Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Cerita Sedih Lulusan Universitas Airlangga Surabaya, Ditolak 100 Perusahaan Sampai Takut Jadi Beban Keluarga

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
8 Oktober 2024
A A
Cerita Sedih Lulusan Kesehatan Universitas Airlangga Surabaya, Ditolak 100 Perusahaan Sampai Takut Jadi Beban Keluarga.MOJOK.CO

Ilustrasi Cerita Sedih Lulusan Kesehatan Universitas Airlangga Surabaya, Ditolak 100 Perusahaan Sampai Takut Jadi Beban Keluarga (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Lulus dan berhasil mendapat gelar dari Jurusan Kesehatan di kampus elite tak menjamin anak muda langsung dapat kerja. Masalah itu, salah satunya, dialami oleh Fia Ziah (bukan nama sebenarnya). Fia merupakan lulusan D3 Jurusan Kesehatan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Bahkan dia pernah di fase mengalami penolakan dari 100 lebih perusahaan, yang membuatnya merasa kuliah di jurusan dan kampus elite tak begitu penting.

Bagi Fia, euforia saat wisuda hanya terasa untuk sesaat. Sesudahnya, dia harus memilih: jalan-jalan dulu untuk istirahat, lanjut S2, atau tancap gas mencari kerja. 

Opsi untuk langsung mencari kerja nampak lebih realistis baginya. Apalagi dia anak pertama dari keluarga kelas ekonomi menengah. Ayahnya bekerja sebagai sopir ojek online. Sementara, ibunya tidak bekerja dan adiknya masih duduk di bangku SMP. 

Fia merasa setelah lulus harus bisa menjadi tulang punggung keluarga, setidaknya untuk membayar sekolah sang adik. Namun, sebagai lulusan D3 Jurusan Kesehatan Unair Surabaya jalannya masih tidak mudah. 

Dia lulus tahun 2022 bersamaan dengan Covid-19. Selama dua tahun tersebut, dia mengirim surat lamaran ke sekitar 100 lebih perusahaan. Namun, hanya hitungan jari perusahaan yang mau mewawancarainya. 

Kuliah Jurusan Kesehatan Universitas Airlangga Surabaya karena panggilan hati

Sebenarnya, kuliah di D3 Jurusan Kesehatan Universitas Airlangga Surabaya adalah keinginan Fia. Alasannya, selama SMA dia dianggap sebagai siswa yang cerdas. Buktinya, dia masuk penjurusan IPA, yang “dianggap” sebagai jurusan bagi anak-anak cerdas.

Saat duduk di kelas 12 pun, dia memantapkan diri masuk Jurusan Farmasi. Sayangnya, pada seleksi SNMPTN, dia gagal. Fia ingin mencoba lagi pada seleksi SBMPTN. Orang tuanya memang menghendaki, dengan catatan tidak mendaftar ke Jurusan Kedokteran karena biayanya mahal.

Akhirnya, pada SBMPTN Fia mendaftarkan ke Jurusan Kesehatan di Unair Surabaya. Pilihan pertama pada S1 Jurusan Farmasi dan pilihan kedua D3 Jurusan Kesehatan. Dia lolos pada pilihan kedua.

Fia akhirnya berhasil menjadi mahasiswa diploma atau vokasional. Jadwal kuliah di jurusan itu sudah padat sejak semester pertama. Oleh sebab itu, dia merasa tak punya kesempatan untuk mengeksplor minatnya lebih jauh di luar perkuliahan. 

Fia berujar kuliahnya berbeda dengan mahasiswa lain, di mana tugasnya bisa dibawa pulang ke rumah, kerja di mana saja, atau lewat pertemuan online, sedangkan mahasiswa vokasi lebih sering bekerja di lab. 

“Jam kuliahku itu bisa dari jam 6 pagi sampai jam 6 malam. Aku juga punya masalah pribadi di mana memang fisikku tidak sekuat itu untuk melakukan banyak aktivitas,” kata dia. 

Merasa insecure dengan masa depannya yang abu-abu

Namun, lulusan D3 Universitas Airlangga Surabaya itu menyadari minatnya justru berubah setelah lulus. Dia merasa tidak cocok dengan jurusannya selama ini. Setelah lulus dia baru punya kesempatan untuk mengeksplor minatnya. 

“Beberapa kali aku mendapatkan kesempatan magang [di luar bidang kesehatan], tapi underpaid bahkan unpaid,” ucapnya kepada Mojok pada Selasa (1/10/2024).

Fia pernah menjadi content creator di salah satu merek kecantikan. Mulai dari menulis konten, membuat video, dan menjual produk tersebut. Semenjak saat itu, dia mulai mendalami kegiatan yang berhubungan dengan digital marketing. 

