Platform Merdeka Mengajar (PMM) jadi sumber berbagai bahan bermanfaat untuk meningkatkan kapasitas sebagai guru demi mewujudkan slogan Merdeka Mengajar. Namun, masih banyak guru yang enggan memanfaatkannya secara maksimal.
Kemendikbudristek menghadirkan PMM sebagai referensi bagi guru untuk mengembangkan praktik pengajaran sesuai Kurikulum Merdeka. Sejak awal meluncur, platform ini menghadirkan banyak bahan-bahan pembelajaran dalam berbagai medium seperti bacaan, audio, dan video.
“Konten-konten yang dikembangkan oleh kemendikbudristek memberikan pemahaman lebih saat implementasi dan pembelajaran di satuan Pendidikan yang telah ikut serta dalam implementasi kurikulum Merdeka,” tulis Kemendikbudristek dalam keterangan resminya.
Soal manfaat, ribuan guru sudah merasakannya. Ada berbagai kanal seperti pengembangan diri; perangkat ajar mulai dari modul ajar, modul projek, hingga buku teks; panduan pengelolaan kinerja dari perencanaan, pelaksanaan, hingga penilaian; dan masih banyak kanal dan fitur bermanfaat lainnya.
Salah satu guru yang mengaku bisa mendapat banyak manfaat adalah Susilo Windriyatno, pengajar di SMP Muhammadiyah 2 Tepus, Gunungkidul. Susilo mengaku banyak mendapat inspirasi dari guru-guru lain lewat PMM. Selain itu, ia juga bisa mengimplementasikan aksi nyata dari modul ajar yang tersedia.
“Ada juga fitur pelatihan mandiri yang sangat bermanfaat. Di sini, saya bisa berlatih sendiri, di mana pun, kapanpun, tanpa terhalang tempat dan waktu,” katanya melansir laman Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud.
Manfaat nyata PMM belum membuat sebagian guru tersadar
Ada banyak guru yang merasakan manfaat dan dapat mengaplikasikan materi untuk pembelajaran dengan siswa di kelas. Di sisi lain, masih ada juga guru yang mengaku masih jarang memanfaatkan aplikasi tersebut. Alasannya, karena malas dan belum ada dorongan lebih untuk mengaksesnya.
“Padahal PMM ini bermanfaat. Nggak harus ikut program Guru Penggerak untuk paham kurikulum Merdeka, cukup pakai aplikasi ini. Tapi, sampai sekarang saya belum banyak akses, alasannya ya masih berat dan terkendala malas,” ungkap Tuti, bukan nama sebenarnya, seorang guru SMP Negeri.
Tuti mengaku kewalahan melihat banyak sekali materi yang tersedia. Mulai dari Penguatan Profil Pancasila, Kurikulum Merdeka, Merdeka Belajar, hingga Kriteria Ketercapaian Tujuan Pembelajaran. Dari puluhan bahkan ratusan materi tersebut, belum sampai 10 unit yang ia dalami.
“Satu materi itu terdiri dari banyak modul. Saya baru mengerjakan sekitar enam. Dari jumlah itu belum ada yang lolos aksi nyatanya,” curhatnya.
Pada bagian pelatihan mandiri, setiap guru yang sudah menuntaskan materi diharap bisa memberikan umpan balik berupa aksi nyata. Umpan balik ini merupakan bentuk dari implementasi guru yang mereka tulis dalam bentuk narasi maupun presentasi.
Selain itu, ada juga post test setelah menyelesaikan pelatihan mandiri. Hal ini membuat para guru dituntut untuk mendalami betul setiap pembelajaran di aplikasi PMM.
Baca selanjutnya…
Setelah ada tuntutan lebih, guru baru tergerak