhan dusun tersebut. Sebelumnya, hujan dengan intensitas tinggi memang mengguyur wilayah tersebut.
Bencana di Karangkobar ini menimbulkan korban jiwa yang lebih banyak dari Banjarmangu. Total, ada 125 koran jiwa, 102 orang ditemukan meninggal dunia dan 23 hilang. Lokasi Dusun Jemblung berada persis di sisi kanan jalan raya utama penghubung Banjarnegara-Karangkobar. Rumah yang selamat dari timbunan rata-rata yang berada di seberang jalan.
“Sebagian besar warga tinggal di sisi selatan, dan di lokasi itu hanya ada satu rumah yang tidak terkena material tanah longsor, selain itu rata dengan tanah. Jumlah keseluruhan yang terkena longsor ada 49 rumah dan yang tidak kena 12 rumah,” ujar Andri Sulistyo, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Banjarnegara, melansir Detik.
Penyebab Banjarnegara jadi lokasi berisiko tanah longsor
Tanah longsor jadi fenomena alam yang membayangi sebagain besar wilayah Banjarnegara. Ahli Geologi UPN Veteran Yogyakarta, Prof Sari Bahagiarti mengungkapkan, daerah utara Banjarnegara jadi kawasan rawan karena tatanan geologinya yang mendukung.
“Tatanan tektoniknya alami, tidak bisa direkayasa oleh manusia kecuali kita mengantisipasi dengan cara mengurangi potensi risikonya,” kata Sari saat Mojok wawancarai Senin (8/1/2024).
Menurutnya, persoalan perubahan lahan hutan menjadi pertanian merupakan faktor pemicu saja. Penyebab utamanya adalah kondisi geologi wilayah itu yang menyebabkan longsor kerap terjadi.
Tanah longsor sebenarnya merupakan gejala atau proses alam yang lumrah terjadi. Namun, menjadi bencana ketika menimbulkan korban atau menyebabkan kersakan material.
Banjarmangu dan Karangkobar menjadi kawasan rawan karena pertemuan antara kondisi alam dengan hasil kerja manusia berupa permukiman.
“Pertemuan keduanya membuat bencana tidak bisa dihindari. Salah satu penyebab Banjarnegara potensi bencana tanah longsornya tinggi di Jawa itu karena kondisi geologi yang bertemu dengan lingkungan yang kaitannya sudah padat dengan hasil kerja manusia,” papar perempuan yang lama melakukan peneliti geologi di Banjarnegara ini.
Di luar jawa, tanah longsor juga kerap terjadi. Namun, kepadatan permukiman jauh lebih sedikit daripada di Jawa sehingga tidak menjadi bencana yang menimbulkan korban jiwa.
Penulis: Hammam Izzuddin
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Nasib Sedih Nelayan di Waduk Mrica Banjarnegara, Bendungan yang Dibangun Soeharto
Cek berita dan artikel lainnya di Google News