Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Mengintip Kehidupan Burung-Burung di Hutan Produktif Tengah Kota Kudus

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
5 November 2025
A A
hutan oasis, hutan produktif, hutan kudus.MOJOK.CO

Mengintip Kehidupan Burung-Burung di Hutan Produktif Tengah Kota Kudus. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Hutan Produktif di Oasis laiknya oase. Ia menjadi rumah bagi burung-burung di tengah Kota Kudus yang minim lahan terbuka hijau. Di sana, puluhan jenis burung tinggal, mencari makan, dan beranak-pinak.

***

Pagi itu, suara kicau bersahutan dari arah timur kawasan Oasis Kretek Factory, Kabupaten Kudus. Di sela barisan pohon salam dan juwet yang rimbun, seekor kutilang melintas cepat, meninggalkan bayang di atas kepala.

Di bawahnya, rerumputan masih lembap oleh bekas siraman air yang tersisa. Kawasan asri ini, yang oleh pengelolanya disebut Hutan Produktif, adalah ruang hidup bagi puluhan jenis burung. Ia menjadi tempat burung hinggap, mencari makan, bahkan beranak-pinak.

“Dari awal kami ingin area ini jadi tempat tinggal satwa,” kata Meiady Ariyanto, General Service Landscape Oasis, Kudus, yang membersamai saya pagi itu, Selasa (7/10/2025). 

“Harapannya nggak cuma burung. Mamalia, reptil, semua mendapat tempatnya,” imbuhnya.

Pria yang akrab disapa Memed ini mengaku sebagai “kicau mania” alias pecinta burung. Alhasil, ia dengan senang hati menemani saya berkeliling Hutan Produktif untuk melihat burung-burung apa saja yang tinggal di sana.

hutan oasis, burung langka.MOJOK.CO
Salah satu spesies Jalak Kerbau yang ditemui di Hutan Oasis. Burung ini dikenal dengan suara kicauan yang khas dan kemampuan menirukan suara lain. Ia juga memiliki peran penting sebagai pengendali hama dan sering terlihat berinteraksi dengan kerbau untuk mencari kutu, yang dikenal sebagai hubungan simbiosis mutualisme. (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Hutan Produktif Oasis jadi kawasan semi konservasi

Hutan Produktif Oasis sendiri terletak di sisi timur kawasan industri seluas 82,4 hektare tersebut. Dari total luasan lahan itu, 60 persen lebih merupakan ruang terbuka hijau (RTH), dengan 18 hektare di antaranya dikhususkan sebagai hutan ini.

Angka ini jauh melampaui kewajiban ruang terbuka hijau untuk kawasan industri, yang menurut aturan hanya 30 persen.

Di tengah Kabupaten Kudus yang hutan alamnya kian menyusut–sebagian besar tersisa di lereng Pegunungan Muria–keberadaan ruang hijau seperti di Oasis terasa langka. 

Data Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mencatat, tutupan hutan di Kudus hanya sekitar 12 ribu hektare, atau tak sampai seperempat wilayah kabupaten. Maka, area seluas 18 hektare di jantung kawasan industri ini seolah menjadi titik hijau kecil yang bertahan di dataran rendah Kudus, tempat kehidupan liar masih bernafas.

hutan produktif.MOJOK.CO
Salah satu tanaman buah yang paling sering dijumpai di hutan Oasis adalah nangka. Buahnya sangat disukai burung dan binatang mamalia seperti tupai. (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Memed menyebut konsep yang mereka jalankan sebagai “semi-konservasi”: area yang dijaga, tapi tidak dilepaskan sepenuhnya pada alam. Tanaman tetap dirawat, disiram, dan diremajakan bila tua.

“Kami masih melakukan perawatan, tapi tidak mengubah siklus alami,” ujarnya. 

Di sinilah manusia dan alam bertemu di titik tengah, di mana kehidupan burung dijaga tanpa mengurungnya dalam batas buatan. Kawasan semi-konservasi ini menjadi rumah bagi burung, mamalia kecil, hingga reptil.

Iklan
hutan oasis, hutan produktif.MOJOK.CO
Di Oasis, juga terdapat hutan jati. Menurut Memed, ia menjadi tempat tinggal bagi mamalia, bahkan binatang melata. (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Burung mondar-mandir cari makan

Sepanjang berkeliling bersama Memed pagi itu, saya melihat sendiri kehidupan yang dimaksudnya. Dari kejauhan terdengar kicauan berlapis-lapis; di antara ranting, burung-burung kecil melintas cepat. 

Seekor perkutut Jawa melompat di dahan rendah, sementara dua ekor burung pipit berkejaran di tepi kolam irigasi. Mereka mondar-mandir cari makan, yang memang sangat melimpah di Hutan Produktif.

burung langka.MOJOK.CO
Potret burung jalak kerbau yang mondar-mandir di hutan oasis. (Mojok.co/Eko Susanto)

Beberapa burung tampak waspada, langsung menjauh begitu kami lewat. Namun, ada pula yang tampak terbiasa dengan manusia–hinggap santai di dahan pohon salam, mematuk buah yang sudah matang.

