Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Ironi Jogja, Kota Gudeg yang Kekurangan Bahan Baku Gudeg

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
3 Februari 2025
A A
gudeg, nangka.MOJOK.CO

Ilustrasi - Ironi Jogja, Kota Gudeg yang Kekurangan Bahan Baku Gudeg (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Bahan baku gudeg, yakni nangka muda atau gori, ternyata banyak didatangkan dari luar daerah. Jika tak segera ditangani, dikhawatirkan bakal mengancam eksistensi Jogja sebagai Kota Gudeg itu sendiri.

***

Gayatri sedang membereskan sisa-sisa dagangannya ketika saya mendatanginya di lapak jualannya, Sabtu (1/2/3025) siang. Perempuan paruh baya ini merupakan penjual nangka muda yang sudah puluhan tahun berdagang di Pasar Beringharjo, Jogja.

Ketika memulai berjualan pada awal 1990-an, ia mengaku tak pernah kesulitan mencari nangka. Terutama yang masih muda atau ia menyebutnya dengan gori.

Kala itu, nangka muda masih melimpah di Jogja. Terutama di bulan November-Maret, saat pergantian musim kemarau ke musim hujan, stok bisa turah-turah dan harga di pasaran pun amat murah.

Namun, entah mengapa sejak 10-15 tahun terakhir buah tersebut semakin langka. Sehingga, Gayatri pun terpaksa “mengimpor” nangka muda dari luar daerah.

“Kalo Jawa biasanya saya ambil dari Boyolali. Tapi saya juga kerjasama sama pemasok yang dari Sumatera, di Lampung,” ungkapnya, Sabtu (1/2/2025).

Menurutnya, ada alasan mengapa Boyolali dan Lampung ia pilih sebagai pemasok. Selain karena ketersediaannya melimpah, kualitas nangka muda dari dua daerah ini terkenal top.

Gayatri menjelaskan, tak semua jenis nangka bisa dibikin gudeg. Ada jenis-jenis tertentu, seperti nangka salak yang paling digemari, karena selain buahnya besar juga teksturnya lebih keras.

“Nggak pecah saat direbus,” jelasnya.

Cikal bakal gudeg di Jogja

Seperti disinggung Gayatri, ada masanya Jogja pernah punya persediaan nangka muda yang melimpah. Sehingga, penjual seperti dirinya tak kesulitan mencari bahan baku untuk gudeg, makan khas Jogja ini.

Menurut buku Gudeg Yogyakarta: Riwayat, Kajian Manfaat, dan Perkembangan untuk Pariwisata (2012), makanan berbahan baku nangka muda ini memang sudah eksis sejak ratusan tahun lalu bersamaan dengan munculnya Kerajaan Mataram Islam–cikal bakal Jogja.

Ahli Gastronomi UGM Murdijati Gardjito, yang menulis buku tersebut, menjelaskan bahwa gudeg pertama kali dibuat oleh para prajurit saat babat alas pembangunan Kerajaan Mataram Islam. 

Saat itu, Kerajaan Mataram baru akan didirikan di daerah bernama Alas Mentaok. Saat pembangunan, banyak pohon ditebang. Di antaranya adalah pohon nangka, melinjo dan kelapa. 

Iklan
nangka gudeg.MOJOK.CO
Babat alas untuk Kerajaan Mataram adalah cikal bakal “ditemukannya” gudeg (dok. Departemen Kehutanan UGM)

“Karena buah dari pohon ini melimpah, prajurit membuatnya sebagai masakan kemudian terciptalah gudeg,” tulis Murdijati, menjelaskan cikal bakal gudeg menjadi makanan khas di Jogja.

Alih fungsi lahan bikin eksistensi gudeg terancam

Sialnya, seperti yang dikeluhkan Gayatri, nangka muda yang menjadi bahan baku gudeg semakin langka di Jogja. Ketua Pusat Kajian Kuliner dan Gastronomi Indonesia (PKKGI) UGM Supriyadi, menjelaskan alasan mengapa nangka muda semakin langka di Jogja.

