Semarang Kota Atlas, tapi kok semrawut
Julukan terakhir untuk Semarang yang Denis anggap menggelikan adalah Kota Atlas.
Katanya sih Atlas merupakan akronim dari aman, tertib, lancar dan sehat yang menjadi slogan Semarang di masa pemerintahan Muhammad Ismail, Gubernur Jawa Tengah periode 1983–1993.
Motif slogan tersebut adalah untuk menggambarkan kondusivitas Semarang di masa itu. Namun, bagi Denis, julukan tersebut sudah tak lagi relevan untuk Semarang saat ini.
“Tertib dan lancar dari mana? Semarang itu (sekarang) sumpek dan semrawut. Lalu lintas lancar adalah kemustahilan,” katanya.
Bagi Denis, sisa dua julukan bagi Semarang yang menurutnya masih lebih baik ketimbang tiga julukan di atas. Yakni Port of Java dan Kota Jamu.
Bagi Denis, Port of Java masih layak jadi julukan. Karena memang ibu kota Jawa Tengah ini memiliki pelabuhan yang menjadi salah satu pelabuhan tersibuk di Jawa. Jadi masih relevan.
Beda dengan julukan Venetia van Java yang menurut Denis timpangnya terlalu jauh.
“Kalau Kota ka perbandingannya adalah Kota Lumpia, aku lebih milih Kota Jamu,” tutur Denis.
“Jamu lebih otentik aja sih. Karena memang dalam sejarahnya melahirkan produk-produk jamu unggulan,” imbuhnya. Salah satu yang paling legendaris adalah Jamu Cap Nyonya Meneer.
Saking legendarisnya jamu ini, berdasarkan informasi dari visitjawatengah.jatengprov.go.id, pada 18 Januari 1984 didirikan Museum Jamu di Kota ini. Tidak lain untuk menghormati dan mengenang Ibu Meneer, sosok di balik Jamu Cap Nyonya Meneer.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.