“Kalau sudah biasa, mereka malah ikut mendekat,” kata Memed, menatap ke atas sambil tersenyum. 

Namun, saya tak seberuntung itu untuk menyaksikan semua penghuni hutan ini. Beberapa jenis yang menurut saya “cantik”, seperti sepah dan perenjak, belum menampakkan diri. 

“Biasanya muncul siang,” ujar Memed. 

hutan produktif.MOJOK.CO
Memed sedang memetik buah gondang. Jenis buah ini salah satu yang disukai burung kutilang. (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Ada lebih dari 42 jenis burung di Hutan Produktif Oasis

Memed bercerita, selama beberapa tahun terakhir, timnya mencatat lebih dari 42 jenis burung yang pernah singgah atau menetap di Oasis. Ada yang endemik Jawa, tapi tak sedikit pula jenis non-endemik yang diduga berasal dari peliharaan warga lalu lepas dan beradaptasi di sana.

“Bahkan rangkong Kalimantan pun ada,” tuturnya. “Mereka bisa hidup karena sumber dayanya cukup. Serangga ada, buah ada, air ada.”

hutan oasis, burung langka.MOJOK.CO
Selain dilepas liarkan, beberapa jenis burung juga diberikan kandang. Biasanya, ia adalah jenis yang soliter. (Mojok.co/Eko Susanto)

Suatu pagi, ada kisah yang masih membuatnya tertawa jika diingat. Seekor rangkong Kalimantan tiba-tiba muncul di kawasan hutan. Ukurannya besar, suaranya nyaring, paruhnya melengkung indah.

“Saya sampai kaget,” kata Memed. “Soalnya di pasaran, burung itu bisa sampai lima juta rupiah.”

Ia menduga burung tersebut bukan datang dari hutan liar, melainkan hasil peliharaan yang tak sengaja lepas. Tapi anehnya, burung itu tampak betah. Selama berhari-hari ia tinggal, bertengger di pohon nangka yang sedang berbuah.

“Ya mungkin dia merasa nyaman di sini,” kata Memed sambil tersenyum. “Ada makanan, ada tempat aman, siapa juga yang mau pergi?”

Kisah rangkong itu menjadi semacam penegasan bahwa burung-burung di Oasis datang dari berbagai latar belakang. Ada yang benar-benar berasal dari alam bebas dan memilih menetap karena lingkungan cocok. Ada pula yang berasal dari peliharaan manusia, terlepas entah karena kelalaian atau kebetulan, lalu menemukan rumah baru di sini.

“Yang dari peliharaan kadang balik lagi, tapi ada juga yang menetap,” katanya.

Sistem pemantauan

Untuk memastikan keberlangsungan itu, Memed dan timnya membentuk sistem pemantauan jangka panjang. Kamera trap dipasang di beberapa titik, dibantu tim penghijauan dan ahli fauna. 

Dokumentasi dilakukan melalui foto dan video. Hasilnya menjadi semacam catatan kecil tentang bagaimana kehidupan bisa bertahan di ruang-ruang antara industri dan alam.

Sumber makanan pun diatur dengan cermat. Selain buah-buahan yang memang ditanam–seperti salam, juwet, nangka, mangga, pisang, hingga pepaya–burung-burung juga mendapat tambahan biji-bijian alami: milet, niger, dan abah.

“Tapi kami tidak memberi pur,” kata Memed. “Burung liar tidak mau makan pur. Mereka tetap butuh makanan dari pohon.”

hutan oasis.MOJOK.CO
Kata Memed, vegetasi di hutan Oasis sangat rapat. Tak cuma burung, ia juga bisa menjadi tempat tinggal puluhan jenis ular. (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Ia mengatakan, setiap kali buah sudah matang, tidak dipanen. Tapi dibiarkan masak di pohon agar bisa disantap burung, tupai, atau kelelawar malam.

Meski disebut “hutan produktif”, kawasan ini tidak diproduktifkan untuk manusia. Pohon-pohon di sini memberi hasil bukan dalam bentuk kayu atau uang, melainkan rasa hidup yang lebih seimbang. 

“Produksi kami bukan bahan mentah, tapi keseimbangan ekosistem.”

Burung-burung di Oasis tersebar merata di setiap blok, dari A hingga F. Tak ada area khusus bagi spesies tertentu. Hanya burung air yang cenderung memilih wilayah basah seperti danau atau saluran irigasi.

Suara mereka menjadi bagian dari ritme sehari-hari para pekerja yang melintas. Di tengah kawasan industri yang sibuk, Oasis menawarkan narasi lain: bahwa pembangunan tak harus meminggirkan kehidupan liar. Ia bisa berjalan berdampingan, sejauh ada niat untuk memelihara

 “Bagi kami,” katanya pelan, “selama burung-burung itu masih mau datang, berarti tempat ini masih asri.”

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: PPT BLDF Kudus, Tempat Pohon-Pohon Langka Menemukan Rumahnya atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 5 November 2025 oleh

Tags: burung langkahutan di kudushutan kudushutan oasishutan produktifjenis burung langkakuduspilihan redaksi
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.