Menurut Supriyadi, faktor utama penyebab langkanya langkanya buah nangka di Jogja adalah adanya alih fungsi lahan. Kebun-kebun nangka kini sudah banyak yang berubah menjadi pemukiman.

“Pohon-pohon nangka dipotong untuk bangunan tanpa upaya regenerasi. Alhasil, lahan yang menghasilkan pohon nangka semakin sedikit,” kata Supriyadi, saat Mojok hubungi Senin (3/2/2025).

Selain itu, pihaknya–yang concern di bidang pengembangan kajian kuliner–tak punya data pasti soal ketersediaan lahan nangka di Jogja. Termasuk berapa luas dan estimasi hasil panennya. Sehingga sulit dilakukan pemetaan.

“Saya menduga, ini terjadi karena pohon nangka dianggap tak punya nilai ekonomi, sehingga tak ada yang menanamnya lagi,” ujar Supriyadi.

“Dampaknya, karena nangka harus didatangkan dari luar daerah, maka harga jualnya pun lebih mahal. Bahkan di luar masa-masa panen bisa mencapai Rp25 ribu per kilogram, yang normal di bawah Rp10 ribu.”

Upaya yang perlu dilakukan

Supriyadi pun menegaskan, pihaknya telah meminta kepada pihak-pihak terkait, antara lain Pemda DIY, Dinas Kebudayaan DIY, dan Dinas Pertanian DIY untuk merancang kebijakan terkait pelestarian kuliner spesifik Jogja. Dalam hal ini, salah satunya adalah gudeg.

“Harapannya pihak-pihak ini mau bekerja sama dengan Bappeda, mendesak masyarakat untuk kembali menanam nangka. Kalau tak ada lahan bisa pakai Sultan Ground. Ini pasti bisa asal ada kemauan dari pembuat kebijakan,” jelasnya.

Jika itu tak bisa dilakukan, cara lain adalah bekerjasama dengan pihak luar daerah yang selama ini memasok nangka. Misalnya, daerah Lampung.

“Tapi kan ironi jadinya. Jogja sebagai Kota Gudeg, tapi bahan bakunya dipasok dari luar Jogja,” tegasnya.

gudeg.MOJOK.CO
Lauk di Gudeg Ceker Mbok Joyo (Mojok.co)

Mojok sendiri pernah membuat tulisan terkait Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hemas yang melangsungkan aksi menanam pohon nangka di area hutan tematik Wana Boga, Gunungkidul, pada Oktober 2021 lalu.

Hutan Tematik plasma nutfah nangka itu memiliki luas 96 hektar. Dengan adanya hutan tematik nangka ini diharapkan bisa mencukupi kebutuhan dasar kuliner gudeg.

Sayangnya, tiga tahun setelah aksi tersebut, bahan baku gudeg di Jogja masih langka. Penjual tetap memasok dagangannya dari luar daerah.

BACA JUGA: Menelisik Kisah Wahyono, Korban Petrus Pertama di Jogja yang Geng-nya Suka Godain Bakul Gudeg atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 3 Februari 2025 oleh

Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan Mojok.co
Ragam

Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

21 Desember 2025
Praja bertanding panahan di Kudus. MOJOK.CO
Sosok

Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan

20 Desember 2025
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dan Wali Kota Agustina Wilujeng ajak anak muda mengenal sejarah Kota Semarang lewat kartu pos MOJOK.CO
Kilas

Kartu Pos Sejak 1890-an Jadi Saksi Sejarah Perjalanan Kota Semarang

20 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO
Ragam

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
Pulau Bawean Begitu Indah, tapi Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri MOJOK.CO

Pengalaman Saya Tinggal Selama 6 Bulan di Pulau Bawean: Pulau Indah yang Warganya Terpaksa Mandiri karena Menjadi Anak Tiri Negeri Sendiri

15 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
ugm.mojok.co

UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

20 Desember 2025
Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.