Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Rp40 Juta Ludes demi Bisa Kerja di Jepang, Sekadar Jadi Tukang Ngecat dan Pasang Genteng

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
11 Februari 2025
A A
Gaji Caregiver di Jepang Besar, tapi Melelahkan dan Penuh Fitnah.MOJOK.CO

Ilustrasi - Melepas Kuliah demi Menjadi Caregiver di Jepang, Gaji Dua Digit tapi Dicap “Makan Duit Haram” Oleh Tetangga di Rumah (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Habis Rp20 juta, tapi gagal kerja di Korea

Sebelum dipastikan bisa kerja di Jepang, Rio sempat mengikuti pendidikan dan pelatihan untuk kerja di Korea Selatan di Solo. Waktu itu dia habiskan uang Rp20 juta untuk biaya pendidikan, pelatihan, dan ujian. Sayangnya, dia tak lolos.

Niat hati ingin mencoba lagi, tapi orangtuanya bilang sudah tidak sanggup membiayai. Maka, Rio pun pulang kembali ke Rembang. Kembali melaut.

“Memang, Mas, bahasa Korea kuakui jauh lebih sulit ketimbang bahasa Jepang. Temen-temenku waktu itu juga banyak yang nggak lolos ke Korea,” ungkap Rio.

Iming-iming kerja di Jepang dengan gaji besar

Selama di rumah, seorang temannya yang sudah lebih dulu kerja di Jepang memberi informasi perihal penyalur tenaga kerja ke Jepang di Solo. Harapannya, agar Rio mau mencobanya sehingga bisa menyusul kerja di Jepang.

Rio jelas saja tertarik. Apalagi temannya tersebut menceritakan betapa enaknya kehidupan di Jepang. Terutama dalam konteks pekerjaan: tak perlu ijazah tinggi-tinggi, kerja kasar sudah dapat gaji besar. Gaji yang tak mungkin diterima saat menjadi pekerja kasar di Indonesia.

“Aku sudah nggak berani bilang ke orangtua. Karena mereka nggak mungkin ada biaya. Aku cuma curhat ke kakakku. Eh kakakku mau membiayai. Pokoknya aku jangan bilang-bilang dulu kalau mau coba pendidikan lagi. Kata kakak, aku baru boleh bilang kalau sudah bener-bener lolos,” ungkap Rio.

Dan itu lah tujuannya pulang kali itu. Dia sudah dipastikan lolos. Maka sisanya dia tinggal berpamitan dengan orangtuanya di rumah.

“Jadi selama enam bulan ini, ya aku bilang ke orangtua kerja pabrik,” kata Rio.

Habiskan Rp40 juta untuk jadi tukang pasang genteng

Rp40 juta habis Rio gelontorkan untuk biaya pendidikan, tes, dan atribut pemberangkatan kerja di Jepang (termasuk urusan visa, paspor, dan perintilan-perintilannya). Semua dibiayai oleh sang kakak.

“Aku dapat job di Tokyo. Nanti jadi tukang pasang genteng,” terang Rio.

Kata Rio, di Jepang banyak sektor informal yang membuka peluang kerja bagi lulusan-lulusan SMK sepertinya. Katanya, untuk keberangkatan awal Februari 2025 ini, di angkatannya ada 250 orang. 150 di antaranya adalah perempuan.

“Job yang banyak diincar perempuan itu ngecat, pabrik, penjaga toko, dan yang berhubungan dengan kuliner (restoran dan sejenisnya),” beber Rio.

Pekerjaan yang mereka dapat memang terdengar seperti pekerjaan kelas bawah. Namun, kata Rio, gaji yang diberikan tidak main-main. Jadi tukang ngecat di Jepang gajinya jelas berkali-kali lipat lebih besar ketimbang jadi tukang ngecat (misalnya) di Rembang.

Rio tak menyebut gamblang nominal gaji yang ditawarkan kepadanya. Namun, yang jelas, dari pengalaman temannya yang sudah lebih dulu kerja di Jepang, uang Rp40 juta yang sudah dikeluarkan sebelumnya bisa balik modal dalam kurun tiga bulan saja jika sudah menerima gaji di Jepang.

Iklan

“Semoga semua lancar nanti,” gumam Rio. “Cuma belum tahu nanti bakal cocok apa nggak dengan makanan Jepang.”

Rio lantas menunjukkan ponselnya. Dia menunjukkan saya bagaimana dia sudah cukup mahir menulis huruf-huruf Jepang. Dia juga sedikit-sedikit mempraktikkan pelafalan bahasa Jepang-ya pada saya.

“Aku juga belajar dari anime. Itu membantu banget buat memperlancar bahasaku,” katanya.

Indonesia: negara dengan tingkat pengangguran usia muda tertinggi ASEAN

Bima Yudhistira, pengamat ekonomi dari Center of Economic and Law Studies (Celios) memaparkan, ada beberapa faktor kenapa orang seperti Rio rela keluar modal Rp40 juta demi bisa kerja di Jepang.

Pertama, sulitnya cari kerja di dalam negeri sendiri.

“Indonesia adalah negara dengan tingkat pengangguran usia muda tertinggi di ASEAN. Tembus 13,1%, sementara Malaysia 11,7% dan Vietnam 6,4%,” papar Bima saat saya hubungi, Senin (10/2/2025).

Terlebih, kedua, gap antara lulusan vokasi, SMK, dan perguruan tinggi dengan lapangan kerja formal di Indonesia makin lebar. Sekarang industri padat karya di mana-mana melakukan PHK. Sementara yang berkembang adalah gig economy tanpa kepastian upah.

Kemudian, ketiga, banyak biaya siluman di Indonesia untuk cari pekerjaan. Misalnya kasus suap menyuap rekrutmen karyawan pabrik atau perusahaan. Uang suapnya pun tidak kecil.

Nah, bagi pencari kerja seperti Rio, daripada modal besar digelontorkan demi dapat kerja di Indonesia yang belum karuan tiga bulan balik modal, maka lebih baik sekalian uangnya untuk buat visa, ikut pelatihan kerja, dan biaya penyalur ke Jepang.

“Jepang membuka kesempatan luas untuk pekerjaan di bidang manufaktur sampai jasa perawatan lansia (care economy) karena aging population. Bahkan pemerintah Jepang sendiri yang agresif menjalin kerjasama dengan BLK (Balai Latihan Kerja) dan akademi keperawatan di Indonesia,” terang Bima. Alhasil, wajar saja jika banyak orang Indonesia mengejar kesempatan kerja di Negeri Samurai Biru tersebut.

Mengutip CNBC, warga negara Indonesia yang kerja di Jepang tahun ini melonjak naik hingga 56% dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlahnya mencapai 121.504 orang dan diprediksi akan terus meningkat seiring dengan makin sulitanya cari hidup di Indonesia sekaligus seiring Jepang yang mengalami krisis kependudukan.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Skripsi Dianggap Jelek hingga Dilempar Dosen saat Kuliah, Kini Justru Jadi Direktur di Perusahaan Jepang atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

 

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 13 Februari 2025 oleh

Tags: gaji jepangJepanglowongan kerja jepangpenyalur tenaga kerja luar negeripilihan redaksi
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.