Iklan

“Setelah mencari-cari, alhamdulillah dari pengalamanku, terbukalah sedikit jalan buat aku bisa ada di karier path yang sekarang, meskipun bagiku ini sulit,” ujarnya. 

Sayangnya, mencari kerja di bidang digital marketing tak semudah membalikkan telapak tangan. Dia sudah banyak mengirim surat lamaran ke perusahaan di bidang tersebut tapi menemui jalan buntu. Sehingga, dia pasrah dan memutuskan mengirim lamaran kerja di bidang apa pun. 

“Aku sudah melamar di 100 lebih perusahaan, sudah banyak. Tidak terhitung,” katanya. “Aku daftar lewat LinekedIn, Email, Glints, Jobseeker, tapi tidak ada kabar lanjutan,” lanjutnya. 

Jadi beban keluarga, sampai rela kerja underpaid

Karena mengalami banyak penolakan, sepanjang dua tahun tersebut, Fia tak memiliki pekerjaan tetap. Cap “pengangguran” dan beban keluarga menjadi momok bagi dia. 

Lulusan Universitas Airlangga Surabaya itu sering mendengar keluh kesah dari orang tuanya saat di rumah. Terutama saat membahas masalah ekonomi. Cerita itu secara tidak langsung membebani pikirannya. Oleh karena itu, dia lebih memilih menyibukkan diri daripada overthinking berlarut-larut.

Sambil menunggu panggilan kerja, Fia memilih untuk menyibukkan diri dengan berbagai kegiatan positif. Dia mencoba mendaftar Cak dan Ning Surabaya, volunteer, sampai freelance.

“Sebenarnya aku pribadi sadar, karena pekerjaan yang aku inginkan berbeda dengan jurusanku. Aku juga mengetahui kekuranganku jadi aku ikut berbagai pelatihan dan kegiatan,” kata Fia.

Salah satu pekerjaan freelance yang dia ambil menggajinya sebesar Rp500 ribu per bulan. Selama sembilan bulan dia bertahan tapi akhirnya memutuskan untuk resign. Fia merasa perusahaannya saat itu tak memberikan kepastian.

Sebagai pekerja yang tidak memiliki pengalaman, Fia merasa penting untuk mempelajari hak-haknya. Misalnya, jam kerja, hak cuti, BPJS, dan gaji. Setidaknya, dia berharap memiliki gaji minimal UMR.

“Aku berharap kita sebagai pekerja satu suara, punya keyakinan minimal kita harus menerima UMR. Agar perusahaan enggak semena-mena,” kata alumnus Universitas Airlangga Surabaya itu.

Kini, Fia bekerja di suatu lembaga sosial sebagai content writer. Setidaknya, kata dia, dia ingin menambah pengalaman ketimbang menganggur. Meskipun gajinya pun belum sesuai dengan UMR Surabaya. 

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA Mahasiswa UNAIR Surabaya Tak Mampu Sewa Kos, Demi Bertahan Hidup Kerja Serabutan hingga Makan Sisa Restoran

Ikuti artikel dan berita MOJOK lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 12 Februari 2025 oleh

Tags: d3 jurusan kesehatand3 jurusan kesehatan unairjurusan kesehatan unairunairUNAIR Surabaya
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Unair Surabaya.MOJOK.CO
Kampus

Unair Surabaya Memang Kampus Impian, tapi PTS Kecil di Solo yang Menghidupkan Kembali Mimpi Saya

11 Oktober 2025
Unesa selamatkan mahasiswa Surabaya yang ditolak IPB dan Unair di Jurusan Ilmu Gizi. MOJOK.CO
Kampus

Ditolak Unair 2 Kali, Unesa Selamatkan Saya Jadi Sarjana Ilmu Gizi dengan Karier yang Mentereng

1 Oktober 2025
Sarjana lulusan kampus terbaik Indonesia seperti Unair, UGM, bahkan UI: tetap tak lolos CPNS dan susah cari kerja. Sekali dapat langsung job hugging MOJOK.CO
Ragam

Kuliah S1-S2 di Kampus Terbaik Indonesia Merasa Gagah, Tapi Lulus Jadi Sarjana Payah dan Bernasib Terlunta-lunta

25 September 2025
Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Unair Surabaya iri dengan mahasiswa UPN Veteran Jawa Timur. MOJOK.CO
Catatan

Penyesalan Saya “Yapping” sebagai Mahasiswa Ilmu Komunikasi Unair kepada Mahasiswa UPN Veteran Jawa Timur

23 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Macam-macam POV orang yang kehilangan botol minum (tumbler) kalcer berharga ratusan ribu MOJOK.CO

Macam-macam POV Orang saat Kehilangan Tumbler, Tak Gampang Menerima karena Kalcer Butuh Dana

28 November 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.